|
Oscar Kobogau (Suku Migani) Orang Papua Pertama Yang Menjadi Instruktur Pilot |
Belakangan ini sebuah tulisan di media
Salam
Papua (Sapa) Timika, tentang Oscar
Kobogau yang berhasil meraih cita-citanya, yaitu; menjadi seorang Instruktur
Pilot atau dosen pada sekolah pilot di usianya yang sangat muda itu beredar begitu
cepat di berbagai media sosial, seperti; WhatsApp,
Tweeter dan Facebook.
Berita yang
berjudul “Oscar Kobogau, Orang Papua Pertama
yang Menjadi Instruktur Pilot Dalam Usia Sangat Muda” itu, pernah dishare
juga oleh salah satu anggota Group
WhatsApp “Suku Migani” di Group Suku Migani, pada Hari Rabu 12 Juni 2019. Berita yang dishare
ini pernah ditanggapi oleh para anggota Group
Suku Migani dengan sangat positif termasuk Bapak Yulius Selegani. Bapak Yulius
Selegani terkesan kaget campur rasa syukur atas informasih tentang
keberhasilan Oscar Kobogau itu.
Dalam suasana batin seperti itu, Bapak
Yulius Selegani mulai mengingat kembali
tentang kisah kelahiran Oscar Kobogau
sang Instruktur Pilot itu, yang amat dimungkinkan juga oleh usahanya. Pada kolom
komentar di Group WhatsApp Suku Migani
itu, ia sharingkan kisah tentang kelahiran saudara Oscar dengan menuliskannya seperti berikut ini:
|
Bapak Yulius Selegani |
“Oscar Kobogau,
orang Papua pertama yang menjadi
Instruktur Pilot itu pada awalnya diselamatkan oleh seorang monoh, “Debame”
(Debame artinya pria monoh dalam bahasa daerah Suku Migani) yang bernama Begame Tipagau. Ceritanya adalah pada
saat ibu Elkana Selegani hamil Oscar, dia sudah tidak diperhatikan lagi oleh sang suaminya, yang benama Titus Kobogau. Saat itu mereka tinggal di kampung
Bajoma Tembagapura. Lalu tanggal 30
Oktober tahun 1995, ibu Elkana menjerit
sakit persalinan. Dalam kondisinya seperti ini, suami Elkana sudah benar-benar tidak perhatikannya lagi, maka keadaan seperti ini membuat dia sangat kesulitan. Memang saat itu tidak ada orang yang bisa dia harapkan di sana. Kondisi ibu Elkana seperti ini diamati dengan cermat oleh
monoh Begame, yang saat ini masih bekerja
di pangan Sari Tembagapura. Setelah mengamatinya, ia datang memberitahukan keadaan ibu Elkana itu kepada saya bahwa “adikmu, Elkana Selegani itu sudah hamil tua dan sedang menjerit sakit persalinan. Kelihatannya suami Elkana sudah tidak peduli dengan dia lagi! Saat ini dia membutuhkan pertolongan, jika tidak ada yang menolongnya, maka pasti dia akan mati kesakitan". Berita ini
dijelaskan Begame dengan bahasa isyarat sebagai seorang monoh. Berita yang dijelaskan Begame dengan bahasa
isyarat ini saya pahami, maka saya
langsung laporkan berita ini kepada Cecurity dan pihak Houspital di Tembagapura.
Setelah memberitahukan berita itu, terlihat Security dan pihak rumah sakit mulai menyiapkan
tempat. Sementara itu, Begame dan anggota team kesehatan yang lain, menuju ke Bajoma di rumah tempat ibu Elkana itu menderita sakit persalinan. Sesampainya mereka di sana, mereka melihat ibu Elkana mengalami
kesakitan yang luar biasa seorang diri, maka saat itu mereka membuat sebuah tilam dengan karung goni, lalu menaikkan ibu Elkana ke atasnya dan membawanya hingga
sampai di dekat Gereja Utikini Lama. Di
situ ada sebuah jembatan, maka mereka beristirahat sejenak di situ dan sementara
itu lewatlah sebuah Mobil Ambulance ke arah itu,
melihatnya mereka meminta sopir mobil itu untuk membantu hantar pasien ke rumah sakit. Selanjutnya setelah sopir itu menyetujui permintaan mereka, mereka menaikkan Elkana ke dalam mobil
itu, lalu sopir mobil itu membawanya ke Houspital
68 Tembagapura.
Di Houspital 68, ibu Elkana
diperiksa oleh tim medis dan hasilnya dinyatakan bahwa ibu Elkana belum sampai pada waktunya untuk
melahirkan anak. Padahal kalau dilihat, Ibu Elkana
sudah sampai pada waktunya untuk bersalin. Mendengar berita ini dari Begame, pada hari Sabtu Sore saya datang sendiri ke
rumah sakit itu dan melihat keadaannya. Ternyata benar bahwa ibu Elkana sudah ada di rumah sakit dan keadaannya semakin tenang, tetapi terlihat masih sangat lemas. Maka saya mulai siapkan diri untuk mendoakannya. Dan, setelah saya siap, saya mulai mendoakan ibu Elkana
atas nama orang tua. Sesudah mendoakannya, saya pamit dan menuju ke terminal Bus Kerinduan Tujuan Timika untuk pulang ke Timika. Dalam perjalanan, saya mendengar berita kalau ibu Elkana
Selegani itu sudah melahirkan seorang
anak laki-laki. Mendengar berita ini saya merasa sangat gembira dan dalam
suasana gembira ini saya melanjutkan perjalanan ke Timika.
Keesokan harinya, pada Hari
Minggu Sore tanggal 31 Oktober 1995, saya kembali lagi ke Tembagapura untuk
bekerja. Setelah saya sampai di Tembagapura, saya langsung menuju ke rumah
sakit lalu menemui ibu Elkana Selegani dan bayinya itu. Ya, saat itu saya langsung masuk ke ruang rawat ibu Elkana dan melihat dia yang sudah
melahirkan seorang anak laki-laki. Maka saat itu, dengan senang
hati saya menyapanya dan setelah beberapa saat kemudian saya memberikan nama kepada anak itu. Saat itu saya memberi anak itu
nama "OSCAR KOBOGAU” dan sampai saat ini dia masih menggunakannya, puji Tuhan. Selanjutnya, suka dan duka kehidupan Oscar dan mamanya ini serta perjalanan study Oscar bisa dibaca di sini:http://www.salampapua.com/2019/06/oscar-kobogau-orang-papua-pertama-yang.html
Setelah Bapak Yulius
Selegani menuliskan kisah perjuangan Begame
dan dirinya serta yang lain dalam menolong ibu Elkana Selegani untuk melahirkan Oscar Kobogau dengan selamat itu, ia mengatakan di Group WhatsApp Suku Migani bahwa:
“Bapak-ibu dan saudara-saudariku penghuni Group
WhatsApp “Suku
Migani” yang
terkasih,
saya menceritakan pengalaman ini, bukan untuk
menyombongkan diri atau mengada-ada saja, tetapi inilah sebuah kisah yang
nyata. Inilah sebuah fakta dan kronologi yang melatarbelakangi kelahiran anak Oscar Kobogau. Maka pada kesempatan ini
saya ingin mengingatkan anak Oscar
Kobogau agar selain memperhatikan orang tua, yaitu mamanya; juga tidak lupa
akan Debame Begame Tipagau itu. Mengapa? Karena seperti
yang telah saya jelaskan di atas bahwa Debame
itulah yang mengamati kedaan ibu Elkana dan memberitahukan keadaan itu kepada
saya, sehingga saya bersama dengan yang lain telah berusaha menyelamatkan
nyawanya dari mara bahaya saat itu. Dan, kini anak Oscar sudah menjadi seorang pemimpin di dunia penerbangan yang
tidak pernah kita bayangkan. Maka saya mengakui bahwa itu sangat luar biasa. Dengan demikian saya Yulius Selegani
mengamini bahwa semua ini terjadi hanya karena TUHAN, tanpa Tuhan semua rencana
manusia itu sia-sia belaka”, katanya menutup sharing.
Menanggapi sharing Bapak Yulius Selegani itu, para anggota Group WhatsApp Suku Migani memberi apresiasi dan salah satu
apresiasinya adalah “Terimakasih banyak Bapak Yulius Selegani, atas sharing pengalaman di mana Allah hadir dan menolong
ibu Elkana dan saudara Oscar melalui Begame dan bapa sendiri serta sesama yang lain. Luar biasa, teruslah menjadi sarana Tuhan
Allah yang bisa Dia hadirkan Keselamatan bagi Umat Allah di bumi ini. Upahmu besar di
bumi dan di Surga. (End).
Penulis Yeskiel Belau