Oleh
Kleopas Sondegau
Pengantar
Setiap daerah memiliki jenis tumbuhan
yang pada dasarnya amat membantu dalam perkembangan kehidupan manusia. Hal ini
merupakan keyakinan dari masyarakat tertentu bahwa melalui jenis tumbuhan
tertentu mereka diselamatkan dari keluhan sakit yang dialaminya.
|
Foto Daun Gatal |
Papua merupakan salah satu daerah
yang banyak memiliki jenis tumbuh-tumbuhan yang berkasiat tinggi. Salah
satu tumbuhan yang berkasiat, yang ada di daerah ini adalah “Daun Gatal”. Daun ini hampir terdapat di semua daerah di Papua
secara khusus daerah-daerah pedalaman. Keberadaan daun gatal ini di setiap daerah
memiliki fungsi, peranan serta penggunaan yang berbeda satu sama lain. Hal ini
dikarenakan setiap suku bangsa memiliki pola pikir tentang daun gatal yang
berbeda pula. Lalu seperti apakah penggunaan daun gatal di setiap suku yang ada
di Papua? Untuk menjawab pertanyaan ini kami menyarankan untuk baca tulisan ini
secara menyeluruh agar kita memperoleh jawaban yang jelas mengenainya.
Dalam tulisan ini kami memaparkan
fungsi, peranan serta cara penggunaan daun gatal di suku-suku tertentu di Papua
dengan menggunakan beberapa sampel suku yakni Asmat, Migani dan Dani (Hubula).
Landasan
pemikiran penulis
Daun gatal bukan merupakan suatu hal
yang baru lagi dalam kehidupan bermasyarakat di Tanah Papua. Keberadaan daun
gatal sudah ada sejak zaman dahulu kala (entah kapan munculnya daun ini tidak diketahuinya dengan pasti).
Pada zaman dahulu orang cenderung menggunakan daun gatal sebagai obat
tradisional yang diyakini dapat menyembuhkan berbagai keluhan kesehatan mereka.
Bahkan sampai saat ini pun sebagian masyarakat masih menggunakannya. Misalnya
setelah pulang kerja dari kebun ada keluhan bahwa belakang sakit, punggung
sakit, lutut sakit dan beraneka keluhan kesehatan lainnya. Berdasarkan
keluh-kesah dari masyarakat tentang kesehatannya itu maka daun gatal digunakan
sebagai jawaban atas keluhan-keluhan tersebut.
Dewasa
ini kesadaran masyarakat tentang penggunan daun gatal semakin hari semakin menurun.
Hal ini dikarenakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang canggih
menyebabkan masyarakat jarang menggunakan daun gatal. Contoh praktis yang kita
lihat dan mengalami sendiri bahwa dengan kehadiran puskesmas, rumah sakit dan
para dokter di daerah pedalaman Papua secara khusus suku-suku yang diangkat
pada tulisan ini menyebabkan sehingga penggunaan daun gatal perlahan-lahan
mulai menurun.
Dengan
melihat permasalahan yang terjadi di atas, maka dalam penulisan ini kami ingin
menyampaikan kepada publik secara khusus para pembaca tulisan ini bahwa
penggunaan daun gatal sangat berkasiat dalam proses penyembuhan. Hal ini
terlihat dari hasil penelitian kami yang mana semua informan mengatakan bahwa
dengan menggunakan daun gatal sangat membantu dalam proses penyembuhan atas keluhan
kesehatan yang diderita. Dengan demikian, melalui tulisan ini kami dengan tegas
mau mengatakan bahwa kasiat dari daun gatal ini tidak kalah jauh dengan
obat-obat modern yang saat ini “membanjiri” rumah-rumah sakit, puskesmas,
apotik-apotik dan sejumlah kios-kios yang ada di tanah Papua.
Menurut kami daun gatal merupakan
salah satu tumbuhan yang tumbuh liar, namun dalam perkembangannya daun ini
mulai terkenal dalam kalangan masyarakat karena keyakinan masyarakat bahwa daun
ini mampu menjawab keluhan kesehatan mereka. Hal ini tampak dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat sebagaimana kasiatnya dirasakan antar mereka dan sebagaimana kasiatnya yang sudah diwariskan leluhur.
a.Persamaan
Setelah kami menyatukan hasil
wawancara dan Quisioner dari para informan, kami menemukan bahwa Daun gatal
merupakan salah satu obat tradisional yang digunakan untuk menyembuhkan keluhan
sakitnya.
Penggunaan
daun gatal di tiga suku tersebut pada umumnya sama, yakni:
ü Semua
orang menggunakan daun gatal karena sakit
ü Dengan
cara menggosok pada bagian tubuh yang sakit seperti: punggung, badan bagian
belakang, betis serta paha dan secara umum digunakan saat merasa kecapean.
ü Setelah
menggunakan daun gatal ini para pengguna mengatakan bahwa rasa pedis, ngeri,
muncul bintik-bintik pada bagian tubuh yang digosok daun gatal, dan rasa
seperti jarum yang menusuk pada tubuh yang digosok.
ü Meskipun
penggunaan awal daun gatal ini menimbulkan suatu hal yang tidak enak dalam
artian bahwa seperti rasa pedis, ngeri dan lain-lain tetapi hasil akhirnya
mereka semua mengatakan bahwa badan rasa segar, badan menjadi ringan dan
seterusnya. Singkat kata, orang merasa “sembuh”.
b.Perbedaan
Selain persamaan-persamaan yang telah kami sebutkan
di atas, ada juga perbedaan-perbedaan yang kami jumpai dalam ketiga suku yang
bersangkutan.
Perbedaan
yang kami temukan dalam ke tiga suku itu adalah
Ø Mengenai
istilah yang digunakan untuk menyebut daun gatal: Suku Asmat menyebut daun
ini dengan nama Ati. Sedangkan Suku Dani menyebutnya dengan nama Yawi. Sementara dari Suku Migani menyebutnya dengan nama Meje.
Ø Sasaran keluhan sakitnya berbeda-beda,
misalnya kepala, dada, bagian pinggang, betis dan lain-lain.
c.Kekhasan
Selain persamaan dan perbedaan yang kami
temukan pada ketiga suku ini, kami temukan juga kekhasannya, yakni:
v Suku Dani:
tumbuhan tersebut tidak tumbuh liar di sembarangan tempat, tempat-tempat
tertentu saja, yakni di pekarangan rumah.
v Suku Migani:
daum gatal hanya digunakan oleh kaum remaja ke atas. Dan tumbuhan ini hanya
dapat ditemukan di bekas-bekas kebun yang sudah ditinggalkan. Kadangkala ada
juga di pekarangan rumah.
v Suku Asmat:
berdasarkan hasil penelitian, kami tidak menemukan kekhasan daun ini dalam suku
Asmat.
Akhir
kata
Berdasarkan
uraian tentang daun gatal di atas, maka kami sampai pada satu kesimpulan bahwa
daun gatal adalah obat tradisional yang sangat berkhasiat. Dan obat ini terdapat
di setiap suku yang memiliki persamaan, perbedaan, dan kekhasannya
masing-masing. Daun ini diyakini bahwa mempunyai suatu kekuatan yang dapat
menjawab keluhan sakit dari orang yang membutuhkan. Oleh karena itu, melalui
tulisan ini kami mengajak seluruh komponen masyarakat baik lembaga Adat.
Lembaga Agama dan lembaga Pemerintah untuk tetap melestarikan daun gatal ini
sebagai salah satu tumbuhan yang menjadi warisan budaya bagi negerinya sendiri.
Usul
penulis
Ø Para
pelayan pastoral diharapkan untuk menyadari akan pentingnya khasiat dari daun
gatal ini karena daun ini punya kekuatan yang bisa membantu dalam pelayanan
pastoral. Hal ini kami mengusulkan karena daun gatal itu ada dan merupakan
kepunyaan masyarakat setempat.
Ø Kelompok
mengusulkan agar masyarakat setempat untuk terus-menerus melestarikan daun
gatal tersebut sebagai obat tradisional yang sungguh-sungguh lahir dari
lingkungan mereka sendiri.
Ø Kami
juga mengusulkan agar masyarakat setempat menanam kembali, menjaga, dan
melestarikan daun-daun itu agar tetap eksis, tidak punah. Sehingga dengan
demikian, penggunaan daun gatal ini sangat menghemat biaya. Daun ini jarang
dibeli dan tidak membutuhkan biaya yang besar, sehingga jika ada yang sakit
tidak harus ke rumah sakit tetapi bisa menggunakan daun gatal. Amakanieeeee…..Nayaklak…..Dormumoooo…..!!!
Penulis adalah Mahasiswa ST FT “Fajar
Timur” Abepura – Jayapura – Papua.