Oleh Kleopas Sondegau MIGANIJU
(Mahasiswa Magister Ilmu Teologi Pasca-Sarjana, Universitas
Katolik Parahyangan Bandung).
Foto Kleopas Sondegau Dokumen pribadi. |
Gereja memaklumkan
kepada orang Migani bahwa tokoh Yesus merupakan seorang pribadi yang paling
berpengaruh dalam sejarah.[i] Ia
seorang Yahudi dari Galilea, keturunan Daud dan anak seorang perempuan bernama
Maria, istri Yosef, seorang tukang kayu dari Nazaret.[ii]
Sesudah dibaptis oleh Yohanes, Yesus mewartakan Kerajaan Allah melalui berbagai
karya (mukjizat-mukjizat) dan ajaran-Nya (perumpamaan-perumpamaan). Yesus
banyak bergaul dengan orang-orang kecil, yang menderita dan tersisih. Dalam
kehidupan-Nya itu Ia dianggap melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kebiasaan
hidup orang Yahudi seperti menantang cara hidup saleh (Mat 6:1-18),
keinginan-Nya untuk meluruskan tradisi-tradisi tertentu (Mrk 7:1-21), sikap-Nya
terhadap Kenisah di Yerusalem (Mrk 14:58; 15:29), dan pelanggaran-Nya terhadap
peraturan Sabat (Mrk 2:23-27).[iii]
Kehidupan yang demikian
menimbulkan perlawanan dari beberapa pemimpin dan guru Yahudi. Oleh karena itu,
Yesus dijatuhi hukuman mati oleh Pontius Pilatus, disalibkan, dan selanjutnya
dikuburkan. Sesudah itu, tepat pada hari ketiga Ia pun bangkit lalu menampakkan
diri kepada para murid. Demikianlah para murid mengakui dan mewartakan bahwa
Yesus yang bangkit dan mulia adalah Kristus (atau Mesias), Penyelamat, Tuhan,
dan Anak Allah.[iv]
Selain pewartaan Gereja
tentang Yesus Kristus di atas, ada juga sejumlah gambaran Kristus yang diperkenalkan
kepada orang Migani. Gambaran Kristus yang dimaksud akan mengikuti pemikiran
Agus A. Alua mengenai “Gambaran Kristus
yang Dipertemukan kepada Orang Irian”. Sejumlah gambaran Kristus yang
dimaklumkan oleh Gereja seperti yang disebutkan Agus Alua kurang lebih
pewartaan yang sama terjadi juga dalam suku bangsa Migani, yakni: Pertama, pewartaan mengenai Kristus yang
wafat dan bangkit. Pada aspek ini Gereja lebih menonjolkan Kristus yang bangkit
dan dimuliakan oleh Allah dari cengkeraman maut. Ditekankan juga bahwa Kristus
telah mengalahkan maut dan bagi siapa yang percaya akan dibangkitkan oleh
Kristus pada akhir zaman. Maka itu, kematian bagi orang kristen bukan akhir
dari kehidupan melainkan awal dari hidup baru sama seperti Kristus yang telah
mengalahkan maut dan mengaruniakan kehidupan baru.
Kedua,
Kristus Sang Penyelamat. Pada aspek ini Gereja mewartakan bahwa Kristus adalah
satu-satunya penyelamat manusia. Orang yang percaya kepada-Nya dan melakukan
hal-hal baik akan memperoleh ganjaran keselamatan dari Tuhan di akhir zaman. Di
luar Kristus dan Gereja-Nya tidak ada keselamatan (Extra Ecclesiam Nulla Salus). Maka, orang supaya selamat harus
dikristenkan. Keselamatan dalam dunia ini kurang sempurna dan belum definitif
karena keselamatan definitif akan terjadi di surga pada pengadilan terakhir.
Untuk itu, kaum beriman harus menerima sejumlah paket sakramen sebagai penyalur
rahmat Allah.
Ketiga,
Kristus diyakini akan kembali. Pada bagian ini pewartaannya lebih menekankan
aspek pengadilan terakhir dengan Tuhan sebagai hakim untuk mengadili orang
hidup dan mati. Ia akan datang pada hari terakhir (parousia) dengan membawa
keselamatan dan hidup baru. Kini setiap orang harus bersiap-siap dan
berjaga-jagalah, sebab Ia akan datang bagaikan pencuri di waktu malam. Keempat, Kristus sebagai Pengampun. Pada
bagian ini diwartakan bahwa Kristus tidak menghukum orang yang bersalah tetapi
Ia akan mengampuni mereka. Ia selalu memberi kesempatan supaya orang bertobat.
Orang berdosa harus minta pengampunan dan absolusi dari para imam serta sejauh
mungkin berdamai dengan sesama (rekonsiliasi). Orang yang bersalah terhadap
sesama haruslah diampuni, jangan membalas dengan kejahatan.
Kelima,
Kristus dihayati dalam sakramen. Pada bagian ini dimaklumkan bahwa Kristus
secara istimewa hadir dalam sakramen-sakramen terutama dalam sakramen Ekaristi.
Liturgi Gereja dipandang sebagai sarana efektif keselamatan dan pertemuan
dengan Tuhan. Orang yang terlibat dalam perayaan liturgis harus bersikap iman
yang wajar sebagaimana yang diajarkan oleh Gereja.
Keenam, Kristus berasal dari luar dunia manusia. Bagian ini
ditekankan bahwa Kristus itu orang dari luar dunia manusia. Ia seorang yang
luhur dan ilahi, maka Ia tidak sebanding dengan manusia. Ia melampaui segala
budaya bangsa (supra cultur) sehingga keterlibatan-Nya dalam
budaya akan menguduskannya.
Ketujuh,
Kristus dalam kesalehan moral dan spiritual. Pada bagian ini para pewarta
menyatakan bahwa Kristus adalah seorang yang saleh dan penuh dengan cinta
kasih. Ia selalu berbelas kasih kepada semua orang sehingga rela mati demi
menebus dosa manusia. Kaum beriman harus memperjuangkan sikap moral dan
spiritual seperti Yesus sebagaimana dihayati oleh biarawan-biarawati. Kedelapan, Kristus dalam Perjanjian Baru
(PB). Kristus eskatologis merupakan salah satu poros pewartaan Gereja Perdana
dari pelbagai gambaran Kristus. Keanekaragaman wajah Kristus ditampilkan Gereja
Purba dalam rangka pewartaan tentang Kristus yang bangkit. Keanekaragaman itu
tidak dipertentangkan dan tidak diberikan prioritas tertentu. Gambaran itu
antara lain, Kristus ditampilkan sebagai Gembala, Guru, Penyelamat, Pengampun,
yang tersalib, yang bangkit, yang nampak diri dan seterusnya.[v] Demikianlah
gambaran-gambaran tentang Kristus yang diwartakan Gereja dalam kultur orang
Migani.
Foto Kleopas Sondegau saat berada di Gua Maria Stasi Agapa - Paroki Bilogai Intan Jaya. |
CATATAN
AKHIR:
[i]
Michael Keene, Yesus, Yogyakarta:
Kanisius, 2007, hlm. 6.
[ii] Bdk. Leslie Houlden (ed.), Jesus
in History, Thought, and Culture, An Encyclopedia, Volume One: A-J, Santa
Barbara, California: ABC CLIO, 2003, hlm. 429-430.
[iii]
Gerald O’Collins, dkk., Kamus Teologi,
Yogyakarta: Kanisius, 1996, hlm. 356-357.
[iv] Ibid.
[v] Agus A. Alua, Gambaran
Makhluk Ideal Dalam Mitos-Mitos Irian Sebelum dan Setelah Bertemu Kristus,
hlm. 64-68.
0 komentar:
Post a Comment