Video Of Day

Subscribe Youtube

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Monday, 11 September 2017

KUMPULAN LAGU-LAGU ROHANI DALAM BAHASA MIGANI


Ilustrasi Musik


I. MEGO DUNA NI HONGGAE
(Lagu Antar Bacaan)
Solo

1.     Igo otone data tua mene, Igo amene data umbua mene.  
                  Agati  buli au nimbuame,  Agati nggai au nimbuame….reff.

2.     Igo biga dua data umbua mene, igo mbole nema umbua mene. 
                  Agati hajji au nimbuame, Agatia ae au nimbuame…reff.

Reff :

Ni honggaee jawa duna ni honggae, indina EMO Aga Dole jupuagi. Ni honggae jawa duna ni honggaee.
Ni honggae mego duna dugumulu duna, indina EMO Aga Dole haingguagi. Ni honggae mego duna dugumulu duna.
Ni honggae mego duna dugumulu duna  (2  x - ending).

By Benny Magay



II. AIGA SONOWI INIGEWE  
(Lagu Persembahan)

Aiga Sonawi inigewe, indi oto dega damia digio,
Aiga Sonowi ni dogewe, indi mita noa damia digio.
Dogogo Agati nggane duamee…Dogogo Agati ni dogewe…
        Indi otodega, dega ka pogoma damia digioo… 
Indi tua umbua nema EMO Agamba damia digio.
Indi hanggigawa dega ka pogoma damia digioo…
                   Juge tua umbua nema EMO Agamba damia digio. 


III. YESUS ONDO YESUS EGA 
(Lagu Komuni)

Bahasa Migani:
Yesus Ondoo, Yesus Egaa mie dupingga,
Yesus Ondoo, Yesus Egaa mie nuwingga.
O serani mene, miiiee I ondoma hajji Ondo dupingga.
O serani mene, miiiee I ondoma hajji Ega nuwingga…
Bahasa Ndaua:
Yesus Ewe, Yesus Eawi loiero wanuoo,
Yesus Ewe, Yesus Eawi loiero nawoo.
O serani mende, loiero nit pisot Yesus ewe ju wanuoo,
O serani mendee, loiero nit pisot Yesus eawi ju nawoo.


IV. I AITA AGA EMOPA TUYA DIWILEO
(Lagu Bapa Kami)

I Aita…Agago emogupa tuya dileo,
Aga ejego topendawingga,
Agati jaiguambutu, emogupage diwile nagama, maipa higinungga.
Indi nua noa, so hagata nimbuame…
Agatia indi bigadega ni wonauame.
Indina aumba menege bigadeega wonaugiii..i
Agatigo I mego biga keago punutani, kihauame.
Dogo maya, ni andata aepa hauame.

By Gabe Sondegau

Saturday, 9 September 2017

LAPORAN TAHUN ORIENTASI PASTORAL TAHAP KETIGA (III)



EVALUASI RENCANA KERJA, PENEGASAN
PILIHAN HIDUP DAN REFLEKSI TOP
Fr. Yeskiel Belau
1.      Pengantar
Laporan Tahun Orientasi Pastoral (TOP) tahap pertama dan kedua sudah saya kerjakan dan telah kirim ke para Pastor Pembina serta Bapa Uskup. Muatan (isi) dalam laporan TOP pertama dan kedua yang telah saya kerjakan dan sudah kirim itu berbeda. Perbedaan yang saya maksudkan itu adalah bahwa dalam laporan TOP yang pertama, saya memuat pengenalan medan TOP. Kemudian dalam laporan TOP yang kedua, saya memuat rencana kerja saya sebagai Frater TOP di Paroki TOP.
Sejalan dengan laporan TOP pertama dan kedua itu, kini saya berada pada masa yang tepat untuk mengerjakan laporan TOP yang ketiga (III). Saya menyadari akan masa ini, maka kini saya akan melaporkan evaluasi rencana kerja, penegasan pilihan hidup dan refleksi atas masa TOP, sebagai isi dari laporan TOP yang ketiga ini. Artinya bahwa dalam laporan TOP yang terakhir ini, saya hanya memuat: Pertama, evaluasi atas rencana kerja yang pernah saya laporkan dalam laporan TOP kedua. Kedua, saya memuat penegasan pilihan hidup saya. Ketiga, saya memuat refleksi dan yang keempat kesimpulan. Berdasar pada tujuan ini, maka dalam laporan TOP yang terakhir ini, saya akan mengawalinya dengan evaluasi rencana kerja, penegasan pilihan hidup, refleksi dan akan ditutup dengan kesimpulan.
2.      Evaluasi Rencana Kerja
Kata evaluasi mengandung arti melihat kembali akan apa yang sudah terjadi pada apa yang sudah direncanakan dan pernah dikerjakan. Dalam hal ini, secara khusus melihat keberhasilan mengerjakan rencana dan kegagalan melaksanakan rencana. Maka, pada bagian ini saya akan melihat kembali akan apa yang sudah pernah saya rencanakan itu telah saya kerjakan dengan tanggung jawab atau gagal mengerjakannya. Sehubungan dengan hal ini, selanjutnya saya akan melihat rencana kerja yang pernah saya laporkan itu secara berurutan dan melihat sejauh mana saya merealisasikan rencana itu!
2.1.   Rencana kerja Pertama (Melengkapi Data Umat)
Melengkapi data umat adalah salah satu rencana kerja saya. Rencana ini sudah saya kerjakan sesuai dengan waktu yang telah saya tentukan. Sesuai dengan waktu yang telah saya tentukan, saya menggunakan satu Minggu untuk satu Kombas, khususnya Kombas yang belum lengkapi data umat yang dimaksud.
Proses melengkapi data tersebut saya memulainya sejak bulan Agustus Minggu ketiga hingga bulan Oktober Minggu ketiga 2016. Dalam bulan ini, saya mulai mengambil data dari Kombas ke Kombas. Dalam hal ini, katakan saja bahwa mulai dari Kombas Idetaka, Kenekadega, Yabama dan berakhir di Kombas Kabagi Wiyai. Data-data ini sudah saya kumpulkan dan telah serahkan kepada Pastor Paroki.
Saya kisahkan sedikit mengenai pengalaman mengambil data umat. Sesuai dengan waktu yang sudah saya tentukan, pada Minggu ketiga dalam Bulan Agustus itu, saya sudah mulai mengambil data umat itu. Dalam proses pengambilan data umat ini, saya berjalan dari Kombas ke Kombas dan selanjutnya berjalan dari rumah ke rumah dan langsung wawancara dengan kepala keluarga Katolik (umat).
Dalam proses itu, saya tidak hanya mengalami kemudahan-kemudahan, tetapi juga kesulitan-kesulitan. Saya mengalami kemudahan ketika saya menemui umat di rumah dan langsung wawancara mengenai hal-hal yang perlu. Sementara mengalami kesulitan, ketika sesampainya saya di rumah umat, saya tidak menemui umat. Maka saya menunggu hingga sore bahkan malam. Karena itu, beberapa kali saya tidur di Emawa Kombas yang bersangkutan. Hal ini bukan berarti bahwa pengalaman itu buruk, tetapi saya mau katakan bahwa proses melengkapi data umat itu tidak mulus-mulus. Meskipun demikian saya bersyukur, karena data yang dibutuhkan itu sudah tersediah.  
2.2.   Rencana kerja kedua (Menata Halaman Pusat Paroki)
Penataan halaman pusat Paroki, sudah saya mulai pada tiga bulan pertama di masa TOP ini. Selanjutnya secara perlahan, saya melanjutkannya hingga saat ini. Kini halaman tersebut nampak berbeda dengan halaman yang sama di masa sebelumnya. Artinya bahwa halaman tersebut ada perubahan sedikit. Perubahan sederhana ini terjadi oleh karena saya merealisasikan rencanaku itu secara perlahan.
Perealisasian rencana tersebut saya mulai dengan pembuatan papan informasi Paroki. Sesudah papan informasi Paroki tersediah, maka selanjutnya saya mulai cari kayu, paku dan gergaji. Oleh karena bahan-bahan ini juga tersediah, maka tahap berikutnya saya mulai membuat pagar bunga. Pagar bunga itu telah saya kerjakan dengan kayu yang saya cari sendiri. Setelah pagar sudah dikerjakan, saya cat sesuai dengan warna cat yang ada. Usai pekerjaan ini barulah saya mulai membersihkan dan cangkul tanah serta menghamburkan pupuk lokal. Sesudah proses ini saya membiarkan selama beberapa hari, supaya tanah dan pupuk itu menyatu. Tahap paling terakhir yang telah saya kerjakan adalah menanam bunga. Bunga yang telah saya tanam itu bunga bonsai dan bunga-bunga jenis lain, yang bagus. Kini, bunga-bunga itu mulai tumbuh dan semakin memperindah halaman Gereja.  
2.3.   Rencana kerja ketiga (Mengujungi umat di Kombas)
Rencana mengujungi umat di Kombas ini pernah saya lakukan pada setiap Hari Selasa. Memilih untuk mengujungi umat di setiap Kombas pada hari ini, dengan alasan bahwa umat di setiap Kombas mempunyai jadwal Ibadat Sabda pada Hari Selasa ini. Maka mengujungi mereka supaya beribadat bersama mereka di Kombas. Namun selama kujungan itu, saya hanya bisa bertemu dengan pewarta Kombas yang bersangkutan dan satu-dua umat. Meskipun demikian, kami tetap adakan sering pengalaman iman.
Belajar dari pengalaman itu, maka selanjutnya saya memilih untuk menunggu momen yang tepat guna beribadat bersama umat di Kombas, misalnya; saat Berulang Tahun, Syukuran dan Ibadat Arwah. Namun permintaan umat mengenai hal ini juga minim. Karena itu, terpaksa saya selalu kujungi Emawa-emawa di setiap Kombas dan menemui umat yang ada dan mendengarkan kisah-kisah hidup mereka lalu pulang.    
2.4.   Rencana kerja keempat (Pembinaan Iman)
Rencana pembinaan iman umat pernah saya realisasikan bersama dengan para pewarta dan Pastor Paroki pada Bulan Kitab Suci. Dalam Bulan Kitan Suci ini, kami pernah berjalan dari Stasi ke Stasi dan bersama umat pula mengadakan pendalaman Kitab Suci. Proses pembinaan iman yang telah kami lalui itu berlangsung demikian: Diawali dengan nyanyian pembukaan, doa pembuka, kata pengantar, membacakan Kitab Suci, sering pengalaman iman dalam terang Kitab Suci, penegasan, nyanyian, doa penutup dan berkat penutup.
Pembinaan iman umat khusus untuk OMK Paroki, secara formal telah saya jalankan di sekolah-sekolah yang ada (SMP & SMA). Sementara pembinaan iman bagi anak-anak SD dan mereka yang tidak sekolah, yang juga belum tersapa, dapat saya jalankan saat-saat kemping rohani dan kegiatan bersama di Gereja. Dalam kegiatan seperti ini, selalu saya ingatkan bahwa “kaum muda-mudi itu masa depan Gereja Katolik di Paroki ini. Maka bersedia mengikuti kegiatan-kegiatan rohani di Gereja itu pilihan yang baik”. Namun saya juga tetap mengakui bahwa pembinaan khusus bagi OMK Paroki yang terarah belum terlaksana dengan baik. Persoalan ini terjadi oleh karena minimnya kerja sama antara saya dengan pengurus OMK Paroki. Meskipun saya selalu mendekati pengurus OMK dan memberitahukan rencana ini, tetapi belum juga menjadi kenyataan. Saya juga pernah umumkan di Gereja, supaya OMK berkumpul untuk membahas hal-hal yang perlu untuk memajukan iman. Namun hasilnya tetap sama, maka saya pernah berpikir untuk mencari solusi lain lagi untuk mengumpulkan mereka, yakni; lewat jalur olahraga, tetapi perlengkapan olahraga yang adalah milik Paroki itu pun kurang jelas keberadaannya. Karena itu, rencana ini belum berhasil. Maka pada masa Tahun Karya saya akan fokus pada bagian ini.
3.   PENEGASAN PILIHAN HIDUP
Masa Orientasi Pastoral, bagi saya adalah satu  masa di mana saya belajar untuk menuju kedewasaan dalam panggilan, terutama pembentukan mental pribadi, hidup rohani, berelasi dengan umat, mempunyai pengalaman berkarya dan mengenal medan Pastoral. Dalam hal ini, saya sadar bahwa semua ini akan menjadi kekayaan saya, jika saya belajar dengan rendah hati. Oleh karena sadar akan hal ini, maka sejak awal saya sudah mulai dengan memberi perhatian serius pada bidang-bidang tersebut. Maka, sesudah memiliki sejumlah pengalaman, pada kesempatan ini saya akan menegaskan pilihan hidup saya dengan sadar dan mau.
Sebelum menegaskan pilihan hidupku itu, saya perlu kemukan di sini bahwa hidup sebagai seorang Imam maupun sebagai seorang kepala keluarga itu baik adanya. Penilaian ini lahir dari hasil belajar saya dari Pastor Pembina dan Umat di Paroki TOP. Saya telah belajar sedikit, bagaimana hidup sebagai seorang Imam dari Pastor Pembina dan bagaimana hidup sebagai seorang kepala keluarga dari setiap umat yang telah saya jumpai.
Berdasarkan pengalaman belajar itu, saya melihat tingkat kesulitan dan kemudahan hidup sebagai sorang Imam maupun sebagai seorang kepala keluarga. Tingkat kesulitan hidup sebagai seorang Imam adalah hidup sendiri seumur hidup. Dalam hidup sendiri ini, seorang Imam harus mengatasi masa-masa sulitnya sendiri. Masa-masa sulit yang dimaksud adalah saat sakit, lapar, tak berdaya, diteror dan lain sebagainya. Selain itu, ia juga mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membina iman dan menjaga moral umat yang begitu banyak, yang juga berbeda-beda segalanya itu. Jadi, saya akui bahwa ternyata hidup sebagai seorang Imam itu berat.
Demikian juga dengan tingkat kesulitan hidup sebagai seorang kepala keluarga. Seorang kepala keluarga harus memikul beban hidup seluruh anggota keluarga dan kerabatnya seumur hidup juga. Secara jelas tingkat kesulitan hidup seorang kepala keluarga itu berawal dari masa pembentukan keluarga, keluarga muda, keluraga dewasa, hingga keluarga usia lanjut. Dalam seluruh proses ini, seluruh beban hidup keluarga ada di pundak seorang kepala keluarga. Maka terkesan tidak ada hidup tanpa beban. Oleh karena itu saya juga akui bahwa hidup sebagai seorang kepala keluarga juga memang berat.
Model pilihan hidup itu kedua-duanya berat. Maka pertanyaannya; model pilihan hidup mana yang harus saya pilih dan tegaskan di sini? Pertanyaan inilah yang akan saya jawab pada bagian ini. Dalam menjawab pertanyaan ini, saya mengawalinya dengan kemukakan motivasi saya menjalani TOP di Paroki TOP ini. Secara jujur saya kemukakan di sini bahwa motivasi kesediaanku menjalani masa TOP ini adalah cita-citaku menjadi seorang Imam. Pertanyaanya mengapa saya mau menjadi Imam? Menjawab pertanyaan kedua ini, saya kutip dari penegasan saya dalam refleksi sebelum turun TOP. Demikian penegasan itu: Saya hanya menyebutkan lima alasan yang menurut saya amat berpengaruh dominan pada pilihan hidupku. Kelima alasan yang selalu memperkuat pilihan hidupku itu antara lain:
Pertama, saya merasa bahwa Tuhan telah mengangkat saya dari parit (bagian ini dan bagian keempat pernah saya refleksikan sejak Seminari Menegah, TOR dan Tingkat I STFT “Fajar Timur”. Dalam refleksi itu saya telah melihat dan menyaksikan kebaikan Tuhan yang luar biasa atas diriku dan seluruh hidupku yang mula-mula tidak ada arti menjadi hidup yang penuh harapan. Kedua, saya betul-betul merasa terpanggil untuk hidup sebagai seorang calon Imam dan Imam (merasa mencintai dan dicintai Tuhan). Ketiga, saya mau membagi kasih Kristus secara bebas kepada semua orang yang membutuhkan, sehinggah mereka yang tersapa mengalami kasih Tuhan. Keempat, menjadi Imam Kristus adalah cita-cita saya sejak masa kanak-kanak saat masih di Paroki asalku, Paroki Misael Bilogai. Kelima, saya mau ikut serta dan terlibat secara aktif dalam menyiapkan Jalan Tuhan/Parate Viam Domini di Keuskupanku, Keuskupan Timika.
Meskipun demikian, saya sudah kemukakan di atas bahwa hidup sebagai seorang imam itu berat. Maka pada kesempatan ini, walau seperti itu saya tetap memilih untuk hidup sebagai seorang Imam. Barangkali semua tingkat kesulitan hidup yang telah kusebutkan di atas itulah yang dimaksudkan oleh Kristus dengan berkata “Barang Siapa yang mau menjadi murid-Ku, ia harus Menyangkal diri, Memikul Salibnya dan mengikuti Aku”. Saya mau menyangkal diri, memikul salibku dan mau mengikuti Dia. Saya yakin, saya tidak sendirian, Dia ada, saya di dalam Dia. Jadi, saya tetap memilih untuk menjadi Imam Kristus di Keuskupan Timika. Pilihan ini bukanlah sebagai bentuk pelarian, bukan juga dipaksakan oleh situasi atau oleh orang lain, tetapi pilihan saya sendiri yang berdasar pada kesadaran pribadi, tahu dan mau.  
4.   REFLEKSI
PENEMUAN JATI DIRI SEBAGAI CALON IMAM”
Setelah membahas evaluasi rencana kerja dan menegaskan pilihan hidup saya, kini saya akan refleksikan seluruh masa TOP yang telah saya lalui di Paroki TOP ini sebagai proses penemuan jati diri saya sebagai calon Imam Diosesan Timika. Sehubungan dengan rencana refleksi ini, saya juga tetap mengakui bahwa refleksi kali ini ada hubungan yang jelas dengan refleksi dalam Laporan TOP pertama dan kedua. Karena itu supaya lebih jelas, saya mengulang kembali bahwa dalam laporan TOP pertama, saya pernah memuat refleksi dengan judul kesamaan dan perbedaan sebagai motivasi belajar. Sedangkan dalam laporan TOP kedua, saya berefleksi dengan judul belajar membaca peluang, merencanakan dan berbuat. Kemudian dalam laporan TOP yang terakhir ini, saya memilih judul “Penemuan Jati Diri Sebagai Calon Imam”.
Argumen utama dalam pemilihan judul-judul refleksi itu adalah ketetapan konsentrasi Frater TOP (saya) pada masa tertentu. Misalnya, konsentrasi pada tahap pertama adalah pengenalan seluruh medan TOP. Pada tahap kedua, merencanakan sesuatu untuk dikerjakan. Dan, tahap ketiga ini adalah masa evaluasi. Jadi, masa refleksi tahap pertama, kedua dan yang terakhir ini berbeda-beda, tetapi mempunyai satu tujuan. Kerena itu, saya juga menegaskan di sini bahwa judul refleksi yang ketiga ini merupakan kesimpulan dari yang pertama dan yang kedua itu. Hal ini mengandung arti bahwa judul refleksi pertama dan kedua menghasilkan atau melahirkan judul refleksi saat ini. Jadi, judul refleksi saat ini adalah ouput dari seluruh masa TOP saya di Paroki St. Fransiskus Obano. Oleh karena kenyataan ini, maka selanjutnya saya akan merefleksikan judul refleksi ini di sini.
Penemuan jati diri sebagai calon Imam semakin menjadi kenyataan bagi saya dalam masa TOP ini. Dalam hal ini, saya percaya bahwa seluruh proses TOP yang telah saya lalui di Paroki TOP ini adalah proses belajar untuk mencari jati diri saya sebagai Calon Imam Projo. Keyakinan ini betul bahwa penemuan jati diri saya sebagai calon imam itu saya rasakan melalui bidang-bidang berikut ini:
1.   Bidang Liturgi
1.1.   Pelayanan
Tugas utama Pelayanan Pastoral adalah di bidang Liturgi. Pelayanan di bidang Liturgi meliputi Ibadat Sabda pada Hari Minggu, Hari Raya, Ibadat Kombas, Syukuran, Peringatan dan Pemakaman.  Perayaan Hari Minggu dan Hari Raya dapat saya laksanakan sesuai dengan jadwal yang ada dan kebutuhan Pastoral. Sementara Ibadat Kombas, Syukuran, Peringatan dan Pemakaman dapat saya jalankan berdasarkan permintaan umat atas persetujuan Pastor Paroki. Pelayanan Ekaristi di setiap Kombas dijalankan oleh Pastor Paroki, tetapi untuk memimpin Ibadat Sabda, pertama-tama saya mempersiapkan buku panduan Ibadat Sabda, Kitab Suci dan Jubah. Bentuk persiapan yang saya lakukan adalah  mendalami teks Kitab Suci melalui buku referensi yang dikontekskan pada moment dan realita hidup umat. 
1.2.    Perkembangan Pribadi Dalam Berliturgi
Perkembangan pribadi saya hingga di akhir masa TOP ini menunjukkan bahwa ada perubahan dari waktu ke waktu. Perkembangan ini menyangkut kemahiran berliturgi, trampil dalam menggunakan bahasa Indonesia yang mudah dimengerti oleh umat dan penguasaan kosa kata serta tata bahasa yang logis serta sistematis, sehingga umat dapat mengerti apa yang saya sampaikan dalam renungan maupun dalam berdiskusi. Kenyataan ini dapat saya rasakan pada tiga bulan pertama, yang saat itu terkesan mengawan, monoton dan berulang-ulang jalan pikiran, karena malu dan gugup. Namun sesudah melewati masa itu sambil berefleksi dan belajar, kini saya merasa bisa menguasai pribadi dan pendengar. Dalam perubahan ini, saya juga menyampaikan renungan kepada umat dari altar/mimbar dengan percaya diri. Oleh karena kenyataan ini, maka saya merasa apa yang saya sampaikan dalam renungan itu dapat dimengerti oleh umat dengan baik. Mengenai hal ini, selalu diberitahu oleh umat dan para pewarta.
Perkembangan lain yang juga sangat bermanfaat bagi saya adalah penguasaan tata cara Ibadat  yang disesuaikan dengan masa Liturgis seperti Pesta, Peringatan, Hari Raya dan masa Biasa. Renungan pun dapat saya fokuskan pada tema yang bersangkutan, sehingga setiap Minggu tidak terkesan berulang-ulang atau kehilangan inspirasi dan kata-kata. Karena itu, saya mempergunakan fasilitas Paroki seperti buku-buku dan majalah untuk mencari dan menemukan inspirasi baru. Proses belajar dan belajar menuju pembiasaan/habitus dalam berliturgi memberi satu kondisi penemuan jati diri sebagai rohaniwan dalam menekuni tugas pokok saya. Perkembangan ini mengandaikan bahwa proses internalisasi pelayanan liturgi cukup menjadi bekal bagi saya dalam melangkah ke jenjang selanjutnya.
1.3.    Hal Yang Perlu Dibenahi
Meskipun ada perkembangan dalam diri saya seperti yang telah dikemukakan di atas, tetapi saya juga tetap mengakui bahwa masih ada hal yang perlu saya benahi. Hal yang saat ini saya ketahui adalah masalah pengaturan waktu pribadi. Pengaturan waktu yang saya maksudkan adalah waktu bangun pagi. Dalam hal ini, kadang-kadang saya terlambat bangun pagi, terlambat doa pribadi, terlambat menyiapkan makanan dan bekerja. Keterlambatan ini seringkali menimbulkan efek buruk bagi saya sendiri, yakni; tidak makan pagi atau siang, bekerja dan melayani umat juga dengan tergesa-gesa, tidak nyaman serta kehilangan konsep. Maka untuk mengatasinya saya perlu aktifkan alaram pada HP dan melatih diri untuk bangun saat alaram itu berbunyi.
1.4.      Hidup Doa Harian
Selama masa TOP, saya aktif mengikuti misa harian di beberapa tempat, seperti di Emawa Paroki pada Hari Selasa, Di Kombas dan di Gereja pada Hari Minggu. Namun beberapa bulan ini saya merasa ada kekosongan rohani, entah kenapa belum mengerti faktornya, kadangkala karena lelah, kurang semangat dan sebagainya. Sementara untuk doa ovifisi, misalnya laudes, vesper dan kompletorium tidak diadakan bersama tetapi masing-masing. Maka pengalaman menunjukkan bahwa saya kurang menghidupi doa pribadi ini. Untuk doa sebelum atau sesudah makan, biasa berdoa sendiri kadang juga bersama Pastor bila makan bersama. Sedangkan doa menjelang tidur malam dan bangun pagi, menjadi satu kebutuhan pokok saya, sehingga tidak pernah lalai.
Figur Pastor Paroki yang tekun melaksanakan semua kegiatan Pastoral termasuk merayakan Ekaristi di mana saja dan kapan saja menunjukkan teladan yang baik bagi saya dalam mengembangkan rohani. Kematangan pengolahan rohaninya menginspirasikan saya betapa pentingnya hidup rohani bagi saya menuju kematangan pribadi. Pembagian waktu yang tepat dan ketekunannya juga selalu saya pelajari. Demikian juga dengan sikap kebapaan yang ditunjukkan bukan dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan teladan dan kesetiaan.
Saya Frater perdana di Paroki St. Fransiskus Obano. Sebagai Frater perdana, saya merasa bahwa Pastor Paroki telah memberi kebebasan sepenuhnya kepada saya untuk mengerjakan apa saja yang bermakna bagi tugas pelayanan. Dalam hal ini, berbagai kesempatan pernah diberikan kepada saya, seperti; mendampingi OMK dan kelompok Misdinar mengikuti kegiatan pengembangan iman di Paroki tetangga, mengikuti kegiatan-kegiatan pelayanan di tingkat Dekenat, menghadiri undangan atas nama Paroki, memimpin Ibadat Sabda dan sebagainya. Hal yang menurut saya amat perlu, tetapi belum melibatkan saya adalah pendalaman sistem administrasi Paroki dan menejemen Paroki.
2.  Relasi Sosial dan Lingkungan Hidup
2.1.  Relasi
 Dalam hal relasi, saya harus jujur bahwa selama menjalani hidup di masa TOP ini, saya sudah berkomitmen untuk tidak membedakan siapa pun berdasarkan latar belakang apa pun. Bagi saya, semua umat adalah sama. Semua umat itu bagaikan kawanan domba yang perlu saya sapa dan layani secara tulus. Memang ada umat yang kaya, miskin, pribumi, pendatang dan lain sebagainya, tetapi itu menuntut saya untuk membongkar tembok pemisah ini, saya harus membangun sikap penerimaan yang adil. Oleh karena itu, seperti yang telah saya laporkan sebelumnya, menyangkut relasi tidak diragukan lagi. Hanya saja ada satu hal yang perlu saya tingkatkan lagi yaitu, kunjungan bagi umat untuk pengenalan yang lebih mendalam. Memang kunjungan ini penting, tetapi di kalangan umat yang kadangkala tertutup dan tidak terbiasa, menjadi halangan bagi saya mengunjungi semua keluarga.  Maka, sejauh ini hanya beberapa keluarga saja yang pernah saya kunjungi. Misalnya; keluarga para pewarta dan keluarga anggota OMK yang saya kenal. Sebetulnya kunjungan yang bermakna bagi keluarga adalah menyapa dan mengenal berbagai persoalan hidup yang dihadapi keluarga, kemudian  memberikan bentuk penguatan yang  perlu, tetapi metode seperti inilah yang kurang saya terapkan, karena mengingat persoalan yang saya kemukakan di atas.
Selanjutnya mengenai bentuk relasi saya dengan lawan jenis. Bentuk relasi ini benar-benar menjadi tantangan berat bagi panggilan saya. Di Dekenat Paniai secara umum dan secara khusus di Paroki TOP saya terdapat banyak cewe yang juga tidak bisa anggap remeh soal kecantikannya. Jujur bahwa hal ini mendatangkan godaan tersendiri. Oleh karena kenyataan ini, maka saya biasa menghadapi mereka dengan sikap mengagumi dan berusaha menghilangkan sikap ingin memiliki. Sambil membangun sikap ini, keakrapan dengan mereka tetap saya jalin, karena hal ini perlu bagi saya dalam pengolahan afeksi dan mental. Sejalan dengan upaya ini, saya juga mempunyai kekuatan tersendiri untuk mengendalikan sikap ingin memiliki cewe, yakni; mempertimbangkannya dengan motivasi saya berada di Paroki TOP, yaitu kemauan saya mencapai cita-cita menjadi Imam. Juga pertimbangkan dengan harapan keluarga, dukungan bapak Uskup dan umat yang saya layani. Pilihan menjadi kepala keluarga atau menjadi imam memiliki tantangan yang sama, maka sebaiknya saya tetap memilih menjadi imam keuskupan Timika, seperti yang telah saya tegaskan di atas.
2.2. Peduli Lingkungan
        Fenomena ancaman Global Worming menginspirasikan semua orang agar selalu waspada dengan membangun sikap tanggung jawab dalam menjaga lingkungan. Ancaman terhadap alam tetap terbuka kapan saja, jika setiap orang kurang peduli dengan lingkungan hidup ini. Namun anehnya bahwa penebangan liar dan ilegaloging tetap saja menjadi masalah kalayak di seluruh tanah Papua ini termasuk Kabupaten Paniai hingga Paniai Barat. Maka saya akui bahwa sebuah tindakan kecil, yaitu menanam pohon atau menjaga kelestarian flora dan fauna dengan sikap menjaga adalah sebuah tindakan menyelamatkan banyak orang. Bentuk kepedulian terhadap lingkungan hidup seperti ini dapat saya bangun melalui himbauan kepada umat agar selalu menjaga kelestarian lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan. Tindakan nyata dan sederhana yang pernah saya lakukan di Paroki adalah menanam pohon dan bunga di halaman Gereja Paroki St. Fransiskus Obano.
2.3. Pengembangan Bakat
Semua orang mempunyai bakat atau kemampuan menguasai suatu bidang kehidupan, seperti; menulis, kerajinan tangan, olahraga, kesenian, melukis, bermain musik dan lain sebagainya. Demikian juga dengan saya. Saya mempunyai dua bakat yaitu, bermain bola kaki dan menulis. Namun keduanya belum saya kembangkan dengan baik di Paroki TOP ini, karena tempat olahraga dan sarananya tidak memungkinkan. Hanya saja sesekali saya panaskan bilamana pergi ke Enarotali. Di sana saya bisa bermain bola kaki bersamma dengan anak-anak muda di lapangan Suharto dan menulis pengalaman-pengalaman serta informasi Paroki, lalu kirim ke media-media yang saya kenal, seperti Gaiya, Somatua dan blog saya.
Makna mengembangkan bakat yang saya pahami adalah satu cara manusia melihat talentanya dan menggandakan talenta yang diberikan Tuhan itu untuk selalu memuliakan Dia. Pewartaan Injil bukan saja melalui media suara yang dapat didengar, tetapi juga melalui kedewasaan berolahraga dan tulisan-tulisan yang bisa dimaknai orang dalam hidup. Kalau didalami secara cermat, melalui kedua bakat ini juga menjelaskan banyak hal tentang Tuhan seperti yang selalu kita dalami dalam Kitab Suci. Sebab melaluinya orang akan mengetahui gambaran kedewasaan hidup, gambaran alam kehidupan, hidup sosial dan budaya. Maka, orang selalu mengenal saya lewat bakat ini sebagai orang yang sedang menjalani masa TOP di Paroki St. Fransiskus Obano. Bagi saya, hal ini menjadi partisipasi saya dalam perkenalkan Paroki ini kepada dunia luas serta mengangkat nama umat setempat. Karena hal ini, maka bakat yang ada pada saya ini, saya maknai sebagai bagian dari panggilan saya untuk mewartakan karya keselamatan Tuhan yang terlaksana dalam hidup konkrit.
2.4. Kepedulian Pendidikan Umat
Selama menjalani masa TOP di Paroki St. Fransiskus Obano, saya juga telah menaruh kepedulian terhadap pendidikan umat setempat, khususnya Orang Muda Katolik (OMK). Kepedulianku ini saya ungkapkan secara kongkrit dengan cara turun langsung ke sekolah dan menjadi guru agama Katolik. Sebagai guru agama Katolik, saya mengajar pelajaran agama Katolik di SMP N. 1 Obano dan SMA N. 4 Paniai Barat. Dalam proses ini saya menggunakan buku-buku pelajaran sesuai dengan tingkat pendidikan dan kurikulum yang berlaku. Dengan bantuan buku-buku sumber ini, saya telah mengfokuskan diri untuk membina iman anak-anak didik, mengarahkan mereka supaya hidup sebagai anak-anak Katolik yang baik di Paroki dan mengarahkan mereka menjadi orang baik dalam hidup bermasyarakat. Saat ini saya bersyukur, karena dengan upaya tersebut, OMK Paroki semakin menyadari akan keberadaannya sebagai anak-anak Katolik dan semakin aktif dalam kegiatan-kegiatan bersama di Gereja.       
2.5. Finansial dan Kekayaan TOP
Bagian finansial selalu menjadi sorotan urgen, karena berkaitan langsung dengan pertanggungjawaban secara transparan. Pertanggungjawaban secara transparan mengenai keuangan pribadi tentu akan menentukan kemampuan saya dalam mengatur keuangan yang lebih besar di kemudian hari. Oleh karena itu, pada bagian ini saya akan melaporkan soal finansial dan kekayaan TOP secara transparan. Sebelum itu saya mengakui akan kelemahan saya dalam mencatat semua transaksi selama masa TOP ini. Namun yang jelas bahwa dalam sebulan Keuskupan memberi uang saku Rp 750.000/bulan. Pemberian uang saku ini sudah dimulai sejak bulan Januari 2016 – September 2016. Maka keseluruhan uang saku yang telah saya terima dari Keuskupan sampai saat itu adalah sebesar Rp 6.750.000. Kemudian pada bualan Oktober ada perubahan uang saku dari 750.000/bulan menjadi 1.500.000/bulan. Maka keseluruhan uang saku yang telah saya terima dari Keuskupan hingga saat ini adalah sebesar Rp 17.250.000. Selain dana ini, saya juga sesekali diberi uang oleh umat yang saya jumpai dalam perjalanan, baik sebagai ongkos transportasi maupun harga pulsa, rokok dan stipendium. Dana pemberian umat ini pun belum pernah saya catat sesudah menggunakannya. Namun dana ini maupun uang saku selalu saya gunakan demi tujuan yang baik, seperti mengurus kebutuhan pokok saya, transportasi, servis motor Paroki, membatu umat yang meminta bantuan, menyiapkan kebutuhan pelayanan Pastoral bagi saya dan selebihnya saya gunakan untuk membiayai proses duka mamaku yang telah berpulang pada bulan Januari 2017 yang lalu.
Bentuk keyayaan yang pernah saya terima dan yang sudah saya gunakan di Paroki TOP adalah satu kamar tidur. Dalam kamar ini ada subuah kasur, empat buah selibut, satu meja dan satu kursi. Juga, ada sebuah sepeda motor milik Pastor Paroki, yang biasa saya gunakan, namun selama enam bulan belakangan motor itu diambil tanpa pemberitahuan oleh keluarga Pastor Paroki dan menjadi milik mereka, jadi selama enam bulan itu saya telah bergerak secara manual. Fasilitas Paroki yang lain, saya tidak tahu sampai sekarang ini. Yang jelas pengalaman membuktikan bahwa apa yang kurang, selalu saya usahakan sendiri demi mempermudah pelayanan. Meskipun kenyataannya seperti ini, tetapi saya tetap mengakui bahwa semua pemanfaatan finansial dan kekayaan ini dapat mempermudah saya dalam pelayanan. Sehingga bukan semata-mata memupuk kekayaan pribadi saja, tetapi cukup untuk bermanfaat.
Hal yang kurang baik dalam diri saya dalam mengatur finansial adalah mental boros. Mentalitas saya yang boros ini membuat kas tabungan saya selalu kosong. Hal ini sama dengan masalah saya yang kedua, yaitu, kesulitan mencatat transaksi keuangan pribadi. Kedua hal ini betul-betul menjadi indikator bahwa saya kurang memperhatikan hal yang prioritas. Dan, ternyata melalui refleksi ini saya mengetahui akan semua hal yang perlu saya benahi termasuk dual itu dan secara khusus mengenai interioritas saya, karena semuanya bertolak darinya. Hal ini amat perlu sebelum saya membenahi umat soal manajement keuangan untuk masa depan. Karena itu, memang betul bahwa hidup tanpa belajar menuju kematangan pribadi adalah hidup tanpa makna. Namun hidup belajar dari kekurangan dan kelalaian selalu menjadi tuntutan mutlak bagi saya sebagai calon Imam. Selanjutnya saya bersyukur bahwa selama TOP di Paroki St. Fransiskus Obano, saya bisa belajar banyak dari Pastor Sebastian Amamean Pr., yang selalu tertib dalam semua bidang Pastoral di Paroki, terutama dalam mengatur keuangan. Saya berharap ketika kelak saya menjadi seorang Imam, dapat kembambangkan apa yang telah saya pelajari dari Pastor Pembina.
Masa TOP adalah masa di mana saya bersedia belajar semua bidang Pelayanan Pastoral yang telah saya refleksikan di atas dan mengenal medan karya Pastoral, yang pernah saya laporkan dalam laporan TOP perta serta belajar membaca peluang, merencanakan dan berbuat sesuatu yang positif demi pengembangan iman umat, yang pernah saya laporkan melalui laporan kedua dan juga evaluasi atas semua ini.
Tujuan masa TOP itu bagi saya adalah supaya saya dapat menemukan “Jati Diri Saya Sebagai Seorang Calon Imam”. Kini, saya merasa bersyukur karena saya telah belajar sedikit mengenai bidang-bidang pelayanan Pastoral tersebut dan dengan pengalaman belajar ini, maka saya pun merasa semakin menemukan jati diri saya sebagai seorang calon Imam Diosis Timika. Semoga Tuhan terus membimbing saya dalam perjalanan panggilanku selanjutnya.   
5.      Penutup
Dalam laporan TOP terakhir ini saya telah kisahkan mengenai: Pertama, Evaluasi rencana kerja saya di Paroki TOP. Dalam evaluasi ini, saya telah melihat bahwa Pengambilan Data Umat itu sudah dirampung dengan baik dan telah serahkan kepada Pastor Paroki. Kesuksesan ini dicapai bukan tanpa kesulitan, tetapi dengan melewati berbagai kesulitan dan kemudahan. Rencana kerja kedua yang sudah saya evaluasi adalah Menata Halaman Gereja Pusat Paroki. Rencana ini juga telah sukses dikerjakan. Namun perlu diketahui bahwa dalam proses perealisasian rencana kerja ini juga dengan bekerja keras seorang diri. Sementara itu rencana kerja ketiga yang telah dicek dalam tulisan ini ialah Pembinaan Iman.
Pada bagian rencana kerja ketiga itu secara formal telah saya realisasikan melalui jalur pendidikan formal di SMP dan SMA yang ada. Sementara bagi mereka yang belum tersapa, dapat saya dampinggi dalam kegiatan-kegiatan rohani di Gereja. Namun saya juga telah akui bahwa pembinaan secara terarah bagi kaum muda-mudi Paroki berlum terlaksana dengan baik, karena saya mengalami kesulitan mengumpulkan umat usia dini (OMK) Paroki dan juga akibbat terjadinya pembatalan kegiatan persiapan Porseni Bas di setiap Kombas. Sebab rencana ini disiapkan juga untuk disisipkan saat pelaksanaan kegiatan yang dimaksud. Juga telah saya evaluasi soal rencana saya untuk Mengujungi Kombas-Kombas yang ada. Bagian ini telah saya jalankan sendiri dan selanjutnya bersama dengan para pewarta dan Pastor Paroki, bertepatan dengan Bulan Kitab Suci.
Kedua, saya telah menegaskan pilihan hidup saya bahwa saya tetap memilih untuk menjadi seorang Imam. Ketiga, saya memuat refleksi mengenai “Penemuan Jati Diri Sebagai Calon Imam”. Dalam membahas judul refleksi ini, saya telah membahas bidang-bidang pelayanan Pastoral yang telah saya pelajari saat menjalani TOP, seperti; bidang liturgi sebagai tugas pokok Pastoral dan relasi sosial serta lingkungan hidup.
Bagian akhir refleksi ini, saya menegaskan bahwa dengan peluang dan kesempatan TOP, yang telah saya lalui ini, saya melihat diri saya sebagai seorang calon Imam yang telah berhasil dan gagal. Sejalan dengan keyakinan ini, ada beberapa hal dalam diri saya yang saya rasa sudah berkembang, berkat ketekunan  saya dalam proses belajar. Kotradiksi dengan hal ini, ada juga beberapa hal yang membuat saya belum berkembang, maka perlu saya benahi diri lagi. Barangkali semua ini masih terus terjadi karena sikap hedonis yang cenderung mengontrol saya di usia muda ini. Terlepas dari itu, memang perkembangan diri yang lebih bermakna akan ditentukan melalui upaya kerja keras matiraga dan pengorbanan saya sendiri. Artinya bahwa tahap perkembangan diri yang bermakna itu akan terbentuk ketika saya merasa gagal, kemudian bangkit dan berjuang lagi. Bersama Kristus pasti Bisa!







Obano, 28 Mei 2017


    Frater TOP.                                                                                Pastor Pembina

 Yeskiel Belau                                                           Pastor Sebastianus Maipaiwiyai, Praja.

The Best

PENGERTIAN FILSAFAT