Jayapura;
Bapa Moses Belau dan Mama Marince Esther Hogazau berhasil mewujudkan impian
mereka membagi kasih bagi mereka yang membutuhkan. “Membagi kasih, itulah kata tepat, yang harus diungkapkan dalam konteks
ini” sahut mama Marince Esther Hogazau diselah-selah belanja bahan makanan
untuk anak-anak asrama di Kabupaten Keerom kemarin Senin, 26 Oktober 2015 di
Pasar Hamadi.
Hari
Minggu, 11 Oktober 2015 lalu, Bapa Moses Belau pernah bertanya kepada saya tentang
kebutuhan anak-anak asrama Katolik di Kabupaten Keerom. Pertanyaan beliau itu
belum dijawab saat itu, karena sejauh itu saya belum ketahui secara pasti, apa kebutuhan
mereka di sana? Namun pertanyaan itu baru terjawab setelah saya mengujungi
anak-anak asrama di sana sambil mengecek kebutuhan mereka pada 21 Oktober 2015.
Hasil kujungan dan pengecekan kebutuhan mereka yang sekaligus menjadi jawaban
atas pertanyaan Bapa Moses itu adalah ternyata mereka mebutuhkan bahan makanan
dan uang SPP (biaya sekolah). Jawaban ini saya sampaikan kepada Bapa Moses dan
mama Esther pada 24 Oktober 2015.
Dalam
rangka menindak-lanjuti impian mereka membagi kasih dan menjawab kebutuhan yang
telah kami sampaikan itu, pasangan Bapa Moses Belau memutuskan untuk segera menyiapkan
bahan makanan sesuai dengan berkat yang ada. Keputusan mereka ini
direalisasikan tepat hari senin sore, dengan membeli bahan makanan di pasar
Hamadi. Bahan makanan yang telah dibelanja untuk anak-anak asrama itu adalah beras,
telur, minyak goreng, kacang hijau, susu, gula dan garam. Selain itu, mama Marince
Esther juga berinisiatif untuk menyumbangkan kebutuhan mencuci dan mandi. Ia
menambahkan sabun mandi, sabun cuci, odol dan sikat gigi.
Setelah
belanja, kami lantas menuju ke Keerom untuk menyerahkan kepada Pastor Dekan
Dekenat Keerom, supaya beliau atur dengan baik sesuai dengan kebutuhan
asrama-asrama yang ada, yakni: Asrama putra-putri Donbosko Arso Kota dan asrama
putra-putri di Arso 14. Dalam perjalanan, mama Esther mengatakan kepada saya
bahwa; “anak Frater, mama dan papa minta
maaf! Mama dan bapa hanya bisa menjawab kebutauhan mereka dengan bahan makanan
sedikit ini saja. Kebutuhan biaya sekolah mereka belum bisa kami jawab saat
ini”. Tidak, ini sudah luar biasa bapa-mama! Saya hanya ucapkan banyak
terimakasih dan saya yakin bahwa Tuhan sedang melihat kebaikan hati bapa mama,
sahutku. Perjalanan terus dilajutkan.
Kami
sampai di depan salah-satu tokoh di Tanah Hitam, di situ kami berhenti sejenak
untuk menambah (beli) minyak goreng. Untuk itu, mama Esther memberikan amplop
yang tadinya isi uang belanja kepada saya, supaya sisa yang ada di dalamnya
digunakan untuk beli minyak goreng sepuluh (10) liter. Setelah amplop itu ada di tangan saya,
saya membaca sebuah tulisan di bagian luar amplop itu, yang hanya dituliskan
satu kata; ternyata di situ ada tertulis kata “Persembahan”. Setelah membaca kata ini, saya berefleksi sejenak
bahwa “apa yang mereka lakukan saat itu adalah “persembahan mereka bagi Tuhan,
yang diwujudkan dengan memberikan bahan makanan kepada anak-anak asrama Katolik
di Keerom secara nyata”. Dan, dalam perasaan gembira saya mebeli sepuluh (10)
liter minyak goreng sesuai dengan petunjuk mereka. Setelah itu, kami teruskan perjalanan
ke Arso Kota, Kabupaten Keerom.
Sesampainya
kami di Paroki Arso Kota, ternyata para Pastor pada menjemput pembesar mereka
dari Roma di bandara Sentani. Informasih ini diberikan oleh Pastor Ronny Guntur
SVD melalui Handphone, sambil
mengucapkan terimakasih kepada bapa Moses dan ibunya. Oleh karena itu, sambil
mengucapkan salam balik, kami menyerahkan bama dan peralatan mandi itu kepada
petugas Pastoran supaya diamankan untuk dibagikan ke asrama yang ada oleh
Pastor Paroki yang juga menjabat sebagai Pastor Dekan Dekenat Keerom, Pastor
Kristianus SVD.
Pasangan
Bapa Moses Belau; Kami sadar bahwa apa yang kami berikan ini sangat kurang dan
pasti tidak akan mencukupi kebutuhan semua penghuni asrama, tetapi kami
berharap supaya Pastor Dekan Dekenat Keerom dan para pengurus asrama bisa
terima serta mengaturnya dengan baik.
Dan, kami juga berharap supaya anak-anak asrama, baik anak-anak asli Keerom
sendiri, pendatang maupun anak-anak dari Intan Jaya yang berjumlah depan belas
(18) siswa yang juga saat ini studi di Kabupaten Keerom bisa belajar dengan
baik, berprestasi dan bersaing secara positif, supaya memiliki kemampuan-kemampuan
yang bisa diandalkan dalam membangun Gereja dan Tanah Papuan ini”.