Oleh Yeskiel Belau
A. Pengantar
Inilah sebuah refleksi yang relevan dengan
perkembangan panggilan saya, yang dihantar dengan menelusuri internalisasi kematangan
kepribadian, kerohanian, hidup berkomunitas dan pedoman berpastoral berdasarkan
pada moto panggilan saya,
yaitu; Janganlah kamu takut; sebab Aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan
itu (Mat 28:5).
Refleksi ini merupakan refleksi lanjutan
dari refleksi-refleksi sebelunya. Maka pada refleksi kali ini juga, saya merefleksikan
pengalaman hidup dan pembinaan-pembinaan yang saya jalani. Diantaranya; Pertama:
Pembinaan manusia, sebagai dasar dari segala pembinaan panggilan Imamat.
Mengenai bagian ini tentu memuat
kematangan pribadi dalam berelasi dengan sesama. Kedua: Pembinaan Rohani; sebagai dasar dalam bersekutuh dengan
Allah – mencari Yesus. Ketiga: Pembinaan
Intelektual; memahami dan mengalami iman akan Yesus Kristus. Melihat dan
menelusuri perjalanan panggilan saya; terpikat – terpaut dan terlibat pada
Kristus. Keempat: Pendidikan
Pastoral; persekutuaan cinta kasih Yesus Kristus Sang Gembala Baik. Semua aspek ini saya refleksikan secara terstruktur
berikut ini.
B. Pembinaan Manusia
Pembinaan
manusia adalah dasar
dari segala pembinaan panggilan
Imamat selanjutnya, maka saya
sudah menyediakan diri dan terus mengalami pembinaan manusia yang telah dikemas
sedemikian rupa sesuai dengan tingkatan pendidikan Imamat yang telah saya
lalui. Sehubungan dengan hal ini, pembinaan manusia itu saya alami sejak masa
Seminari Menengah, Tahun Orientasi Rohani, Seminari Tinggi (masa S-1), masa TOP
dan TOK, serta kini berada di Seminari Tinggi Giovani Malang (masa S-2) ini untuk
tujuan yang sama.
Proses
pembinaan manusia di setiap jenjang pendidikan itu telah saya alami melalui latihan
rohani, pelajaran harian/kuliah,
aktivitas harian, oubound, ansos, praktek
karya pastoral di Paroki, berelasi dengan sesama, menerima pembinaan
pribadi dengan pembina dan lain sebagainya. Pembinaan manusia lewat berbagai
bentuk seperti ini
bukan hanya telah melatih fisik saya untuk mampu beradaptasi dengan
medan berpastoral, tetapi juga telah
mematangkan mentalitas saya untuk mampu menaklukkan penderitaan
dan kesulitan di medan pastoral. Berdasar pada pengalaman mengalami pembinaan manusia melalui berbagai
bentuk ini, kini saya sungguh merasa bahwa kematangan kepribadian dan kerohanian saya semakin
mantap. Hal ini mengandung arti bahwa melalui pembinaan-pembinaan seperti itu,
saya mengalami perubahan positif. Perubahan positif pada kepribadian saya maupun pada kerohanian saya. Khusus untuk perubahan pada
kepribadian saya dapat dilihat dari sikap saya yang mampu
membedakan hal yang baik dan buruk
dan selanjutnya memilih yang baik dan melaksanakannya.
Berkat internaisasi nilai-nilai luhur lewat ragam pembinaan
itu, saya merasa sungguh berdamai dengan orang tua dan sesama yang lain. Saya sungguh merasa berdamai, maka perasaan cinta saya kepada orang tua dan sesama yang lain juga tentu telah melekat
dalam hatiku ini. Saya mencintai ayah dan ibu serta sesamaku yang lain.
Kecintaan saya kepada mereka akan saya buktikan dengan jalani panggilan saya sebagai calon imam Projo dan menjadi Imam Projo.
Menjadi seorang Imam berarti menjadi
alter Kristus “Kristus yang lain” yang mewartakan Cinta Kristus dan cinta
manusiawi. Sebagai calon Pastor, saya harus menampilkan alter-Nya dalam
perkataan dan perbuatan sambil menjujung tinggi nilai kemanusiaan. Sebab hal
ini adalah tugas pokok yang perlu saya
kembangkan
dalam diri sebagai calon imam.
Mengenai
kekuatan dan ketertarikan cinta manusiawi: Kekuatan dan ketertarikan
cinta manusiawi tentu ada dalam
diri saya, tetapi saya sudah berusaha sejauh ini dan akan terus berusaha
untuk mampu mengendalikannya dengan nilai-nilai rohani seturut Kitab Suci.
Dalam Kitab Suci diajarkan bahwa “ada
orang tidak menikah demi kerajaan Allah”. Ajaran Kitab Suci ini menjadi kekuatan bagi
saya untuk terpaut pada nasehat-Nya. Usaha terus-menerus untuk memeliharanya sedang
saya bangun. Katakana saja bahwa membangun
tekat yang teguh, supaya benih panggilan saya ini terlindung dari godaan-godaan
kemanusiawianku.
Mengenai hal kebebasan; apa yang mengikat saya, sehingga tidak bebas? Saya merasa bebas berkat seluruh proses pembinaan yang saya dapatkan dan seluruh proses itu semakin membawa saya pada kebebasan batin yang mendalam. Oleh karena kenyataan kebebasan batinku ini, maka dengan bebas dan leluasa pula saya memilih arah hidup sesuai dengan kebebasanku sendiri. Saya memilih arah hidup selibat. Sebab saya merasa bisa bertangung jawab padanya berkat kekuatan kecintaku pada Kristus dan terlebih berkat kehendak-Nya sendiri. Sebab tanpa kehendak-Nya, tidak berdayalah saya.
Mengenai hal kebebasan; apa yang mengikat saya, sehingga tidak bebas? Saya merasa bebas berkat seluruh proses pembinaan yang saya dapatkan dan seluruh proses itu semakin membawa saya pada kebebasan batin yang mendalam. Oleh karena kenyataan kebebasan batinku ini, maka dengan bebas dan leluasa pula saya memilih arah hidup sesuai dengan kebebasanku sendiri. Saya memilih arah hidup selibat. Sebab saya merasa bisa bertangung jawab padanya berkat kekuatan kecintaku pada Kristus dan terlebih berkat kehendak-Nya sendiri. Sebab tanpa kehendak-Nya, tidak berdayalah saya.
Apa yang saya katakan di atas itu mempunyai arti bahwa suka-duka
hidup menjalani Panggilan Imamat yang saya hayati ini sungguh tidak berarti, jika saya hanya mengandalkan kemanusiawian saya belaka. Namun menjalani panggilan ini dengan bersandar
pada Dia yang memanggil, maka pastilah saya akan kuat dan bisa mengendalikan panggilanku. Untuk tujuan ini, saya pun dibekali
dengan berbagai bentuk
pembinaan dan kebebasan untuk bergaul dengan siapa saja, baik bergaul dengan sesama jenis maupun lawan
jenis, maka sejauh ini saya merasa cukup puas dengan keharmonisan relasi saya
dengan sesamaku. Hal ini berarti bahwa
saat ini hubungan saya dengan sesama yang lain sangat baik.
C. Kematangan Pribadi dalam Berelasi dengan
Sesama
Sehubungan
dengan hal yang telah saya kemukakan di atas, saya akui bahwa kematangan
pribadi dalam berelasi dengan sesama merupakan tujuan program pembinaan Imamat juga. Oleh karena keyakinan ini, maka tentu bahwa pada
setiap jenjang pendidikan imamat yang telah saya lalui itu semakin membangun kamatangan pribadi saya dalam
berelasi dengan sesama. Demikian juga kini pun saya berada di Seminari ini demi
menerima dan mengalami proses pembinaan demi mematangkan kepribadian saya, agar
dalam hidup menjalani panggilan ini, saya dapat berelasi dengan sesama secara
baik.
Semua proses
pendidikan Imamat yang saya alami seperti yang telah saya singgung di atas itu terbukti
telah membantu saya dalam berelasi dengan sesama sejauh ini. Buktinya selain
beberapa hal yang telah saya sebutkan di atas, saat ini saya juga merasa
hubungan saya harmonis dengan orang tua, saudara/i kandung saya,
teman-teman, guru, pembimbing dan Uskup. Kenyataan keharmonisan relasi saya dengan mereka seperti ini lahir dari usaha
saya internalisasikan nilai-nilai luhur yang saya terima lewat proses
pendidikan Imamat dengan berusaha menjaga relasi yang baik. Sebab ada kesadaran
dalam diri saya bahwa kehadiran, keindahan dan keberhasilan
saya sungguh menjadi nyata atas dukungan mereka sepenuhnya. Maka tidak ada hal lain
yang dapat saya perbuat bagi mereka selain bersyukur dan berterimakasih kepada mereka dengan menjaga hubungan yang baik ini.
Apalagi saya adalah calon Imam, yang amat perlu membangun
relasi yang harmonis dengan semua orang sebagai suatu kewajiban. Sehingga
dengan sikap lepas bebas pula saya mewartakan Inji Kristus di mana pun saya ditugaskan nanti.
Sejalan dengan
semua yang telah saya utarakan di atas, sebagai dasar dari pelayanan, banyak pembelajaran menuju
Imamat sudah saya alami dan sedang pelajari, walau kedepannya masih membutuhkan kesadaran dan usaha
yang cukup untuk internaisasi. Juga saya memiliki kemauan yang cukup demi
menanggung beban hidup Imamat
yang telah saya pilih. Kemauan saya ini semakin saya ungkapkan dengan membangun
hubungan intim dengan Tuhan sebagai modal dan kekuatan saya dalam mempertahankan panggilan. Hal
yang kedua ialah menumbuhkan sikap yang pro pada kebenaran dan menonjolkan
sikap hormat serta belah rasa pada setiap insan.
Kemudian
mengenai kebenaran obyektif itu amat perlu saya perjuangkan juga, walau saya tahu bahwa upaya itu mempunyai begitu
banyak rintangan. Tekad saya ini
lahir dari alasan bahwa saya dipanggil untuk memihak dan memperjuangkannya.
Memang bagi saya, memperjuangkan kebenaran
itu utama. Soal tanggapan orang terima atau sebaliknya,
itu bukan ukuran, karenan saya juga ketahui bahwa setiap
insan mempunyai kebebasan untuk memilih dan mengungkapkan pendapatnya.
Oleh karena hal ini, maka saya semakin mengembangkan pilihan saya tadi dengan jalan bersikap
loyal, solider, seimbang dalam penilaian
perilaku. Untuk itu saya akan belajar
lebih, supaya melihat masalah dengan baik, berpikir dengan baik dan bertindak secara bijak. Inilah metode yang akan saya jadikan sebagai
dasar dan pegangan saya kedepan.
D. Dalam Persekutuan
dengan Allah – Mencari Yesus
Jikaau ditanya, apakah anda mau
membangun kesatuan hidup yang mendalam dengan Kristus berdasarkan permandian
dan yang selalu disegarkan lewat Ekaristi? Jawabku; Ya saya mau membangun sikap
yang mendalam dengan Kristus. Kemauan
saya ini berdasar pada kesadaran saya akan kenyataan Kristus
yang memanggilku. Menjadi calon Imam berarti menjadi murid-Nya tanpa paksaan. Oleh karena hal ini, maka tanpa paksaan
pula saya pun sudah semakin siap membangun hubungan yang harmonis
antara saya dengan Kristus, walau saya adalah insan yang rapuh. Namun ada juga keyakinan bahwa saya yang rapuh ini justru telah
dipanggil oleh-Nya, maka pasti Ia akan mendekati saya dan menjadi
sahabat saya.
Sejalan dengan
penjelasan itu, sebagai ungkapan cinta saya kepada
Kristus, saya sudah membangun dasar hidup Doa dan akan terus membangunnya.
Doa-doa yang telah dibangun dan akan terus dibangun
adalah doa
meditasi, kontemplasi, examen concenciae dan devosi kepada Bunda Maria serta doa-doa lain sebagainya sebagaimana yang telah saya
latihan pada masa Tahun Orientasi Rohani. Dan, kini semua ini telah menjadi
milik saya. Oleh karena
kenyataan ini, maka kini saya mau bertekun untuk mencari
Yesus lewat kontemplasi dan keteribatan aktif dalam misteri kudus Gereja dan melaksanakan
cinta kasih kepada orang kecil, lemah dan miskin.
Tugas mulia itu tentu bisa saya laksanakan dengan menimbah kekuatan Tuhan melalui doa-doa seperti yang telah saya sebutkan tadi. Maka kini dan selanjutnya tidak ada pilihan yang lain lagi, selain memilih hayati hidup doa dengan melaksanakan doa meditasi dan merenungkan sabda Tuhan, baik dalam hidup sehari-hari maupun doa-doa pribadi, seraya menerima keheningan sebagai suasana rohani dasariah untuk menyadari kehadiran Allah dan sebagai ciri dari “Man of God” yang ingin membantu umat sampai pada Bapa. Untuk mencapai tujuan ini, kebebasan batin yang telah saya capai mesti dikembangkan terus, supaya tidak menyatu dengan segala keterikatan duniawi semata. Semua upaya ini semakin saya perkaya diri sambil menyadari diri sebagai anak Allah, dengan mengusahakan hidup, menghargai dan mencintai-Nya, serta berusaha menghayati hidup selibat sebagai tujuan yang harus dicapai sebagai anak Allah. Demikianlah penjelasan mengenai usaha saya memilih hidup sebagai anggota selibat.
Tugas mulia itu tentu bisa saya laksanakan dengan menimbah kekuatan Tuhan melalui doa-doa seperti yang telah saya sebutkan tadi. Maka kini dan selanjutnya tidak ada pilihan yang lain lagi, selain memilih hayati hidup doa dengan melaksanakan doa meditasi dan merenungkan sabda Tuhan, baik dalam hidup sehari-hari maupun doa-doa pribadi, seraya menerima keheningan sebagai suasana rohani dasariah untuk menyadari kehadiran Allah dan sebagai ciri dari “Man of God” yang ingin membantu umat sampai pada Bapa. Untuk mencapai tujuan ini, kebebasan batin yang telah saya capai mesti dikembangkan terus, supaya tidak menyatu dengan segala keterikatan duniawi semata. Semua upaya ini semakin saya perkaya diri sambil menyadari diri sebagai anak Allah, dengan mengusahakan hidup, menghargai dan mencintai-Nya, serta berusaha menghayati hidup selibat sebagai tujuan yang harus dicapai sebagai anak Allah. Demikianlah penjelasan mengenai usaha saya memilih hidup sebagai anggota selibat.
E. Memahami dan Mengalami Iman Akan
Yesus Kristus
Memahami dan mengalami iman akan Kristus
dalam setiap langkah hidup adalah usahaku hingga kini. Saya melihat, ternyata
seluruh pengalaman hidupku menunjukkan karya Allah yang besar, terutama
memantapkan saya menuju pada kehendak-Nya yang saya perjuangkan ini. Maka selanjutnya dari pihak saya perlu
mengembangkan sikap rendah hati dan refleksi yang mendalam, supaya melihat
kehendak-Nya bagiku demi kemuliaan nama-Nya.
Demikian juga kebijaksanaan
saya dalam mengambil keputusan terhadap diri, pilihan dan sesama itu tentu hal yang prioritas. Demi mencapai prioritas ini, daya
penalaran yang sehat dan pengetahuan iman yang telah saya raih
dalam seluruh proses pendidikan Imamat, perlu saya kuatkan dan tumbuhkannya.
Sejalan dengan hal ini,
perlu juga memiliki kemauan menafsirkan pengalaman hidup secara
benar dan memiliki kemampuan budi dan kebebasan batin yang mendalam, agar selanjutnya
mencapai iman akan Kristus dan kebenaran objektif.
Perjuangan meraih iman yang kuat semakin
dan akan saya upayakan terus-menerus. Perjuangan ini telah dan akan saya usahakan melalui
kebijaksanaan berdialog secara kritis di berbagai arus zaman dan IPTEK. Sebab kehidupan
era yang akan datang cukup menantang. Berkaitan dengan hal ini, diisukan bahwa kedepannya akan muncul ragam masalah aktual yang tidak bisa saya
tolak. Oleh karenanya,
maka saya
sebagai orang terpanggil mesti
siap untuk menghadapinya dengan kemampuan yang cukup, sehingga pada saatnya saya
bisa memihak kebenaran sambil menerima Injil
Yesus Kristus dengan Iman yang tangguh. Sehinggah Tuhan hadir menyelamatkan banyak orang lewat saya serta
saya sendiri pun selain menjadi pribadi yang bijak, juga
menjadi pribadi yang memiliki kemampuan memilah-milah untuk mengadakan penegasan
menurut kehendak Tuhan dalam
menghadapi
pluralisme dalam masyarakat serta tangguh dalam mengahadapi segala problem yang
mendatangi Gereja.
F.
Perjalanan
Panggilanku: Terpikat – Terpaut – Terlibat Pada Yesus Kristus.
Sejarah hidup saya membuktikan bahwa
perasaan tertarik untuk menjadi seorang Imam Diosesan ini lahir sejak Sekolah Dasar. Merasakan
ketertarikan ini melalui para Imam Diosesan di Paroki asal saya (Paroki
Bilogai). Selanjutnya berkat pembatinan ajaran-ajaran Gereja yang diwartakan
oleh mereka, saya menyadari bahwa Kristus itu sungguh menyerahkan diri
sehabis-habisnya untuk manusia sebagai silih atas dosa-dosa, terutama silih
atas dosa-dosa saya.
Oleh sebab kesadaran ini terlintas di hati saya, maka dalam diri saya juga muncul perasaan haruh
yang amat mendalam dalam diriku. Dengan proses ini, maka tumbuhlah perasaan “Cinta”
pada Yesus.
Sehubungan
dengan perasaan saya itu, kesediaan saya tetap bertahan pada jalan panggilanku
ini merupakan pilihan saya untuk membuktikan kecintaan saya pada Yesus yang
telah menebusku itu. Benar, saya ingin buktikan hal ini dengan
menjalani panggilan-Nya, sebagai seorang calon dan kemudian menjadi Imam-Nya. Upaya membuktikan kecintaanku pada Kristus ini tentu akan
membawa saya pada makna panggilan itu sendiri, yaitu; rahmat teristimmewa.
Penjelasan ini mengungkapkan tanggapan saya tentang makna
panggilan mengikuti Kristus,
yakni;
rahmat teristimewa yang mesti saya syukuri dan terus taat pada rahmat itu sendiri.
Upaya
mensyukuri rahmat itu semakin dan akan saya ungkapkan dengan
jalan menjawab panggilan-Nya terus-menerus. Sehingga rahmat itu tidak berlalu
dari padaku. Rahmat yang saya maksudkan adalah rahmat menjadi murid yang
menaruh cinta pada-Nya. Sebab dalam
panggilan yang sudah saya
tekuni dan akan tekuni ini, saya
menemukan rahmat cinta. “Saya
mengikuti Dia karena cinta dan Dia pasti mencintai saya”. Hal ini tidak
perlu diragukan lagi, karena sudah banyak pengalaman cinta Tuhan dalam sejarah
hidup saya yang sudah saya rasakan.
Memang saya akui bahwa dalam sejarah
hidup saya, Ia telah
memperlihatkan kecintaan-Nya kepadaku. Oleh karenanya, maka tantangan hidup yang begitu berat, selalu menjadi ringan. Saat ini pun saya
merasa dilindungi-Nya dan
karenanya maka bergembira.
Menyangkut krisis panggilan. Sejauh ini
saya belum merasakan krisis menjalani panggilan, tetapi ada saatnya di mana saya pun bisa mengalami kehampaan
panggilan. Oleh karena
kemungkinan ini, maka saya mau menjadikan Tuhan Yesus Kristus
sebagai penolong setiaku. Memang
tidak ada
jalan lain untuk bertahan dalam penderitaan memikul salib selain berdoa kepada Dia. Sebab doa adalah
dasar hidup Imamat yang sudah
dan akan saya hidupi.
Hal ini mengungkapkan kerinduan
saya menjadi
Imam pendoa. Sehiggah disposisi
batin saya dalam menjalani panggilan pun tetap semangat dan gembira seperti
yang sudah saya rasakan dalam proses pembinaan di masa yang telah berlalu dan
saat ini.
G. Pendidikan
Pastoral: Persekutuan Cinta kasih Yesus Kristus Sang Gembala Baik
Semua pendampingan yang telah saya peroleh itu mengarah pada persiapan untuk berpastoral, maka itu telah
membantu saya dalam berpastoral
selama dua tahun di Paroki dan kini saya akan menerima persiapan selanjutnya
demi tujuan yang sama. Sehingga pada akhirnya saya
menjadi Imam yang tangguh dalam
berpastoral dengan keyakinan bahwa panggilan Tuhan yang
saya hayati menjadi rahmat untuk berpastoral yang harmonis. Hal ini akan saya ungkapkan dengan kesediaan saya menghabiskan
waktu-waktu yang ada untuk melayani umat Tuhan yang dipercayakan kepada saya sebagai
orang Gerej.
Selanjutnya
saya juga menyadari bahwa menjadi Imam itu bukan untuk melayani diriku sendiri, melainkan melayani umat Tuhan.
Pengetahuan kesadaran saya ini
tentu membantu saya untuk memulai berpastoral.
Mengenai hal ini dapat saya katakan bahwa celakalah
saya jika saya mengutamakan dan melayani diriku sendiri. Hal ini mengandung arti bahwa saya
mengerti jikalau saya menjadi imam itu demi melayani umat Tuhan. Melayani umat Tuhan bukan stengah-stengah, tetapi secara total. Oleh karena hal ini merupakan suatu keharusan, maka amat
penting adanya kesediaan memberikan diri, bakat-bakat, minat dan
segala kemampuan saya bagi
perkembangan Gereja.
Berdasarkan
semua penjelasan di atas, akhirnya saya menyadari bahwa perkembangan
Gereja Kristus akan berjalan
baik, jikalau dalam karya pastoral terdapat kerja sama yang baik antara rekan-rekan
sepanggilan, awam dan umat. Maka
saya akan menggunakan kemampuan yang ada pada saya ini untuk melatih diri, membangun
hubungan harmonis antara sesama mulai
dari Seminari ini. Melatih diri dengan membangun kekerabatan antar sesama
anggota komunitas, supaya saya bisa mengenal mereka secara pribadi, karakter dan
budaya mereka dengan baik sehingga pengalaman ini membantu saya membangun
hubungan yang baik
antara Bapa Uskup dan wakil-wakilnya
serta membantu dalam karya pastoral nanti.
Selain berbagai
hal yang telah saya utarakan itu, saya juga menyatakan kesediaan saya untuk menghadapi
tantangan Gereja melalui refleksi yang matang dan penerapan praktis dalam
menjalani tugas. Juga saya pun siap berkembang
dalam persekutuan cinta kasih pastoral Yesus, bersedia menanamkan nilai-nilai
pastoral, yakni; perasaan halus seorang gembala, rendah hati, jujur,
tanggungjawab, mau dievaluasi serta belajar terus-menerus.
H. Kesimpulan
Refleksi di akhir masa TOP dan TOK serta awal masa study program
Pasca Sarjana di Seminari Tinggi Intediosesan Giovani Malang ini merupakan
cerminan
untuk melihat perkembangan kepribadian dari berbagai sudut. Dalam refleksi ini telah dilihat sudut
kematangan panggilan, kerohanian, kepribadiaan, berkomunitas dan kerasulan. Hal ini berarti bahwa dalam refleksi ini
telah saya juga
beberkan usaha-usaha jatuh-bangunnya membangun dasar hidup dan juga memuat
niat-niat yang menyegarkan panggilan saya.
Program pembinaan
yang telah saya alami; Pertama:
Pembinaan manusia, sebagai dasar pembinaan panggilan Imamat, yang di dalamnya
memuat kematangan pribadi dalam berelasi dengan sesama. Kedua: Pembinaan Rohani; sebagai dasar dalam bersekutuh dengan
Allah – mencari Yesus. Ketiga:
Pembinaan Intelektual; memahami dan mengalami iman akan Yesus Kristus. Melihat
dan menelusuri perjalanan panggilan saya; terpikat – terpaut dan terlibat pada
Kristus. Keempat: Pendidikan
Pastoral; persekutuaan cinta kasih Yesus Kristus Sang Gembala Baik. Program
pembinaan-pembinaan inilah yang telah membaharui hidup, cara pandang dan cara
bertindak saya. Semoga selanjutnya semakin
disempurnakan dengan seluruh proses pendidikan di tempat ini.
0 komentar:
Post a Comment