Video Of Day

Subscribe Youtube

Monday, 28 October 2019

PATER FRANS LISHOUT OFM PAMIT "JANGAN LUPA DOAKAN KAMI UMATMU" DI TANAH PAPU


Foto Spanduk Acara Perpisahan di Jayapura
JAYAPURA - Tak diduga beredar kabar tentang Pater Lishout (sapaan akrabnya) yang akan meninggalkan masyarakat Papua umumnya dan umat Keuskupan Jayapura khususnya.

Imam Allah yang sejak masih muda datang ke Papua sebagai misionaris itu akan meninggalkan kenangan yang tak terlupakan bagi umat Katolik di tanah Papua, khususnya bagi umat Katolik di Dekanat Pegunungan Tengah, tempat beliau menghabiskan banyak masa pelayanannya.

Ketika mendengar informasi bahwa Pater Lishout akan pamit ke tanah kelahirannya di Belanda, kelompok kategorial suku Hubula di kota Jayapura dengan antusias menyiapkan segalanya dan mengadakan misa syukur dan perpisahan dengan beliau di Kapela Yesus Pilamo Angkasa Jayapura Papua. Misa ini dipimpin oleh Pastor Paroki Katedral Keuskupan Jayapura, Pastor Robby Tandilinting Pr, didampingi sejumlah imam lainnya.

Tema yang diusung dalam misa syukur dan perpisahan itu adalah: “Aku Datang Bukan untuk Meniadakan melainkan untuk Menggenapi Nilai-nilai Budaya” (Bdk. Mat. 5:17). Tema ini  amat kontekstual dengan apa yang telah dilakukan oleh pater Lishout selama berkarya di tanah Papua ini. Beliau sejak muda berani meninggalkan tanah kelahirannya menuju tanah Papua sejak tahun 1963.

Untuk diketahui, Pater Lishout telah berkarya di Keuskupan Jayapura selama 56 tahun, dengan rincian: di Wamena 25 tahun, di Bilogai – kini Intan Jaya 7 tahun, pernah menjadi Rektor SPG Taruna Bhakti Waena dan juga Pastor Paroki Katedral Keuskupan Jayapura kala itu. 
Foto saat Misa Perpisahan di Jayapura

Seluruh hidup Pater Lishout sejak masa muda hingga kini berusia 84 tahun telah ia baktikan untuk umat Katolik Keuskupan Jayapura. Ia telah banyak menaburkan benih-benih Sabda Allah dalam hati manusia Papua agar semakin beriman kepada Allah Tritunggal Maha Kudus. Ia tidak hanya mewartakan Sabda Allah, tetapi juga mempraktekkan Sabda itu dengan berbagai tindakan nyata. Misalnya, beliau menulis kamus dalam bahasa Balim, menulis buku tentang Sejarah Gereja Katolik di Lembah Balim, menerjemahkan lagu-lagu liturgis dalam bahasa daerah Baliem dan sejumlah karya mulia lainnya yang tak dapat dihitung satu demi satu.

Rasanya berat untuk melepaskan Pater pergi ke tanah leluhurmu dan tentu pater pun mengalami pergumulan yang sama, berat rasanya meninggalkan tanah Papua; namun apalah daya. Pater harus pulang menghabiskan sisa hidupmu di Belanda berhubung faktor usia dan juga kondisi kesehatan yang masih belum pulih total. Kami berharap Pater tetap mendoakan kami umatmu yang ada di Tanah Papua ini khususnya umat Katolik di Keuskupan Jayapura.

Sampai jumpa Tete Pater, entah di mana.... Nopase waaa, Aita Amakanenee. Byeeeee!

Foto Pastor Frans Saat beri Sambutan Dalam Misa Pemberkatan Gedung Gereja Paroki Missael Bilogai Tahun 2017.

Oleh Seorang Imam Projo Pertama dari Paroki Bilogai, salah satu tempat tugas Pater Frans Lishout OFM kala itu. Salah satu faktor penulis menjadi imam adalah berkat benih Sabda Allah yang ditaburkan Pater Frans Lishout di wilayah Dogandoga, Kemandoga dan Mbiandoga, Paroki Missael Kammerer Bilogai, Intan Jaya.

1 comment:

The Best

PENGERTIAN FILSAFAT