Video Of Day

Subscribe Youtube

Friday, 27 April 2018

GAMBARAN KRISTUS YANG DIMAKLUMKAN GEREJA DALAM KULTUR SUKU MIGANI


Oleh Kleopas Sondegau MIGANIJU
(Mahasiswa Magister  Ilmu Teologi Pasca-Sarjana, Universitas Katolik Parahyangan Bandung).

Foto Kleopas Sondegau
Dokumen pribadi.
Gereja memaklumkan kepada orang Migani bahwa tokoh Yesus merupakan seorang pribadi yang paling berpengaruh dalam sejarah.[i] Ia seorang Yahudi dari Galilea, keturunan Daud dan anak seorang perempuan bernama Maria, istri Yosef, seorang tukang kayu dari Nazaret.[ii] Sesudah dibaptis oleh Yohanes, Yesus mewartakan Kerajaan Allah melalui berbagai karya (mukjizat-mukjizat) dan ajaran-Nya (perumpamaan-perumpamaan). Yesus banyak bergaul dengan orang-orang kecil, yang menderita dan tersisih. Dalam kehidupan-Nya itu Ia dianggap melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kebiasaan hidup orang Yahudi seperti menantang cara hidup saleh (Mat 6:1-18), keinginan-Nya untuk meluruskan tradisi-tradisi tertentu (Mrk 7:1-21), sikap-Nya terhadap Kenisah di Yerusalem (Mrk 14:58; 15:29), dan pelanggaran-Nya terhadap peraturan Sabat (Mrk 2:23-27).[iii]

Kehidupan yang demikian menimbulkan perlawanan dari beberapa pemimpin dan guru Yahudi. Oleh karena itu, Yesus dijatuhi hukuman mati oleh Pontius Pilatus, disalibkan, dan selanjutnya dikuburkan. Sesudah itu, tepat pada hari ketiga Ia pun bangkit lalu menampakkan diri kepada para murid. Demikianlah para murid mengakui dan mewartakan bahwa Yesus yang bangkit dan mulia adalah Kristus (atau Mesias), Penyelamat, Tuhan, dan Anak Allah.[iv]

Selain pewartaan Gereja tentang Yesus Kristus di atas, ada juga sejumlah gambaran Kristus yang diperkenalkan kepada orang Migani. Gambaran Kristus yang dimaksud akan mengikuti pemikiran Agus A. Alua mengenai “Gambaran Kristus yang Dipertemukan kepada Orang Irian”. Sejumlah gambaran Kristus yang dimaklumkan oleh Gereja seperti yang disebutkan Agus Alua kurang lebih pewartaan yang sama terjadi juga dalam suku bangsa Migani, yakni: Pertama, pewartaan mengenai Kristus yang wafat dan bangkit. Pada aspek ini Gereja lebih menonjolkan Kristus yang bangkit dan dimuliakan oleh Allah dari cengkeraman maut. Ditekankan juga bahwa Kristus telah mengalahkan maut dan bagi siapa yang percaya akan dibangkitkan oleh Kristus pada akhir zaman. Maka itu, kematian bagi orang kristen bukan akhir dari kehidupan melainkan awal dari hidup baru sama seperti Kristus yang telah mengalahkan maut dan mengaruniakan kehidupan baru.

Kedua, Kristus Sang Penyelamat. Pada aspek ini Gereja mewartakan bahwa Kristus adalah satu-satunya penyelamat manusia. Orang yang percaya kepada-Nya dan melakukan hal-hal baik akan memperoleh ganjaran keselamatan dari Tuhan di akhir zaman. Di luar Kristus dan Gereja-Nya tidak ada keselamatan (Extra Ecclesiam Nulla Salus). Maka, orang supaya selamat harus dikristenkan. Keselamatan dalam dunia ini kurang sempurna dan belum definitif karena keselamatan definitif akan terjadi di surga pada pengadilan terakhir. Untuk itu, kaum beriman harus menerima sejumlah paket sakramen sebagai penyalur rahmat Allah.

Ketiga, Kristus diyakini akan kembali. Pada bagian ini pewartaannya lebih menekankan aspek pengadilan terakhir dengan Tuhan sebagai hakim untuk mengadili orang hidup dan mati. Ia akan datang pada hari terakhir (parousia) dengan membawa keselamatan dan hidup baru. Kini setiap orang harus bersiap-siap dan berjaga-jagalah, sebab Ia akan datang bagaikan pencuri di waktu malam. Keempat, Kristus sebagai Pengampun. Pada bagian ini diwartakan bahwa Kristus tidak menghukum orang yang bersalah tetapi Ia akan mengampuni mereka. Ia selalu memberi kesempatan supaya orang bertobat. Orang berdosa harus minta pengampunan dan absolusi dari para imam serta sejauh mungkin berdamai dengan sesama (rekonsiliasi). Orang yang bersalah terhadap sesama haruslah diampuni, jangan membalas dengan kejahatan.

Kelima, Kristus dihayati dalam sakramen. Pada bagian ini dimaklumkan bahwa Kristus secara istimewa hadir dalam sakramen-sakramen terutama dalam sakramen Ekaristi. Liturgi Gereja dipandang sebagai sarana efektif keselamatan dan pertemuan dengan Tuhan. Orang yang terlibat dalam perayaan liturgis harus bersikap iman yang wajar sebagaimana yang diajarkan oleh Gereja. 

Keenam, Kristus berasal dari luar dunia manusia. Bagian ini ditekankan bahwa Kristus itu orang dari luar dunia manusia. Ia seorang yang luhur dan ilahi, maka Ia tidak sebanding dengan manusia. Ia melampaui segala budaya bangsa (supra cultur) sehingga keterlibatan-Nya dalam budaya akan menguduskannya.

Ketujuh, Kristus dalam kesalehan moral dan spiritual. Pada bagian ini para pewarta menyatakan bahwa Kristus adalah seorang yang saleh dan penuh dengan cinta kasih. Ia selalu berbelas kasih kepada semua orang sehingga rela mati demi menebus dosa manusia. Kaum beriman harus memperjuangkan sikap moral dan spiritual seperti Yesus sebagaimana dihayati oleh biarawan-biarawati. Kedelapan, Kristus dalam Perjanjian Baru (PB). Kristus eskatologis merupakan salah satu poros pewartaan Gereja Perdana dari pelbagai gambaran Kristus. Keanekaragaman wajah Kristus ditampilkan Gereja Purba dalam rangka pewartaan tentang Kristus yang bangkit. Keanekaragaman itu tidak dipertentangkan dan tidak diberikan prioritas tertentu. Gambaran itu antara lain, Kristus ditampilkan sebagai Gembala, Guru, Penyelamat, Pengampun, yang tersalib, yang bangkit, yang nampak diri dan seterusnya.[v] Demikianlah gambaran-gambaran tentang Kristus yang diwartakan Gereja dalam kultur orang Migani. 


Foto Kleopas Sondegau saat berada di Gua Maria Stasi Agapa - Paroki Bilogai Intan Jaya.



CATATAN AKHIR:



[i] Michael Keene, Yesus, Yogyakarta: Kanisius, 2007, hlm. 6.
[ii] Bdk. Leslie Houlden (ed.), Jesus in History, Thought, and Culture, An Encyclopedia, Volume One: A-J, Santa Barbara, California: ABC CLIO, 2003, hlm. 429-430.
[iii] Gerald O’Collins, dkk., Kamus Teologi, Yogyakarta: Kanisius, 1996, hlm. 356-357.
[iv] Ibid.
[v] Agus A. Alua, Gambaran Makhluk Ideal Dalam Mitos-Mitos Irian Sebelum dan Setelah Bertemu Kristus, hlm. 64-68.

0 komentar:

Post a Comment

The Best

PENGERTIAN FILSAFAT