Abstrak
|
Foto Yeskiel Belau |
Konsep Mego menurut
orang Migani dan maknanya dalam kehidupan orang Migani. Inilah topik yang telah saya bahas dalam tulisan ini.
Pilihan membahas topik ini dalam tulisan ini dengan tujuan menggali konsep Mego,
menemukan kebenaran tentang konsep Mego
dan perkenalkan temuan tentang konsep Mego menurut orang Migani itu sebagai nilai filosofi lokal penting yang khas bagi mereka di dunianya. Dalam mewujudkan tujuan ini,
saya menggunakan
metode wawancara dan studi pustaka dengan pendekatan ilmu Fenomenologi,
Antropologi Budaya
dan Filosofis. Dengan bantuan metode
dan pendekatan ilmu-ilmu ini,
saya menemukan bahwa konsep Mego sesungguhnya mempunyai hubungannya yang erat dengan
filsafat barat dan karenanya konsep ini memuat makna filosofis yang amat
mendalam bagi orang Migani.
Kata
Kunci: Mego, Mego-Au, EMO, Pikiran, Makna.
1.
Pendahuluan
Manusia adalah makluk yang berakal budi.
Sebagai makluk yang berakal budi, ia mempunyai keingintahuan
yang tinggi dan kemauan keras sebagai
sifat uniknya. Manusia yang memiliki
sifat seperti ini dianggap sebagai makluk yang paling sempurna dari makluk penghuni
bumi yang lainnya. Sebagai
makluk yang sempurna ia mampu berkreasi menciptakan sesuatu dan membangun
dunianya dengan baik adanya. Keberhasilan seperti ini tentu disebabkan
oleh kemampuan otak, cara berpikir dan hasil
pikiran yang dimaksud itu.
Berdasar pada penjelasan itu, benar bahwa manusia
yang memiliki rasa ingin tahu sudah terbiasa dituntun oleh pikirannya untuk mencari
tahu segala sesuatu yang menjadi misteri baginya. Dalam hal ini, biasanya
manusia selalu bertanya “apa, bagaimana, mengapa begini
dan begitu?”. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini hanya bisa
dijawab dengan pikiran manusia. Pikiran manusia menuntun orang mencari tahu
hingga menemukannya. Kemudian pengetahuan yang ditemukan dikombinasikan dengan
pengetahuan yang baru, sehingga menjadi pengetahuan yang lebih
baru lagi dan seterusnya. Inilah
cara manusia membangun dunia, mengembangkan diri dan hidupnya di dunia ini
sebagai makluk yang berakal budi. Pertanyaan selanjutnya
adalah bagaimana dengan suku bangsa Migani
sebagai bagian dari makluk yang berakal budi? Pertanyaan ini akan dijawab
dalam tulisan ini dengan bantuan beberapa petanyaan lain lagi, yaitu; seperti apa
pikiran atau akal budi menurut orang Migani? Bagaimana maknanya
(pikiran/akal budi) dalam kehidupan orang Migani yang mendiami Kabupaten
Intan Jaya Papua?
Nilai filosofi yang bersifat lokal
dalam budaya Suku bangsa Migani
amat berhubungan dengan Mego. Mego artinya pikiran manusia. Maka orang
Migani yang dalam dirinya terdapat Mego ini, meyakini secara
sungguh bahwa semua rumusan nilai budaya yang telah tertata rapih dalam budaya mereka, yang senantiasa
mereka hidupi dalam usaha meraih kesejahteraan hidupnya itu bersumber dari Mego ini. Artinya bahwa semua yang ada dalam kebudayaa orang Migani seperti; Amakane (salam damai), Hajii (konsep keselamatan), Nggane-Au
(cinta kasih)), Pea Wogo Waya (ritual
perdamaian), Jeba-Disia
(rekonsiliasi), Hagomahitia
(persatuan), Mai Wogo Waga Mindia
(ritual perizinan), Dua Dia (kerja), Nduni (rumah laki-laki) dan Minai (rumah perempuan)
dan lain sebagainya adalah hasil cipta pikiran yang mereka sebut Mego ini.
Memahami akan gambaran umum di atas dan Mego yang telah melahirkan nilai-nilai itu,
maka selanjutnya akan dijelaskan Mego
secara khusus beserta maknanya dalam kehidupan orang Migani.
Dalam mewujudkan tujuan ini, tulisan ini akan dimulai dengan pengertian Mego beserta penjabarannya, makna mego
dalam kehidupan orang Migani dan penutup yang berisi kesimpulan.
2. Pengertian
Mego
Kata “Mego” dalam bahasa Migani
mempunyai arti “pikiran”. Kata
pikiran dalam bahasa Indonesia berasal dari kata pikir, yang artinya “akal
budi”. Maka
kata pikiran (Mego) dalam konteks ini
kita pahami sebagai proses orang Migani
berpikir tentang segala sesuatu. Segala sesuatu yang dimaksud adalah tentang
diri sendiri, sesama, alam, Yang Ilahi
dan segala kebutuhan hidup mereka sebagai manusia itu sendiri.
Dengan definisi ini, kita mengetahui bahwa pengertian Mego menurut orang Migani
ialah pikirannya sendiri/akal
budinya sendiri sebagai manusia.
Sehubungan dengan
penjelasan pengertian itu, kita mengetahui
bahwa melalui pikiran; Pertama, orang
Migani dengan sadar dapat mengarahkan diri dan sesamanya
kepada kebaikan sejati. Kedua, dengan sadar pula menjalin relasi yang harmonis dengan
sesama, leluhur,
alam dan dengan Yang Ilahi. Ketiga, menciptakan segala sesuatu yang mereka butuhkan dalam hidup
sehari-hari. Keempat, mampu
menyesuaikan diri dengan alam. Kelima,
orang Migani menetapkan norma-norma
hidup. Keenam, menghasilkan
penghayatan-penghayatan khusus yang bisa membawa mereka pada kebahagiaan
(keselamatan) hidup, yaitu; tatanan rumusan nilai yang telah disebutkan di atas.
Semuanya menjadi mungkin oleh karena keingin tahuan orang Migani itu dituntun
Mego yang dimaksud ini.
Pemaparan pengertian Mego dan pengaruhnya dalam seluruh aspek
kehidupan orang Migani secara gari besar itu membuka wawasan kita untuk melihat
lebih jauh tentang Mego. Melihat Mego lebih jauh berarti telusuri
asal-usul Mego itu sendiri. Hal ini
dilakukan dengan harapan bahwa kita dapat menemukan dia (sumber mego) yang
ditelusuri dan menemukan maknanya secara jelas dalam seluruh aspek kehidupan
orang Migani. Untuk mencapai tujuan
ini, marilah kita mulai telusuri dengan melihat petunjuk asal-usul Mego dalam penggunaan kata Mego oleh orang Migani.
Berkaitan dengan hal
itu, ada beberapa istilah yang selalu digunakan oleh orang Migani dalam berkomunikasi.
Istilah-istilah yang dimaksud itu ada yang berperan seperti penunjuk arah
kepada keberadaan asal-usul mego itu
sendiri. Oleh karenanya, maka istilah-istilah yang dimaksud itu akan disebutkan di sini, yaitu; Mego-Tui/Hiwa (ada pikiran), mego tawa (tidak ada pikiran), mego enoa (pikiran dewasa), mego sao (pikiran belum dewasa), mego usua (pikiran terpuji), mego biga (pikiran tidak terpuji) dan Mego-Au (sumber pikiran) dan lain
sebagainya. Istilah-istilah ini selalu digunakan oleh orang Migani dalam komunikasi sesuai dengan
konteks tertentu. Dan, dari sekian istilah ini, istilah Mego-Au diyakini berperan sebagai
penunjuk arah adanya asal-usul Mego. Oleh karena
keyakinan ini, maka Mego-au menjadi
pokok pembicaraan berikut ini.
3. Mego-Au
Mego-Au terdiri dari dua kata dalam bahasa Migani (Miga Dole), yaitu; “Mego” dan “Au”. Secara harafiah kata “Mego”
artinya pikiran seperti yang dikatakan di atas. Sedangkan “Au” artinya sumber atau asal-usul. Maka secara mendalam dapat diartikan
bahwa; Pertama, Mego-Au adalah sumber
pikiran atau asal-usul pikiran. Kedua, Mego-Au
ialah kekuatan pikiran dalam menggerakkan manusia Migani untuk bertindak dan memilih semua yang baik, benar, jujur
dan yang
adil. Mengerti akan penjelasan
bagian ini, maka selanjutnya akan saya jelaskan Mego-Au sebagai sumber pikiran atau asal-usul pikiran dan Mego-Au sebagai kekuatan pikiran.
·
Mego-Au Sumber/Asal-usul Pikiran
Bagian ini akan
dijelaskan dengan menelaah kebiasaan hidup suku Migani. Dalam hal ini, suku bangsa Migani senantiasa menjalani kehidupan mereka dengan kekuatan Mego-Au (sumber pikiran). Oleh karena
seperti ini, maka pertanyaan selanjutnya adalah siapa sumber atau asal-usul
pikiran itu? Pertanyaan ini menuntun saya dalam menyelesaikan bagian ini.
Dalam kehidupan
sehari-hari, orang Migani selalu
mengutamakan pikiran. Mengutamakan pikiran berarti bahwa Mego-Au itu mereka apriorikan
dalam seluruh aktifitas hidup mereka. Oleh karena mengapriorikan Mego-Au ini, maka semua orang Migani mengetahui dengan baik bahwa
semua pilihan hidup dan keputusan-keputusan orang Migani atas pilihan-pilihan itu pasti benar, baik, adil dan jujur.
Namun dalam praktek hidup, ternyata ada orang yang memilih apa yang jauh dari
pemikiran seperti ini, yakni; tidak benar, buruk, tidak adil dan bohong serta
memutuskan itu untuk dilakukan, maka mereka yang bertingkah seperti itu senantiasa disebut sebagai orang yang Mego-Au Tawa (tidak ada pikiran/pumber
pikiran).
Identitas baru yang
dikenakan kepada orang yang hidup tidak sesuai dengan Mego-Au itu mengandung makna kemarahan yang bersifat membangun.
Kemarahan yang bersifat membangun berarti bahwa dalam kata itu telah memuat
ajakan bagi orang yang bersangkutan untuk segera sadar dan mengakui bahwa
tindakannya itu tidak sesuai dengan Mego-Au.
Oleh karenanya maka orang seperti itu harus kembali kepada nilai-nilai hidup
yang baik (kesadaran). Sehingga melalui sikap hidupnya yang baik itu, orang
mengenalnya sebagai orang yang Mego-Au
Hiwa. Kata hiwa artinya ada. Maka
Mego-Au Hiwa berarti orang yang
mempunyai pikiran, yang mempunyai sumber pikiran atau asal-usul pikiran dalam
dirinya. Berikut ini adalah sebuah contoh yang bisa memperjelas bagian ini:
“Bapak Linus menyuruh
anaknya Yulius yang sedang bermain
game, supaya ia segera belajar semua mata pelajaran yang akan diujikan pada SMP
N.1 Sugapa – Kabupaten Intan Jaya. Namun Yulius tidak menghiraukan ajakan
ayahnya, ia terus asyik bermain
game. Oleh karena seperti ini, maka sekali lagi Bapak Linus mengajak anaknya
dengan suara yang keras dan tegas. Kata Bapak Linus “Yulius engkau Mego-Au tawa (engkau tidak mempunyai
pikiran sama sekali). Mendengar perkataan ini,
anaknya lantas kaget, merasa malu dan lekas sadar. Yulius diam terpaku di
tempat, kemudian sesudahnya ia mulai belajar tekun. Dengan proses ini, saat
melaksanakan ujian di sekolah, Yulius pun mampu menjawab pertanyaan ujian
dengan sesuai, sehingga dinyatakan lulus. Selanjutnya melihat keberhasilan
anaknya, bapak Linus pun memujinya dengan berkata, “Yulius engkau Mego-Au hiwa (Engkau membunyai
pikiran/sumber pikiran)”.
Demikianlah contoh yang bisa memperjelas keberadaan Mego-Au dalam diri manusia Migani dan kekuatan yang termuat dalam kata Mego-Au yang mampu mendarkan manusia
seraya membawa mereka kembali kepada (kesadaran) kebaikan sejati. Bayangkalah,
jika Bapak Linus tidak mengatakan Mego-Au
tawa, pasti Yulius anaknya tidak akan belajar dan hasilnya pasti sangat menyedihkan, sehingga selanjutnya ia bisa
hidup dalam banyak kesulitan.
Setelah menelusuri
sepintas tentang peranan Mego-Au
dalam hidup orang Migani, kita
kembali lagi kepada pertanyaan tadi, siapa sumber Mego-Au/asal-usul Mego-Au
itu? Sebetulnya jawaban atas pertanyaan ini telah dikemukakan melalui
penjelasan di atas secara tersirat, tetapi supaya lebih jelas lagi, maka saya
menjawabnya di sini pula. Jadi, Mego-Au
yang diapriorikan oleh orang Migani dalam
seluruh hidupnya itu mereka yakini bersumber dari EMO.
EMO adalah nama Wujud Tertinggi
atau Yang Ilahi menurut suku mereka.
Hal ini berarti bahwa Yang Ilahi
menurut mereka inilah sumber dan asal-usul Mego-Au.
Oleh karena seperti ini, maka orang Migani
mempercayai akan adanya muatan dua pemahaman yang mempunyai pengaruh besar pada
aktifitas pikiran mereka, yaitu; pikiran
murni dan sumber pikiran murni
itu sendiri.
Sesudah mengetahui
penjelasan itu, akhirnya kita mengetahui bahwa dalam seluruh aktifitas hidup
orang Migani amat dituntun oleh pikiran murni dan asal-usul pikiran murni itu sendiri. Kedua hal ini tentu mempunyai
peranannya yang khas sendiri. Peranan pikiran
murni adalah membantu manusia mengungkapkan eksistensinya sebagai manusia
melalui, perkataan, pebuatan dan sikap hidup. Sedangkan peranan asal-usul pikiran itu adalah menyediakan energi (seperti
produsen) dan penyalur kekuatan (seperti distributor) kepada pikiran murni untuk menjalankan
fungsinya secara profesional. Oleh sebab mengerti akan bagian ini, maka secara
alamiah pikiran manusia Migani itu
mempunyai hubungan yang langsung dengan sang sumbernya,
yaitu; EMO. Maka berikut ini akan
dijelaskan Mego-Au sebagai kekuatan
pikiran.
·
Mego-Au Sebagai Kekuatan Pikiran
Kita telah mempunyai
sejumlah pengetahuan tentang EMO
sebagai asal-usul Mego-Au. Maka
bagian ini, akan diperlihatkan pemahaman Mego-Au
sebagai kekuatan pikiran orang Migani.
Dalam hal ini, orang Migani menyakini
bahwa Mego-Au mempunyai peranan besar
dalam mengungkapkan eksistensi kemanusiaan manusia Migani dalam seluruh aktifitasnya. Hal ini berarti bahwa EMO sendiri yang memampukan pikiran
orang Migani untuk mengungkapkan eksistensi
kemanusiaannya. Eksistensi kemanusiaan mereka dapat mereka ungkapkan melalui;
perkataan, pilihan tepat, perbuatan baik dan sikap hidup yang sesuai dengan
kehendak EMO.
Dengan lalui
proses seperti itu, aktifitas pikiran para pendahulu orang Migani menghasilkan nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan
generasinya saat ini. Hasil pemikiran
mereka yang sedang dihidupi oleh orang Migani
itu disebut sebagai kearifan lokal dalam budaya suku Migani, sebagaimana yang telah disebutkan pada bagian awal di atas.
Maka sesuai dengan perjanjian, selanjutnya akan dijelaskan tentang makna Mego dalam kehidupan orang Migani.
4.
Makna Mego Dalam Kehidupan Orang Migani
Berdasarkan
seluruh penjelasan tentang Mego,
mulai dari pengertian dan penjabarannya yang terdiri dari Mego-Au, Mego-Au sebagai sumber pikiran atau asal-usul pikiran dan Mego-Au sebagai kekuatan pikiran di
atas, saya akan koleksi apa yang menjadi makna dari penjelasan tentang Mego itu bagi kehidupan orang Migani dan kemukakan semua itu pada bagian
ini dengan tujuan memperjelas makna konsep Mego
yang dihayati oleh orang Migani dalam
kehidupan mereka. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa makna Mego dalam kehidupan orang Migani adalah kehidupan orang Migani sebagai manusia itu sendiri.
Makna Mego ini cukup mendalam dan
bersifat abstrak, maka akan disederhanakan pada bagian berikut ini.
Maksud
makna Mego dalam kehidupan orang Migani yang disebutkan itu ialah Mego atau akal budi manusia Migani yang telah dijelaskan di atas itu
merupakan satu-satunya hal substansial bagi keberadaan “hidup” manusia Migani
itu sendiri. Pemahaman ini tentu, karena kenyataan membuktikan bahwa Mego orang Migani itu membuat dirinya lebih istimewa dari makluk lain di bumi
ini. Keistimewaannya terlihat pada penggunaan Megonya dalam melihat keberadaan “hidup”, menerimanya dan mengembangkannya dengan penuh tanggung
jawab.
Selanjutnya
dengan kekuatan Mego itu, orang Migani melihat “hidup” yang sudah ada, bukan mengadakan hidup. Kemuadian mereka
menerima hidup yang sudah ada itu dan mengembangkannya dengan penuh tanggung
jawab. Hidup yang dilihat, diterima dan dikembangkannya ini diyakini diadakan
oleh Yang Ilahi (EMO), yang disebut Megou-Au tadi. Berdasarkan keyakinan
seperti inilah orang Migani melihat,
menerima dan jalani “hidup” dengan
mengapriorikan Mego sebagai dasar dari
eksistensi kemanusiaan mereka.
Penjelasan
bagian akhir itu mengandung arti bahwa keberadaan orang Migani sejak masa nenek moyang, hingga masa generasinya sekarang ini
beserta segala atribut yang kita sebut kebudayaan mereka merupakan hasil dari Mego. Melalui Megolah orang Migani
mengetahui asal-usulnya, menciptakan tradisinya, menciptakan sarana-sarana
hidupnya, menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan menemukan
pengetahuan-pengetahuan yang menunjang kehidupan mereka yang khas di alamnya
yang khas pula. Dalam hal ini, katakanlah bahwa tidak ada sesuatu pun yang
terdapat dalam kehidupan orang Migani begitu
saja, semua ada oleh karena kekuatan Mego
yang didayai oleh Mego-Au atau EMO sebagai sumber dan asal-usulnya.
Sehubungan dengan penjelasan itu, Mego yang didayai oleh EMO
itu juga bermakna dalam mengungkapkan kemanusiaan manusia Migani itu sendiri dalam kehidupannya. Ungkapan ini dijelaskan
lebih lanjut dengan pemahaman bahwa memang manusia Migani yang menggunakan Mego
dalam memahami segala sesuatu di lingkungannya merupakan potensi dasar yang
memungkinkan manusia Migani memproduksi
sesuatu untuk hidupnya. Dengan demikian manusia Migani mampu melakukan perubahan dalam diri dan dunianya dan memang
sebagian besar perubahan dalam diri dan dunianya merupakan akibat dari
aktivitas Mego manusia Migani itu sendiri. Oleh karena
kenyataan ini, maka sangat wajar apabila Mego
diyakini sebagai konsep kunci dalam setiap diskursus mengenai kedudukan manusia
Migani di dunianya. Hal ini berarti
bahwa tanpa Mego, kemanusiaan manusia
Migani tidak mempunyai makna sama
sekali, tetapi oleh karena keberadaan Mego
dalam dirinya, maka hidup dan diri mereka di muka bumi ini menjadi bermakna
hingga selama-lamanya.
Semua penjelasan mengenai makna Mego dalam kehidupan orang Migani
itu bersifat garis besar yang bisa membantu kita memahami akan topik yang
dibahas ini. Makna mego selebihnya bisa dilihat pada pembahasan sebelumnya. Kirannya
upaya ini menambah wawasan setiap kita tentang pengetahuan Mego menurut orang Migani dan
maknanya bagi mereka.
5.
Penutup
Konsep Mego adalah paham pikiran menurut suku bangsa
Migani yang mendiami wilayah Dogandoga,
Kemandoga, Mbiandoga (Kabupaten Intan Jaya) dan Weandoga (Kabupaten Paniai – Propinsi Papua. Konsep Mego yang dipahami pikiran ini
didefinisikan sebagai proses
orang Migani berpikir tentang segala
sesuatu. Segala sesuatu yang dimaksud adalah tentang diri sendiri, sesama, leluhur, alam, Yang
Ilahi dan segala kebutuhan hidup mereka sebagai manusia itu sendiri.
Konsep Mego
yang memuat pemahaman seperti itu diakui bersumber dari Yang Ilahi, yang juga orang Migani
sebut dengan nama EMO. Oleh
karena pengakuan seperti ini, maka selanjutnya keyakinan akan adanya kontribusi
daya kepada Mego oleh EMO ini untuk menjalankan fungsi Mego secara profesional pun tidak
diragukan. Artinya bahwa EMO
mempunyai peranan utama dalam keberadaan Mego
dan sebagai penyedia daya bagi orang Migani
untuk berekspresi sebagai ungkapan eksistensi kemanusiaan manusia Migani.
Berpijak pada kekuatan itu, selanjutnya Mego berperan aktif dalam memberikan
makna yang cukup signifikan dalam seluruh aspek kehidupan orang Migani.
Keberadaan Mego bagi orang Migani adalah hidupnya sendiri. Maka dalam dirinya
Mego berproses untuk menerimanya daan jalani hidup itu dengan penuh tanggung
jwaab sebagai ungkapan eksistensi kemanusiaan manusia Migani itu sendiri.
Dafrat Pustaka
Natalis Tabuni. 1997. Relasi Orang Migani
Dengan EMO. Jayapura. STFT “Fajar
Timur”.
Daftara
Nama-Nama Informan
No.
|
Nama
|
Umur
|
Jenis kelamin
|
Pekerjaan
|
Alamat
|
1.
|
Abraham Selegani
|
65 Tahun
|
Laki-laki
|
Pewarta Tua I
|
Intan Jaya
|
2.
|
Dominikus Belau
|
28 Tahun
|
Laki-laki
|
Tokoh Pemuda
|
Intan Jaya
|
3.
|
Hendrikus
Belau
|
32 Tahun
|
Laki-laki
|
Pewarta Muda
|
Intan Jaya
|
4.
|
Linus
Belau
|
65 Tahun
|
Laki-laki
|
Tokoh Adat
|
Intan Jaya
|
5.
|
Markus
Ulau
|
63 Tahun
|
Laki-laki
|
Pewarta Tua 2
|
Intan Jaya
|
6.
|
Mosses
Belau
|
47 Tahun
|
Laki-laki
|
Dokter
|
Jayapura
|
Natalis
Tabuni, Relasi Orang Migani Dengan EMO. (Skripsi. STFT “FT” Jayapura,
1997).hlm.10.