Video Of Day

Subscribe Youtube

Thursday, 22 February 2018

PERBANDINGAN “DAUN GATAL” DALAM SUKU ASMAT, DANI (HUBULA) DAN MIGANI


Oleh: Kleopas Sondegau


Pengantar

Setiap daerah memiliki jenis tumbuhan yang pada dasarnya amat membantu dalam perkembangan kehidupan manusia. Hal ini merupakan keyakinan dari masyarakat tertentu bahwa melalui jenis tumbuhan tertentu mereka diselamatkan dari keluhan sakit yang dialaminya.

Papua merupakan salah satu daerah yang banyak memiliki jenis tumbuh-tumbuhan yang berkasiat tinggi. Salah satu  tumbuhan yang berkasiat, yang ada  di daerah ini adalah “Daun Gatal”. Daun ini hampir terdapat di semua daerah di Papua secara khusus daerah-daerah pedalaman. Keberadaan daun gatal ini di setiap daerah memiliki fungsi, peranan serta penggunaan yang berbeda satu sama lain. Hal ini dikarenakan setiap suku bangsa memiliki pola pikir tentang daun gatal yang berbeda pula. Lalu seperti apakah penggunaan daun gatal di setiap suku yang ada di Papua? Untuk menjawab pertanyaan ini kami menyarankan untuk baca tulisan ini secara menyeluruh agar kita memperoleh jawaban yang jelas mengenainya.

Dalam tulisan ini kami memaparkan fungsi, peranan serta cara penggunaan daun gatal di suku-suku tertentu di Papua dengan menggunakan beberapa sampel suku yakni Asmat, Migani dan Dani (Hubula).

Landasan pemikiran penulis

Daun gatal bukan merupakan suatu hal yang baru lagi dalam kehidupan bermasyarakat di Tanah Papua. Keberadaan daun gatal sudah ada sejak zaman dahulu kala (entah kapan munculnya  daun ini tidak diketahuinya dengan pasti). Pada zaman dahulu orang cenderung menggunakan daun gatal sebagai obat tradisional yang diyakini dapat menyembuhkan berbagai keluhan kesehatan mereka. Bahkan sampai saat ini pun sebagian masyarakat masih menggunakannya. Misalnya setelah pulang kerja dari kebun ada keluhan bahwa belakang sakit, punggung sakit, lutut sakit dan beraneka keluhan kesehatan lainnya. Berdasarkan keluh-kesah dari masyarakat tentang kesehatannya itu maka daun gatal digunakan sebagai jawaban atas keluhan-keluhan tersebut.

Dewasa ini kesadaran masyarakat tentang penggunan daun gatal semakin hari semakin menurun. Hal ini dikarenakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang canggih menyebabkan masyarakat jarang menggunakan daun gatal. Contoh praktis yang kita lihat dan mengalami sendiri bahwa dengan kehadiran puskesmas, rumah sakit dan para dokter di daerah pedalaman Papua secara khusus suku-suku yang diangkat pada tulisan ini menyebabkan sehingga penggunaan daun gatal perlahan-lahan mulai menurun.

Dengan melihat permasalahan yang terjadi di atas, maka dalam penulisan ini kami ingin menyampaikan kepada publik secara khusus para pembaca tulisan ini bahwa penggunaan daun gatal sangat berkasiat dalam proses penyembuhan. Hal ini terlihat dari hasil penelitian kami yang mana semua informan mengatakan bahwa dengan menggunakan daun gatal sangat membantu dalam proses penyembuhan atas keluhan kesehatan yang diderita. Dengan demikian, melalui tulisan ini kami dengan tegas mau mengatakan bahwa kasiat dari daun gatal ini tidak kalah jauh dengan obat-obat modern yang saat ini “membanjiri” rumah-rumah sakit, puskesmas, apotik-apotik dan sejumlah kios-kios yang ada di tanah Papua.

Menurut kami daun gatal merupakan salah satu tumbuhan yang tumbuh liar, namun dalam perkembangannya daun ini mulai terkenal dalam kalangan masyarakat karena keyakinan masyarakat bahwa daun ini mampu menjawab keluhan kesehatan mereka. Hal ini tampak dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sebagaimana kasiatnya dirasakan antar mereka dan sebagaimana  kasiatnya yang sudah diwariskan leluhur.

  a.Persamaan

Setelah kami menyatukan hasil wawancara dan Quisioner dari para informan, kami menemukan bahwa Daun gatal merupakan salah satu obat tradisional yang digunakan untuk menyembuhkan keluhan sakitnya.

Penggunaan daun gatal di tiga suku tersebut pada umumnya sama, yakni:

ü  Semua orang menggunakan daun gatal karena sakit
ü  Dengan cara menggosok pada bagian tubuh yang sakit seperti: punggung, badan bagian belakang, betis serta paha dan secara umum digunakan saat merasa kecapean.
ü  Setelah menggunakan daun gatal ini para pengguna mengatakan bahwa rasa pedis, ngeri, muncul bintik-bintik pada bagian tubuh yang digosok daun gatal, dan rasa seperti jarum yang menusuk pada tubuh yang digosok.
ü  Meskipun penggunaan awal daun gatal ini menimbulkan suatu hal yang tidak enak dalam artian bahwa seperti rasa pedis, ngeri dan lain-lain tetapi hasil akhirnya mereka semua mengatakan bahwa badan rasa segar, badan menjadi ringan dan seterusnya. Singkat kata, orang merasa “sembuh”.

  b.Perbedaan
   Selain persamaan-persamaan yang telah kami sebutkan di atas, ada juga perbedaan-perbedaan yang kami jumpai dalam ketiga suku yang bersangkutan.

   Perbedaan yang kami temukan dalam ke tiga suku itu adalah

Ø  Mengenai istilah yang digunakan untuk menyebut daun gatal: Suku Asmat menyebut daun ini dengan nama Ati. Sedangkan Suku Dani menyebutnya dengan nama Yawi. Sementara dari Suku Migani menyebutnya dengan nama Meje.
Ø   Sasaran keluhan sakitnya berbeda-beda, misalnya kepala, dada, bagian pinggang, betis dan lain-lain.

  c.Kekhasan

  Selain persamaan dan perbedaan yang kami temukan pada ketiga suku ini, kami temukan juga kekhasannya, yakni:

v  Suku Dani: tumbuhan tersebut tidak tumbuh liar di sembarangan tempat, tempat-tempat tertentu saja, yakni di pekarangan rumah.
v  Suku Migani: daum gatal hanya digunakan oleh kaum remaja ke atas. Dan tumbuhan ini hanya dapat ditemukan di bekas-bekas kebun yang sudah ditinggalkan. Kadangkala ada juga di pekarangan rumah.
v  Suku Asmat: berdasarkan hasil penelitian, kami tidak menemukan kekhasan daun ini dalam suku Asmat.

Akhir kata

Berdasarkan uraian tentang daun gatal di atas, maka kami sampai pada satu kesimpulan bahwa daun gatal adalah obat tradisional yang sangat berkhasiat. Dan obat ini terdapat di setiap suku yang memiliki persamaan, perbedaan, dan kekhasannya masing-masing. Daun ini diyakini bahwa mempunyai suatu kekuatan yang dapat menjawab keluhan sakit dari orang yang membutuhkan. Oleh karena itu, melalui tulisan ini kami mengajak seluruh komponen masyarakat baik lembaga Adat. Lembaga Agama dan lembaga Pemerintah untuk tetap melestarikan daun gatal ini sebagai salah satu tumbuhan yang menjadi warisan budaya bagi negerinya sendiri.

Usul penulis

Ø  Para pelayan pastoral diharapkan untuk menyadari akan pentingnya khasiat dari daun gatal ini karena daun ini punya kekuatan yang bisa membantu dalam pelayanan pastoral. Hal ini kami mengusulkan karena daun gatal itu ada dan merupakan kepunyaan masyarakat setempat.
Ø  Kelompok mengusulkan agar masyarakat setempat untuk terus-menerus melestarikan daun gatal tersebut sebagai obat tradisional yang sungguh-sungguh lahir dari lingkungan mereka sendiri.
Ø  Kami juga mengusulkan agar masyarakat setempat menanam kembali, menjaga, dan melestarikan daun-daun itu agar tetap eksis, tidak punah. Sehingga dengan demikian, penggunaan daun gatal ini sangat menghemat biaya. Daun ini jarang dibeli dan tidak membutuhkan biaya yang besar, sehingga jika ada yang sakit tidak harus ke rumah sakit tetapi bisa menggunakan daun gatal. Amakanieeeee…..Nayaklak…..Dormumoooo…..!!!

Penulis adalah Mahasiswa ST FT “Fajar Timur” Abepura – Jayapura – Papua.




0 komentar:

Post a Comment

The Best

PENGERTIAN FILSAFAT