Video Of Day

Subscribe Youtube

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Thursday, 10 May 2018

PESAN TERAKHIR YESUS


Yeskiel Belau

Ilustrasi Yesus Terangkat Ke Surga
Dalam kenyataan hidup ini, siapa pun yang hendak pergi ke tempat yang jauh atau mau meninggal dunia selalu saja menyampaikan pesan terakhir yang berguna bagi orang terkasih yang akan ditinggalkan. Tujuan dari pesan yang disampaikan itu adalah supaya orang yang dituju itu memperoleh keselamatan dengan terhindar dari marabahaya.

Demikian juga dengan Yesus dan murid-murid-Nya, sebelum Yesus pergi meninggalkan murid-murid-Nya, Ia pun menyampaikan pesan-pesan terakhir kepada murid-murid-Nya. Salah satu pesan yang telah Yesus sampaikan kepada murid-murid-Nya yang Ia kasihi itu adalah “Pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah Injil kepada segala makluk”. 

Itulah pesan terakhir Yesus bagi murid-murid-Nya. Pesan itu disampaikan dengan tujuan supaya murid-murid-Nya dan semua orang yang akan percaya kepada-Nya atas pemberitaan Injil oleh para Rasul yang diutus tadi itu memperoleh keselamatan.

Saudara-saudari terkasih, berkat pewartaan Injil oleh para Rasul dan para penggantinya, kita sudah menjadi pengikut Kristus dengan menerima sakramen Baptis, dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Hal ini mengandung arti bahwa kita juga adalah murid-murid Yesus Kristus yang telah naik ke surga itu. Maka tentu bahwa pesan Yesus yang telah disampaikan kepada para murid tadi itu, merupakan pasan bagi kita juga. Sesungguhnya berkat iman kita akan Yesus Kristus yang telah naik ke surga itu, kita pun mendapat pesan untuk memberitakan Injil kepada semua makluk.

Injil yang harus kita wartakan itu adalah kabar gembira dari Allah yang terpancar melalui Yesus Kristus, mulai dari awal rencana kelahiran-Nya, Kelahiran-Nya, hidup dan karya-karya-Nya (mujizat dan warta tentang Kerajaan Allah), sengsara dan wafat-Nya serta Kebangkitan hingga kenaikan-Nya ke Surga dan perutusan Roh Kudus. Sebab semua ini mempunyai kekuatan untuk membuat manusia bergembira, merasa ada harapan hidup yang lebih baik dan mengalami kebahagiaan hidup kini dan di sini, maupun keselamatan kekal di akhiran nanti. 

Direktur Timex bersama rekan-rekannya (Foto Yeskiel Belau).
Dalam Konteks Kenaikan Tuhan Yesus Kristus ke surga seperti itu, hari ini keluarga besar Harian Umum Timika Expres yang selalu disapa Timex ini pun merayakan Ulang Tahun yang ke-8. Maka mewakili publik, saya akui bahwa media ini telah memberi informasi-informasi terpercaya dan telah turut membantu Gereja dalam menumbuhkan iman, moral dan pengetahuan umat serta membantu pemerintah dalam pembangunan. Inilah pewartaan Injil (Kabar Gembira) secara nyata lewat media ini kepada segala makluk yang dikehendaki oleh Yesus Kristus. Semoga suhu ini tetap terjaga hingga media ini menjadi yang terberkati di antara media-media yang lain.

Untuk itu berharap agar semua pengikut Kristus yang berkarya di media Timex ini, merasa bahwa dirinya telah diutus secara khusus untuk mewartakan Injil lewat tulisan. Mewartakan Injil lewat tulisan berarti, menyajikan berita sesuai dengan kenyataan, tidak takut dan siap menanggung resiko atas pewartaan kebenaran. Sebab dengan demikian orang lain akan merasa gembira, merasa dilindungi dan diselamatkan seperti yang telah dikehendaki oleh Yesus Kristus sendiri dalam pesan terakhir-Nya tadi. Semoga Tuhan Menolong!

Selamat mewartakan Injil, Media Harian Umum Timika Expres yang hari kenaikan Tuhan ini dapat merayakan HUT yang Ke-8. Semoga Tuhan Allah memberkati media ini, sehingga media ini dengan berani mewartakan Injil kepada masyarakat di kota ini. 

Sunday, 6 May 2018

PERBANDINGAN “DAUN GATAL” DALAM SUKU ASMAT, DANI (HUBULA) DAN MIGANI


Oleh Kleopas Sondegau

Pengantar

Setiap daerah memiliki jenis tumbuhan yang pada dasarnya amat membantu dalam perkembangan kehidupan manusia. Hal ini merupakan keyakinan dari masyarakat tertentu bahwa melalui jenis tumbuhan tertentu mereka diselamatkan dari keluhan sakit yang dialaminya.

Foto Daun Gatal
Papua merupakan salah satu daerah yang banyak memiliki jenis tumbuh-tumbuhan yang berkasiat tinggi. Salah satu  tumbuhan yang berkasiat, yang ada  di daerah ini adalah “Daun Gatal”. Daun ini hampir terdapat di semua daerah di Papua secara khusus daerah-daerah pedalaman. Keberadaan daun gatal ini di setiap daerah memiliki fungsi, peranan serta penggunaan yang berbeda satu sama lain. Hal ini dikarenakan setiap suku bangsa memiliki pola pikir tentang daun gatal yang berbeda pula. Lalu seperti apakah penggunaan daun gatal di setiap suku yang ada di Papua? Untuk menjawab pertanyaan ini kami menyarankan untuk baca tulisan ini secara menyeluruh agar kita memperoleh jawaban yang jelas mengenainya.

Dalam tulisan ini kami memaparkan fungsi, peranan serta cara penggunaan daun gatal di suku-suku tertentu di Papua dengan menggunakan beberapa sampel suku yakni Asmat, Migani dan Dani (Hubula).

Landasan pemikiran penulis

Daun gatal bukan merupakan suatu hal yang baru lagi dalam kehidupan bermasyarakat di Tanah Papua. Keberadaan daun gatal sudah ada sejak zaman dahulu kala (entah kapan munculnya  daun ini tidak diketahuinya dengan pasti). Pada zaman dahulu orang cenderung menggunakan daun gatal sebagai obat tradisional yang diyakini dapat menyembuhkan berbagai keluhan kesehatan mereka. Bahkan sampai saat ini pun sebagian masyarakat masih menggunakannya. Misalnya setelah pulang kerja dari kebun ada keluhan bahwa belakang sakit, punggung sakit, lutut sakit dan beraneka keluhan kesehatan lainnya. Berdasarkan keluh-kesah dari masyarakat tentang kesehatannya itu maka daun gatal digunakan sebagai jawaban atas keluhan-keluhan tersebut.

Dewasa ini kesadaran masyarakat tentang penggunan daun gatal semakin hari semakin menurun. Hal ini dikarenakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang canggih menyebabkan masyarakat jarang menggunakan daun gatal. Contoh praktis yang kita lihat dan mengalami sendiri bahwa dengan kehadiran puskesmas, rumah sakit dan para dokter di daerah pedalaman Papua secara khusus suku-suku yang diangkat pada tulisan ini menyebabkan sehingga penggunaan daun gatal perlahan-lahan mulai menurun.

Dengan melihat permasalahan yang terjadi di atas, maka dalam penulisan ini kami ingin menyampaikan kepada publik secara khusus para pembaca tulisan ini bahwa penggunaan daun gatal sangat berkasiat dalam proses penyembuhan. Hal ini terlihat dari hasil penelitian kami yang mana semua informan mengatakan bahwa dengan menggunakan daun gatal sangat membantu dalam proses penyembuhan atas keluhan kesehatan yang diderita. Dengan demikian, melalui tulisan ini kami dengan tegas mau mengatakan bahwa kasiat dari daun gatal ini tidak kalah jauh dengan obat-obat modern yang saat ini “membanjiri” rumah-rumah sakit, puskesmas, apotik-apotik dan sejumlah kios-kios yang ada di tanah Papua.

Menurut kami daun gatal merupakan salah satu tumbuhan yang tumbuh liar, namun dalam perkembangannya daun ini mulai terkenal dalam kalangan masyarakat karena keyakinan masyarakat bahwa daun ini mampu menjawab keluhan kesehatan mereka. Hal ini tampak dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sebagaimana kasiatnya dirasakan antar mereka dan sebagaimana  kasiatnya yang sudah diwariskan leluhur.

  a.Persamaan

Setelah kami menyatukan hasil wawancara dan Quisioner dari para informan, kami menemukan bahwa Daun gatal merupakan salah satu obat tradisional yang digunakan untuk menyembuhkan keluhan sakitnya.

Penggunaan daun gatal di tiga suku tersebut pada umumnya sama, yakni:

ü  Semua orang menggunakan daun gatal karena sakit
ü  Dengan cara menggosok pada bagian tubuh yang sakit seperti: punggung, badan bagian belakang, betis serta paha dan secara umum digunakan saat merasa kecapean.
ü  Setelah menggunakan daun gatal ini para pengguna mengatakan bahwa rasa pedis, ngeri, muncul bintik-bintik pada bagian tubuh yang digosok daun gatal, dan rasa seperti jarum yang menusuk pada tubuh yang digosok.
ü  Meskipun penggunaan awal daun gatal ini menimbulkan suatu hal yang tidak enak dalam artian bahwa seperti rasa pedis, ngeri dan lain-lain tetapi hasil akhirnya mereka semua mengatakan bahwa badan rasa segar, badan menjadi ringan dan seterusnya. Singkat kata, orang merasa “sembuh”.

  b.Perbedaan
   Selain persamaan-persamaan yang telah kami sebutkan di atas, ada juga perbedaan-perbedaan yang kami jumpai dalam ketiga suku yang bersangkutan.

   Perbedaan yang kami temukan dalam ke tiga suku itu adalah

Ø  Mengenai istilah yang digunakan untuk menyebut daun gatal: Suku Asmat menyebut daun ini dengan nama Ati. Sedangkan Suku Dani menyebutnya dengan nama Yawi. Sementara dari Suku Migani menyebutnya dengan nama Meje.
Ø   Sasaran keluhan sakitnya berbeda-beda, misalnya kepala, dada, bagian pinggang, betis dan lain-lain.

  c.Kekhasan

  Selain persamaan dan perbedaan yang kami temukan pada ketiga suku ini, kami temukan juga kekhasannya, yakni:

v  Suku Dani: tumbuhan tersebut tidak tumbuh liar di sembarangan tempat, tempat-tempat tertentu saja, yakni di pekarangan rumah.
v  Suku Migani: daum gatal hanya digunakan oleh kaum remaja ke atas. Dan tumbuhan ini hanya dapat ditemukan di bekas-bekas kebun yang sudah ditinggalkan. Kadangkala ada juga di pekarangan rumah.
v  Suku Asmat: berdasarkan hasil penelitian, kami tidak menemukan kekhasan daun ini dalam suku Asmat.

Akhir kata

Berdasarkan uraian tentang daun gatal di atas, maka kami sampai pada satu kesimpulan bahwa daun gatal adalah obat tradisional yang sangat berkhasiat. Dan obat ini terdapat di setiap suku yang memiliki persamaan, perbedaan, dan kekhasannya masing-masing. Daun ini diyakini bahwa mempunyai suatu kekuatan yang dapat menjawab keluhan sakit dari orang yang membutuhkan. Oleh karena itu, melalui tulisan ini kami mengajak seluruh komponen masyarakat baik lembaga Adat. Lembaga Agama dan lembaga Pemerintah untuk tetap melestarikan daun gatal ini sebagai salah satu tumbuhan yang menjadi warisan budaya bagi negerinya sendiri.

Usul penulis

Ø  Para pelayan pastoral diharapkan untuk menyadari akan pentingnya khasiat dari daun gatal ini karena daun ini punya kekuatan yang bisa membantu dalam pelayanan pastoral. Hal ini kami mengusulkan karena daun gatal itu ada dan merupakan kepunyaan masyarakat setempat.
Ø  Kelompok mengusulkan agar masyarakat setempat untuk terus-menerus melestarikan daun gatal tersebut sebagai obat tradisional yang sungguh-sungguh lahir dari lingkungan mereka sendiri.
Ø  Kami juga mengusulkan agar masyarakat setempat menanam kembali, menjaga, dan melestarikan daun-daun itu agar tetap eksis, tidak punah. Sehingga dengan demikian, penggunaan daun gatal ini sangat menghemat biaya. Daun ini jarang dibeli dan tidak membutuhkan biaya yang besar, sehingga jika ada yang sakit tidak harus ke rumah sakit tetapi bisa menggunakan daun gatal. Amakanieeeee…..Nayaklak…..Dormumoooo…..!!!

Penulis adalah Mahasiswa ST FT “Fajar Timur” Abepura – Jayapura – Papua.




Wednesday, 2 May 2018

DEVINISI ISTILAH MIGANI, MAKNA DAN MAKSUD PENGGUNAAN ISTILAH MIGANI

Foto Yeskiel Belau Putera Migani

Yeskiel Belau

Pengantar  
Saudara-saudari, kami sudah mengangkat istilah Migani sebagai identitas suku bangsa orang Dogandoga, Kemandoga, Mbiandoga dan Weandoga. Upaya ini berdasar pada refleksi tentang sejarah budaya orang Migani sendiri yang pernah dilakukan. Dalam refleksi tersebut ditemukan bahwa istilah Migani ini benar-benar sejalan dengan kehendak Allah. Oleh karena kenyataan ini dan untuk membuktikan kebenarannya, kami akan memulai tulisan ini dengan definisi istilah Migani, makna istilah Migani, maksud penggunaan istilah Migani dan penutup. 

Definisi Istilah Migani
Istilah Migani dalam bahasa daerah (Miga Dole) terdiri dari dua kata, yaitu; Miga dan Ni. Kata Miga artinya asli, sejati, benar dan sungguhan. Sedangkan Ni mengandung kata sifat yang mengarah pada manusia. Jadi, istilah Migani ini artinya “manusia asli, manusia sejati, benar-benar manusia, manusia sungguhan, manusia yang Secitra dengan Allah”. 

Makna Istilah Migani
Berdasar pada definisi istilah Migani di atas, bagian ini akan diperlihatkan makna istilah itu. Hal ini mengandung arti bahwa selanjutnya saya akan memperjelas nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam kata Migani dan menjelaskan maksud orang yang bersangkutan menggunakan istilah Migani. 

Dalam rangka merealisasikan niat yang telah disebutkan di atas, maka bagian ini saya akui bahwa dalam istilah Migani telah memuat ragam nilai luhur. Nilai-nilai luhur yang dimaksud itu adalah keaslian (original), kesejatian (genuine), kebenaran (rightness), kesungguhan (truth) dan keserupaan citra degan Allah.

Keaslian artinya “istilah Migani ini bukan palsu, bukan tiruan dan jika diumpamakan dengan benda, maka ia tidak akan pernah rusak. Dia mempunyai kualitas yang sangat bagus, sehingga ia bisa bertahan dalam ujian, hingga kelas akhir dengan kemenangan”. Sementara kesejatian berarti “Istilah Migani tidak dapat disandingkan dengan istilah yang lain. Artinya bahwa hanya istilah Migani ini saja yang ada dan keberadaannya ini tidak dapat digantikan oleh keberadaan istilah yang lain”. Juga nilai kebenaran yang dimaksud itu bahwa “fakta kualitas terbaik yang terdapat dalam istilah Migani ini tidak salah, sangat benar dan sesuai dengan kenyataan. Demikian juga dengan arti kesungguhan dalam istilah Migani. Memang lewat istilah Migani ini orang bisa mengerti bahwa di dalamnya memuat penegasan akan susuatu yang bukan bohong. Dia juga sungguh mempunyai niat yang amat baik dan menyelamatkan.

Sejalan dengan penjelasan nilai-nilai luhur itu, berikut ini pun dapat dijelaskan apa yang disebut “Secitra dengan Allah”. Dalam hal ini, ada keyakinan bahwa dalam istilah Migani benar-benar mengandung kesecitraan Allah dengan manusia yang menggunakan istilah ini. Oleh karena kenyataan ini, maka dapat dikatakan bahwa dalam pengertian yang paling sederhana, secitra dengan Allah berarti orang yang menggunakan istilah Migani ini diciptakan menyerupai Allah sendiri. Sehingga tubuh manusia yang mengunakan istilah Migani mencerminkan hidup Allah, karena mereka diciptakan dengan kesehatan yang sempurna dan tidak tunduk kepada kematian.

Citra Allah menunjuk pada non-material dari manusia yang menggunakan istilah Migani. Hal ini berarti bahwa kecitraan Allah yang ada pada manusia inilah yang dapat; Pertama, membedakan manusia dengan ciptaan yang lain (binatang dll). Kedua, memampukan manusia mengemban tugas memelihara dan melestarikan alam di sekitar mereka hingga melaksanakan tugas ini. Ketiga, memampukan manusisa berkomunikasi dengan Sang Pencipta. Keserupaan itu termasuk dalam hal mental (rasiaonal dan berkehendak: suatu refleksi dari akal budi dan kebebasan Allah), moral (kebenaran dan kepolosan yang sempurna: suatu refleksi dari kesucian Allah) dan sosial (manusia diciptakan bersekutu: mencerminkan ketritunggalan Allah dan kasih-Nya).

Mengerti akan penjelasan nilai dan makna yang termuat dalam istilah Migani itu, kita mempunyai kesempatan untuk mengakui bahwa sesuai dengan rencana-Nya, Allah telah menciptakan nenek moyang orang Dogandoga, Kemandoga, Mbiandoga dan Wendoga Secitra dengan-Nya. Sesudah itu, Ia memberi identitas kepada mereka sebagai suku bangsa Migani. Pemberian identitas Migani ini kepada mereka merupakan ungkapan pengakuan Allah bahwa “manusia yang ia ciptakan itu baik adanya”, sebagaimana yang telah dikatakan dalam Kitab Suci (Kej. 1:31).

Maksud Penggunaan Istilah Migani
Sejak nenek moyang orang Dogandoga, Kemandoga, Mbiandoga dan Weandoga diciptakan oleh Allah dan setelah mereka meneriman istilah Migani ini sebagai identitasnya, mereka sudah menggunakan istilah Migani sebagai sapaan khas bagi suku bangsa mereka. Hal ini berarti bahwa sejak saat itu (semula) mereka menerima istilah Migani ini dengan senang hati, karena mereka tahu bahwa istilah ini yang paling terbaik dan mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan semua nilai luhur, makna keberadaan dan hidup mereka yang termuat dalam istilah Migani itu sendiri sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.

Oleh karena itu, jikalau ditanya, dengan tujuan apa mereka menggunakan istilah Migani? Jawablah bahwa istilah Migani memang mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan nilai-nilai luhur dan makna-makna yang telah dijelaskan di atas sebagai tanda akan keberadaan dan hidup Suku Bangsa Migani sendiri. Inilah kenyataan yang sudah diyakini, maka mulai saat ini kita mengakui bahwa orang Dogandoga, Kemandoga, Mbiandoga dan Weandoga memang pantas menggunakan istilah Migani. Sebab kita sudah ketahui bahwa istilah Migani mampu mengungkapkan keaslian, kesejatian, kebenaran dan kesungguhan manusia Migani itu sendiri. 

Penutup 
Demikianlah tulisan tentang Migani ini saya akhiri dan semoga membantu semua orang yang belum tahu tentang istilah Migani ini, yang adalah identitas suku bangsa orang-orang yang mendiami di wilayah Dogandoga (Sugapa) Kemandoga (Homeo) Mbiandoga dan Weandoga (Bibida). Setelah anda mengetahui bahwa mereka yang berasal dari daerah-daerah itu bersuku bangsa Migani, selanjutnya sapalah mereka sebagai orang Migani, sebagai suku bangsa Migani. Untuk itu saya ucapkan terimakasih atas kesediaanmu dan Tuhan memberkati!


The Best

PENGERTIAN FILSAFAT