Video Of Day

Subscribe Youtube

Friday, 28 September 2018

REFLEKSI PENGENALAN PERKEMBANGAN DIRI DAN PANGGILAN

Oleh Yeskiel Belau
A.  Pengantar
  Inilah sebuah refleksi yang relevan dengan perkembangan panggilan saya, yang dihantar dengan menelusuri internalisasi kematangan kepribadian, kerohanian, hidup berkomunitas dan pedoman berpastoral berdasarkan pada moto panggilan saya, yaitu; Janganlah kamu takut; sebab Aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu (Mat 28:5).
Foto Yeskiel Belau

   Refleksi ini merupakan refleksi lanjutan dari refleksi-refleksi sebelunya. Maka pada refleksi kali ini juga, saya merefleksikan pengalaman hidup dan pembinaan-pembinaan yang saya jalani. Diantaranya;  Pertama: Pembinaan manusia, sebagai dasar dari segala pembinaan panggilan Imamat. Mengenai bagian ini tentu memuat kematangan pribadi dalam berelasi dengan sesama. Kedua: Pembinaan Rohani; sebagai dasar dalam bersekutuh dengan Allah – mencari Yesus. Ketiga: Pembinaan Intelektual; memahami dan mengalami iman akan Yesus Kristus. Melihat dan menelusuri perjalanan panggilan saya; terpikat – terpaut dan terlibat pada Kristus. Keempat: Pendidikan Pastoral; persekutuaan cinta kasih Yesus Kristus Sang Gembala Baik. Semua aspek ini saya refleksikan secara terstruktur berikut ini.

B.  Pembinaan Manusia
     Pembinaan manusia adalah dasar dari segala pembinaan panggilan Imamat selanjutnya, maka saya sudah menyediakan diri dan terus mengalami pembinaan manusia yang telah dikemas sedemikian rupa sesuai dengan tingkatan pendidikan Imamat yang telah saya lalui. Sehubungan dengan hal ini, pembinaan manusia itu saya alami sejak masa Seminari Menengah, Tahun Orientasi Rohani, Seminari Tinggi (masa S-1), masa TOP dan TOK, serta kini berada di Seminari Tinggi Giovani Malang (masa S-2) ini untuk tujuan yang sama.

    Proses pembinaan manusia di setiap jenjang pendidikan itu telah saya alami melalui latihan rohani, pelajaran harian/kuliah, aktivitas harian, oubound, ansos, praktek karya pastoral di Paroki, berelasi dengan sesama, menerima pembinaan pribadi dengan pembina dan lain sebagainya. Pembinaan manusia lewat berbagai bentuk seperti ini bukan hanya telah melatih fisik saya untuk mampu beradaptasi dengan medan berpastoral, tetapi juga telah mematangkan mentalitas saya untuk mampu menaklukkan penderitaan dan kesulitan di medan pastoral. Berdasar pada pengalaman mengalami pembinaan manusia melalui berbagai bentuk ini, kini saya sungguh merasa bahwa kematangan kepribadian dan kerohanian saya semakin mantap. Hal ini mengandung arti bahwa melalui pembinaan-pembinaan seperti itu, saya mengalami perubahan positif. Perubahan positif pada kepribadian saya maupun pada kerohanian saya. Khusus untuk perubahan pada kepribadian saya dapat dilihat dari sikap saya yang mampu membedakan hal yang baik dan buruk dan selanjutnya memilih yang baik dan melaksanakannya.

   Berkat internaisasi nilai-nilai luhur lewat ragam pembinaan itu, saya merasa sungguh berdamai dengan orang tua dan sesama yang lain. Saya sungguh merasa berdamai, maka perasaan cinta saya kepada orang tua dan sesama yang lain juga tentu telah melekat dalam hatiku ini. Saya mencintai ayah dan ibu serta sesamaku yang lain. Kecintaan saya kepada mereka akan saya buktikan dengan jalani panggilan saya sebagai calon imam Projo dan menjadi Imam Projo.

   Menjadi seorang Imam berarti menjadi alter Kristus “Kristus yang lain” yang mewartakan Cinta Kristus dan cinta manusiawi. Sebagai calon Pastor, saya harus menampilkan alter-Nya dalam perkataan dan perbuatan sambil menjujung tinggi nilai kemanusiaan. Sebab hal ini adalah tugas pokok yang perlu saya kembangkan dalam diri sebagai calon imam.

    Mengenai kekuatan dan ketertarikan cinta manusiawi: Kekuatan dan ketertarikan cinta manusiawi tentu ada dalam diri saya, tetapi saya sudah berusaha sejauh ini dan akan terus berusaha untuk mampu mengendalikannya dengan nilai-nilai rohani seturut Kitab Suci. Dalam Kitab Suci diajarkan bahwa “ada orang tidak menikah demi kerajaan Allah”. Ajaran Kitab Suci ini menjadi kekuatan bagi saya untuk terpaut pada nasehat-Nya. Usaha terus-menerus untuk memeliharanya sedang saya bangun. Katakana saja bahwa membangun tekat yang teguh, supaya benih panggilan saya ini terlindung dari godaan-godaan kemanusiawianku.

   Mengenai hal kebebasan; apa yang mengikat saya, sehingga tidak bebas? Saya merasa bebas berkat seluruh proses pembinaan yang saya dapatkan dan seluruh proses itu semakin membawa saya pada kebebasan batin yang mendalam. Oleh karena kenyataan kebebasan batinku ini, maka dengan bebas dan leluasa pula saya memilih arah hidup sesuai dengan kebebasanku sendiri. Saya memilih arah hidup selibat. Sebab saya merasa bisa bertangung jawab padanya berkat kekuatan kecintaku pada Kristus dan terlebih berkat kehendak-Nya sendiri. Sebab tanpa kehendak-Nya, tidak berdayalah saya.

   Apa yang saya katakan di atas itu mempunyai arti bahwa suka-duka hidup menjalani Panggilan Imamat yang saya hayati ini sungguh tidak berarti, jika saya hanya mengandalkan kemanusiawian saya belaka. Namun menjalani panggilan ini dengan bersandar pada Dia yang memanggil, maka pastilah saya akan kuat dan bisa mengendalikan panggilanku. Untuk tujuan ini, saya pun dibekali dengan berbagai bentuk pembinaan dan kebebasan untuk bergaul dengan siapa saja, baik bergaul dengan sesama jenis maupun lawan jenis, maka sejauh ini saya merasa cukup puas dengan keharmonisan relasi saya dengan sesamaku. Hal ini berarti bahwa saat ini hubungan saya dengan sesama yang lain sangat baik.

C.  Kematangan Pribadi dalam Berelasi dengan Sesama
    Sehubungan dengan hal yang telah saya kemukakan di atas, saya akui bahwa kematangan pribadi dalam berelasi dengan sesama merupakan tujuan program pembinaan Imamat juga. Oleh karena keyakinan ini, maka tentu bahwa pada setiap jenjang pendidikan imamat yang telah saya lalui itu semakin membangun kamatangan pribadi saya dalam berelasi dengan sesama. Demikian juga kini pun saya berada di Seminari ini demi menerima dan mengalami proses pembinaan demi mematangkan kepribadian saya, agar dalam hidup menjalani panggilan ini, saya dapat berelasi dengan sesama secara baik.

   Semua proses pendidikan Imamat yang saya alami seperti yang telah saya singgung di atas itu terbukti telah membantu saya dalam berelasi dengan sesama sejauh ini. Buktinya selain beberapa hal yang telah saya sebutkan di atas, saat ini saya juga merasa hubungan saya harmonis dengan orang tua, saudara/i kandung saya, teman-teman, guru, pembimbing dan Uskup. Kenyataan keharmonisan relasi saya dengan mereka seperti ini lahir dari usaha saya internalisasikan nilai-nilai luhur yang saya terima lewat proses pendidikan Imamat dengan berusaha menjaga relasi yang baik. Sebab ada kesadaran dalam diri saya bahwa kehadiran, keindahan dan keberhasilan saya sungguh menjadi nyata atas dukungan mereka sepenuhnya. Maka tidak ada hal lain yang dapat saya perbuat bagi mereka selain bersyukur dan berterimakasih kepada mereka dengan menjaga hubungan yang baik ini. Apalagi saya adalah calon Imam, yang amat perlu membangun relasi yang harmonis dengan semua orang sebagai suatu kewajiban. Sehingga dengan sikap lepas bebas pula saya mewartakan Inji Kristus di mana pun saya ditugaskan nanti.

   Sejalan dengan semua yang telah saya utarakan di atas, sebagai dasar dari pelayanan, banyak pembelajaran menuju Imamat sudah saya alami dan sedang pelajari, walau kedepannya masih membutuhkan kesadaran dan usaha yang cukup untuk internaisasi. Juga saya memiliki kemauan yang cukup demi menanggung beban hidup Imamat yang telah saya pilih. Kemauan saya ini semakin saya ungkapkan dengan membangun hubungan intim dengan Tuhan sebagai modal dan kekuatan saya dalam mempertahankan panggilan. Hal yang kedua ialah menumbuhkan sikap yang pro pada kebenaran dan menonjolkan sikap hormat serta belah rasa pada setiap insan.

   Kemudian mengenai kebenaran obyektif itu amat perlu saya perjuangkan juga, walau saya tahu bahwa upaya itu mempunyai begitu banyak rintangan. Tekad saya ini lahir dari alasan bahwa saya dipanggil untuk memihak dan memperjuangkannya. Memang bagi saya, memperjuangkan kebenaran itu utama. Soal tanggapan orang terima atau sebaliknya, itu bukan ukuran, karenan saya juga ketahui bahwa setiap insan mempunyai kebebasan untuk memilih dan mengungkapkan pendapatnya. Oleh karena hal ini, maka saya semakin mengembangkan pilihan saya tadi dengan jalan bersikap loyal, solider, seimbang dalam  penilaian perilaku. Untuk itu saya akan belajar lebih, supaya melihat masalah dengan baik, berpikir dengan baik dan bertindak secara bijak. Inilah metode yang akan saya jadikan sebagai dasar dan pegangan saya kedepan.

D.   Dalam Persekutuan dengan Allah – Mencari Yesus
    Jikaau ditanya, apakah anda mau membangun kesatuan hidup yang mendalam dengan Kristus berdasarkan permandian dan yang selalu disegarkan lewat Ekaristi? Jawabku; Ya saya mau membangun sikap yang mendalam dengan Kristus. Kemauan saya ini berdasar pada kesadaran saya akan kenyataan Kristus yang memanggilku. Menjadi calon Imam berarti menjadi murid-Nya tanpa paksaan. Oleh karena hal ini, maka tanpa paksaan pula saya pun sudah semakin siap membangun hubungan yang harmonis antara saya dengan Kristus, walau saya adalah insan yang rapuh. Namun ada juga keyakinan bahwa saya yang rapuh ini justru telah dipanggil oleh-Nya, maka pasti Ia akan mendekati saya dan menjadi sahabat saya.

    Sejalan dengan penjelasan itu, sebagai ungkapan cinta saya kepada Kristus, saya sudah membangun dasar hidup Doa dan akan terus membangunnya. Doa-doa yang telah dibangun dan akan terus dibangun adalah doa meditasi, kontemplasi, examen concenciae dan devosi kepada  Bunda Maria serta doa-doa lain sebagainya sebagaimana yang telah saya latihan pada masa Tahun Orientasi Rohani. Dan, kini semua ini telah menjadi milik saya. Oleh karena kenyataan ini, maka kini saya mau bertekun untuk mencari Yesus lewat kontemplasi dan keteribatan aktif dalam misteri kudus Gereja dan melaksanakan cinta kasih kepada orang kecil, lemah dan miskin.
   
   Tugas mulia itu tentu bisa saya laksanakan dengan menimbah kekuatan Tuhan melalui doa-doa seperti yang telah saya sebutkan tadi. Maka kini dan selanjutnya tidak ada pilihan yang lain lagi, selain memilih hayati hidup doa dengan melaksanakan doa meditasi dan merenungkan sabda Tuhan, baik dalam hidup sehari-hari maupun doa-doa pribadi, seraya menerima keheningan sebagai suasana rohani dasariah untuk menyadari kehadiran Allah dan sebagai ciri dari “Man of God” yang ingin membantu umat sampai pada Bapa. Untuk mencapai tujuan ini, kebebasan batin yang telah saya capai mesti dikembangkan terus, supaya tidak menyatu dengan segala keterikatan duniawi semata. Semua upaya ini semakin saya perkaya diri sambil menyadari diri sebagai anak Allah, dengan mengusahakan hidup, menghargai dan mencintai-Nya, serta berusaha menghayati hidup selibat sebagai tujuan yang harus dicapai sebagai anak Allah. Demikianlah penjelasan mengenai usaha saya memilih hidup sebagai anggota selibat.

E.  Memahami dan Mengalami Iman Akan Yesus Kristus
    Memahami dan mengalami iman akan Kristus dalam setiap langkah hidup adalah usahaku hingga kini. Saya melihat, ternyata seluruh pengalaman hidupku menunjukkan karya Allah yang besar, terutama memantapkan saya menuju pada kehendak-Nya yang saya perjuangkan ini. Maka selanjutnya dari pihak saya perlu mengembangkan sikap rendah hati dan refleksi yang mendalam, supaya melihat kehendak-Nya bagiku demi kemuliaan nama-Nya.

    Demikian juga kebijaksanaan saya dalam mengambil keputusan  terhadap diri, pilihan dan sesama itu tentu hal yang prioritas. Demi mencapai prioritas ini, daya penalaran yang sehat dan pengetahuan iman yang telah saya raih dalam seluruh proses pendidikan Imamat, perlu saya kuatkan dan tumbuhkannya. Sejalan dengan hal ini, perlu juga memiliki kemauan menafsirkan pengalaman hidup secara benar dan memiliki kemampuan budi dan kebebasan batin yang mendalam, agar selanjutnya mencapai iman akan Kristus dan kebenaran objektif.

    Perjuangan meraih iman yang kuat semakin dan akan saya upayakan terus-menerus. Perjuangan ini telah dan akan saya usahakan melalui kebijaksanaan berdialog secara kritis di berbagai arus zaman dan IPTEK. Sebab kehidupan era yang akan datang cukup menantang. Berkaitan dengan hal ini, diisukan bahwa kedepannya akan muncul ragam masalah aktual yang tidak bisa saya tolak. Oleh karenanya, maka saya sebagai orang terpanggil mesti siap untuk menghadapinya dengan kemampuan yang cukup, sehingga pada saatnya saya bisa memihak kebenaran sambil menerima Injil Yesus Kristus dengan Iman yang tangguh. Sehinggah Tuhan hadir menyelamatkan banyak orang lewat saya serta saya sendiri pun selain menjadi pribadi yang bijak, juga menjadi pribadi yang memiliki kemampuan memilah-milah untuk mengadakan penegasan menurut kehendak Tuhan dalam menghadapi pluralisme dalam masyarakat serta tangguh dalam mengahadapi segala problem yang mendatangi Gereja.

F.   Perjalanan Panggilanku: Terpikat – Terpaut – Terlibat Pada Yesus Kristus.
    Sejarah hidup saya membuktikan bahwa perasaan tertarik untuk menjadi seorang Imam Diosesan ini lahir sejak Sekolah Dasar. Merasakan ketertarikan ini melalui para Imam Diosesan di Paroki asal saya (Paroki Bilogai). Selanjutnya berkat pembatinan ajaran-ajaran Gereja yang diwartakan oleh mereka, saya menyadari bahwa Kristus itu sungguh menyerahkan diri sehabis-habisnya untuk manusia sebagai silih atas dosa-dosa, terutama silih atas dosa-dosa saya. Oleh sebab kesadaran ini terlintas di hati saya, maka dalam diri saya juga muncul perasaan haruh yang amat mendalam dalam diriku. Dengan proses ini, maka tumbuhlah perasaan “Cinta” pada Yesus.

   Sehubungan dengan perasaan saya itu, kesediaan saya tetap bertahan pada jalan panggilanku ini merupakan pilihan saya untuk membuktikan kecintaan saya pada Yesus yang telah menebusku itu. Benar, saya ingin buktikan hal ini dengan menjalani panggilan-Nya, sebagai seorang calon dan kemudian menjadi Imam-Nya. Upaya membuktikan kecintaanku pada Kristus ini tentu akan membawa saya pada makna panggilan itu sendiri, yaitu; rahmat teristimmewa. Penjelasan ini mengungkapkan tanggapan saya tentang makna panggilan mengikuti Kristus, yakni; rahmat teristimewa yang mesti saya syukuri dan terus taat pada rahmat itu sendiri.

   Upaya mensyukuri rahmat itu semakin dan akan saya ungkapkan dengan jalan menjawab panggilan-Nya terus-menerus. Sehingga rahmat itu tidak berlalu dari padaku. Rahmat yang saya maksudkan adalah rahmat menjadi murid yang menaruh cinta pada-Nya. Sebab dalam panggilan yang sudah saya tekuni dan akan tekuni ini, saya menemukan rahmat cinta. “Saya mengikuti Dia karena cinta dan Dia pasti mencintai saya”. Hal ini tidak perlu diragukan lagi, karena sudah banyak pengalaman cinta Tuhan dalam sejarah hidup saya yang sudah saya rasakan. Memang saya akui bahwa dalam sejarah hidup saya, Ia telah memperlihatkan kecintaan-Nya kepadaku. Oleh karenanya, maka tantangan hidup yang begitu berat, selalu menjadi ringan. Saat ini pun saya merasa dilindungi-Nya dan karenanya maka bergembira.

    Menyangkut krisis panggilan. Sejauh ini saya belum merasakan krisis menjalani panggilan, tetapi ada saatnya di mana saya pun bisa mengalami kehampaan panggilan. Oleh karena kemungkinan ini, maka saya mau menjadikan Tuhan Yesus Kristus sebagai penolong setiaku. Memang tidak ada jalan lain untuk bertahan dalam penderitaan memikul salib selain berdoa kepada Dia. Sebab doa adalah dasar hidup Imamat yang sudah dan akan saya hidupi. Hal ini mengungkapkan kerinduan saya menjadi Imam pendoa. Sehiggah disposisi batin saya dalam menjalani panggilan pun tetap semangat dan gembira seperti yang sudah saya rasakan dalam proses pembinaan di masa yang telah berlalu dan saat ini.


G.  Pendidikan Pastoral: Persekutuan Cinta kasih Yesus Kristus Sang Gembala Baik
   Semua pendampingan yang telah saya peroleh itu mengarah pada persiapan untuk berpastoral, maka itu telah membantu saya dalam berpastoral selama dua tahun di Paroki dan kini saya akan menerima persiapan selanjutnya demi tujuan yang sama. Sehingga pada akhirnya saya menjadi Imam yang tangguh dalam berpastoral dengan keyakinan bahwa panggilan Tuhan yang saya hayati menjadi rahmat untuk berpastoral yang harmonis. Hal ini akan saya ungkapkan dengan kesediaan saya menghabiskan waktu-waktu yang ada untuk melayani umat Tuhan yang dipercayakan kepada saya sebagai orang Gerej.

   Selanjutnya saya juga menyadari bahwa menjadi Imam itu bukan untuk melayani diriku sendiri, melainkan melayani umat Tuhan. Pengetahuan kesadaran saya ini tentu membantu saya untuk memulai berpastoral. Mengenai hal ini dapat saya katakan bahwa celakalah saya jika saya mengutamakan dan melayani diriku sendiri. Hal ini mengandung arti bahwa saya mengerti jikalau saya menjadi imam itu demi melayani umat Tuhan. Melayani umat Tuhan bukan stengah-stengah, tetapi secara total. Oleh karena hal ini merupakan suatu keharusan, maka amat penting adanya kesediaan memberikan diri, bakat-bakat, minat dan segala kemampuan saya bagi perkembangan Gereja.

   Berdasarkan semua penjelasan di atas, akhirnya saya menyadari bahwa perkembangan Gereja Kristus akan berjalan baik, jikalau dalam karya pastoral terdapat kerja sama yang baik antara rekan-rekan sepanggilan, awam dan umat. Maka saya akan menggunakan kemampuan yang ada pada saya ini untuk melatih diri, membangun hubungan harmonis antara sesama mulai dari Seminari ini. Melatih diri dengan membangun kekerabatan antar sesama anggota komunitas, supaya saya bisa mengenal mereka secara pribadi, karakter dan budaya mereka dengan baik sehingga pengalaman ini membantu saya membangun hubungan yang baik antara Bapa Uskup dan wakil-wakilnya serta membantu dalam karya pastoral nanti.

   Selain berbagai hal yang telah saya utarakan itu, saya juga menyatakan kesediaan saya untuk menghadapi tantangan Gereja melalui refleksi yang matang dan penerapan praktis dalam menjalani tugas. Juga saya pun siap berkembang dalam persekutuan cinta kasih pastoral Yesus, bersedia menanamkan nilai-nilai pastoral, yakni; perasaan halus seorang gembala, rendah hati, jujur, tanggungjawab, mau dievaluasi serta belajar terus-menerus. 

H.   Kesimpulan
    Refleksi di akhir masa TOP dan TOK serta awal masa study program Pasca Sarjana di Seminari Tinggi Intediosesan Giovani Malang ini merupakan cerminan untuk melihat perkembangan kepribadian dari berbagai sudut. Dalam refleksi ini telah dilihat sudut kematangan panggilan, kerohanian, kepribadiaan, berkomunitas dan kerasulan. Hal ini berarti bahwa dalam refleksi ini telah saya juga beberkan usaha-usaha jatuh-bangunnya membangun dasar hidup dan juga memuat niat-niat yang menyegarkan panggilan saya.

    Program pembinaan yang telah saya alami; Pertama: Pembinaan manusia, sebagai dasar pembinaan panggilan Imamat, yang di dalamnya memuat kematangan pribadi dalam berelasi dengan sesama. Kedua: Pembinaan Rohani; sebagai dasar dalam bersekutuh dengan Allah – mencari Yesus. Ketiga: Pembinaan Intelektual; memahami dan mengalami iman akan Yesus Kristus. Melihat dan menelusuri perjalanan panggilan saya; terpikat – terpaut dan terlibat pada Kristus. Keempat: Pendidikan Pastoral; persekutuaan cinta kasih Yesus Kristus Sang Gembala Baik. Program pembinaan-pembinaan inilah yang telah membaharui hidup, cara pandang dan cara bertindak saya. Semoga selanjutnya semakin disempurnakan dengan seluruh proses pendidikan di tempat ini.

0 komentar:

Post a Comment

The Best

PENGERTIAN FILSAFAT