Video Of Day

Subscribe Youtube

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Friday 15 November 2013

ENERGI CINTA UNIVERSAL DARI NATAL

Oleh Belau Jesse


Kelahiran Yesus adalah cikal-bakal lahirnya “Energi Cinta universal”. Berkat-Nya kita sudah menerima cinta itu. Karena itu, berilah Cintamu kepada sesama dan Tuhan seutuhnya. Andaikan kita tidak menerima dan memberi cinta secara utuh, kita akan tetap tinggal sendirian, jiwa menjadi tandus dan kematian psikis akan menanti kita.


Cinta merupakan kunci untuk menerangkan konsep kecenderungan manusia untuk bersatu, berdamai, berada dan bermartabat. Konsep bermoral ini terwujud jika integritas pihak tertentu mencapai kematangan. Sebab individu yang telah mencapai kematangan integritas pasti meperjuangkan nasib dan hak hidup manusia lain. Dengan demikian ia mencapai jati diri sesungguhnya yakni manusia universal. Energi cinta universal terealisasi karena adanya orang lain yang harus dicintai seutuhnya. Ya, jikalau kita lihat cinta dari materi dan organisme yang sederhana, perumusannya adalah persatuan yang kompleks dari bagian-bagian menjadi kebulatan, tanpa bagian tertentu kehilangan kebulatan dirinya. Mengapa harus bulat atau bersatu? Itulah misteri energi cinta yang melekat pada manusia. Energi cinta individu harus bersatu dengan energi  cinta individu yang lain. Sehingga di situ nampak gambaran energi cinta universal yang absolut. Sebab energi cinta universal adalah pemberian jiwa dan raga secara utuh kepada dunia atas dasar kesadaran absolut.   
 
Definisi cinta yang sering kita dengar dan amat menonjol di kalayak adalah hanya dalam bentuk penyerahan jiwa dan raga antara pria dan wanita (suami – istri). Tetapi jika cinta berhenti di situ, ekslusif dan menyendiri, ia akan kering juga. Menurut Teilhard, “cinta baru mencapai titik kesempurnaannya jika ia membuka diri untuk dunia dan umat manusia seluruhnya” (Asal dan tujuan manusia hal.132). Di mana justru ia menjadi manusia universal. Menjadi manusia universal berarti memeluk (mencintai) dunia. Dengan memeluk dunia ia memeluk Tuhan sendiri. Titik inilah yang disebut oleh Teilhard sebagai titik Omega. 

Filsuf Rusia, Solovjev, berkata dalam bukunya yang berjudul “Makna Cinta”. Jika seseorang menaruh cinta pada dunia  “ia terlempar ke luar dari cinta diri dan ekslusif.” Ia mulai hidup untuk orang lain. Menyalurkan energi cintanya secara utuh untuk melayani serta memanusiakan manusia lain yang membutuhkan. Penyerahan batin ini digambarkan pula secara indah oleh “Mother Theresa dari Kalkuta” dengan teladan pelayanannya di India. Di sana ia mewartakan energi cintanya secara nyata kepada kaum miskin dan tertindas. Mereka yang hidup di pingiran kota, pasar, jalan-jalan, tempat sampah dan kolong jembatan. Mother Theresa mengumpulkan mereka, memberi makan dan merawat mereka dengan kasih. Ia ingin agar orang-orang itu memiliki hidup dan bagi mereka yang mendekati ajal supaya mereka meninggal sebagai manusia yang bermartabat. Energi cinta Mohter Theresa sungguh-sungguh diwujudkan demi pemulihan martabat manusia. Kisah suka-duka hidup pelayanannya yang bermartabat itu dapat diumpamakan dengan kisah cinta yang digambarkan William Shakespeare dalam kisah Romeo dan Juliet. Di mana seakan-akan si pencinta kehilangan diri. Tetapi di situlah justru ia menemukan diri. Mather Theresa pun seringkali dihina, dimarahi, diancam dan diusir. Di sini Mother Theresa sebagai manusia, tentu mengalami ketidak berdayaan dan kehampaan diri.  Tetapi demi cintanya kepada sesama dan Tuhan ia tetap bertahan dan terus berjuang hingga akhirnya berhasil mengkokohkan Energi Cintanya sebagai “Cinta Universal yang hidup”. Sehingga cintanya selalu kita kenang sepanjang masa.  

Penulis Spayol yang terkenal, Jose Ortega Gasset, memberikan pula buah renungannya tentang makna mendalam dari energi cinta universal. Dalam essaynya yang berjudul “ON LOVE”. Menurutnya: “di kedalaman sanubarinya, seorang pecinta merasa dirinya bersatu tanpa syarat  dengan obyek dari cintanya. Persatuan  itu bersifat kebersamaan yang mendasar dan melibatkan seluruh eksistensinya. Si pecinta sendiri tidaklah akan kehilangan pribadinya dalam aliran energi cinta tersebut. Malahan pribadinya akan diperkaya dan dibebaskan.”  Cinta dengan begitu merupakan pintu bagi manusia untuk menjadi diri sendiri yang sempurna.  

Dalam diri kita masing-masing menyimpan potensi untuk mencintai dunia. Ini merupakan bekal yang berharga dalam perkembangan integritas kita sebagai orang-orang yang dipanggil, dibaptis dan menjadi Kristiani. Apa lagi sebagai anggota dan calon tenaga inti Gereja? Anggota tenaga inti Gereja yang dimaksud adalah Hierarki Gereja (Paus, para Uskup, Imam, Diakon) dan awam (Biarawan-biarawati/Bruder Suster) serta calon-calonya. Sedangkan anggota Gereja yang dimaksud adalah seluruh umat Kristiani. Jadi, pengertian cinta yang ingin kita hidupi adalah cinta universal yang berenergi. Energi adalah daya kekuatan yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses aktifitas pelayanan amal kasih. Pengertian energi cinta universal selalu bertalian dengan keaktifan yang memancar dari diri kita sebagai prinsip hidup. Hanya dengan keaktifan untuk membuka diri terhadap dunia dan melompat ke dalamnya, potentensi cinta itu terwujud secara nyata. Cinta sebagai energi berarti berbuat, bertindak, mengambil prakarsa untuk memanusiakan orang lain dan melalui ini menemukan jati diri kita sebagai anggota dan tenaga inti Gereja (Umat Allah). Sebagaimana yang ditunjukkan oleh Mother Theresa dengan kesaksian pelayanan hidup yang berarti itu. Penghargaan-penghargaan nobel kemanusiaan yang disandang Mother Theresa adalah buah dari Energi Cinta Universal dan puncak dari kematangan integritasnya.

Saudara terkasih mari sekarang kita arahkan perhatian ke kandang Betlehem. Karena Energi Cinta Unifersal yang telah kita maknai dalam cerita di atas bersumber dari kandang itu. Bersumber dari Yesus yang “LAHIR” di kandang Betlehem. Kehadiran Yesus di sana sungguh-sungguh memancarkan “Sinar Cinta Allah” yang amat besar ke dunia. Maka para malaikat pun memuji Allah dengan berseru “Kemuliaan Bagi Allah di Surga....”. Cinta Allah adalah cinta universal yang berenergi. Cinta yang tak ada batasnya. Dan, Cinta Allah ini sudah  dicurahkan kepada dunia melalui Yesus. Karena cinta, KeAllahan Yesus terlempar ke luar dari cinta diri dan ekslusif untuk memanusiakan manusia di hadapan Bapa-Nya. Cinta inilah yang setiap tahun kita rayakan dan Tahun 2012 ini pun kita hendak merayakannya. Mengapa harus selalu dirayakan? Karena peristiwa kelahiran Yesus mengubah dunia kegelapan menjadi dunia yang penuh dengan “Cinta Kasih” (terang). Di setiap hati kita telah diterangi dengan cinta horisontal dan vertikal. Cinta horisontal adalah perwujudan cinta antara sesama manusia. Di sini kita diajak untuk mengasihi sesama sama seperti diri kita sendiri. Sebab hanya dengan demikian ada jaminan untuk saling mengasihi, menjalin persaudaraan dan kedamaian. Ini adalah nilai-nilai hakiki yang bersumber dari Allah sendiri. Ajakan untuk berbuat nilai-nilai hakiki tersebut pertama-tama supaya manusia kembali kepada Allah dan masuk dalam kebahagiaan (diri-Nya). Cinta vertikal dalam konteks ini adalah cinta yang bergaris lurus dari bawah ke atas. Cinta dari manusia kepada Allah. Kita diajarkan oleh Dia yang hadir untuk mencintai Allah dengan sekuat tenaga, akal budi dan dengan hati. Artinya kita mencintai Allah tidak stengah-setengah tetapi seutuhnya. Selalu berusaha membangun hubungan harmonis dengan Allah. Dalam hidup ini, kita dituntut prioritaskan keutamaan-keutamaan yang akan mendekatkan kita kepada Allah. Sarana yang amat menjamin adanya hubungan harmonis itu adalah “DOA”. Dengan berdoa kita dapat komunikasikan pergumulan hidup kita, bersyukur dan memuliakan Allah. Melalui doa pula kita dapat mendengar dan menemukan kehendak Allah. Sehingga prinsip hidup kita memperlihatkan hubungan yang harmonis antar sesama dan dengan Tuhan sendiri. Titik inilah yang dikehendaki Allah bagi kita dalam Diri Yesus yang telah Lahir di Kandang Betlehem. Titik tersebut juga mencerminkan Energi Cinta Universal yanh luhur. Itulah rahasia Allah yang kita timbah dari Yesus yang terlahir. Kelahiran Yesus bagi kita adalah suka-cita, kegembiraan, kasih sayang dan cinta yang menghidupkan. Karena itulah, kini di setiap hati kita terasa dihiasi warna-warni dan pernak-pernik Natal.

  Natal adalah peristiwa kenangan kehadiran Yesus di kandang Betlehem. Peristiwa yang merupakan sumber dari pemenuhan kebutuhan Rohani dan jasmani bagi dunia. Pada Yesuslah umat manusia menimbah segala kekuatan yang dibutuhkan jiwa dan raga.

Pemahaman cinta yang kami kutip dari para imuwan dan Mother Theresa yang mengagumkan dalam cerita di atas bersumber dari Allah dalam diri Yesus. Dengan caranya sendiri mereka timbah dari pada-Nya serta menumbuhkannya. Mother Theresa pun sungguh menerima dan memeluk Cinta itu secara total. Atas dasar cinta kepada Allah dan manusia ia melayani. Karena itu, di sana ia melihat “Waja Yesus” dalam diri sesama yang ia layani. Sehingga pada akhirnya ia merasa puas dan menemukan diri yang sesungguhnya. Semoga teladan mother Theresa dan kelahiran Yesus mendorong dan membantu kita untuk mencintai sesama dan Tuhan secara utuh. 

By: Fr. Yeheskiel Belau

Keuskupan Timika

The Best

PENGERTIAN FILSAFAT