Video Of Day

Subscribe Youtube

Friday, 28 September 2018

KONFLIK ANTARA MARGA SELEGANI DAN SANI DI KABUPATEN INTAN JAYA

Oleh Yeskiel Belau

Foto Penulis, Yeskiel Belau
Sugapa – Kabupaten Intan Jaya 17/09/218, baru saja dikabarkan bahwa di sana sedang terjadi konflik antar marga. Konflik itu berlangsung antara marga Selegani dan marga Sani. Marga Selegani bertempat tinggal di Desa Puyagia, Distrik Sugapa. Sedangkan marga Sani berdomisili di Desa Mamba. Dalam perang, kedua marga ini dibantu oleh semua marga yang ada di Desa masing-masing. Peralatan yang mereka gunakan dalam konflik itu busur dan anak-panah. “Kami saling memanah dengan menggunakan busur dan anak-panah dari jarak dekat sekitar 15-20 meter” kata Dominikus Belau kepala perang dari pihak marga Selegani, melalui Telephone Seluler Senin, 17 September 2018.

Perang antar marga itu terjadi akibat meninggalnya seorang istri dari Bapak Saul Selegani. Istri Saul yang meninggal karena “sakit” itu bernama Elisabeth Sani. Maka, “ketika pihak keluarga Sani mendengar berita duka anak mereka, lantas mereka mendatangi pihak suami dan melakukan aksi keributan, hingga berujung pada perang ini” sahut tokoh masyarakat bapak Agus Belau lewat alat komunikasi yang sama.

Alasan pihak keluarga perempuan mendatangi pihak laki-laki dan melakukan aksi keributan itu dijelaskan oleh Dominikus bahwa; Pertama, pihak laki-laki belum bayar belis (maskawin) dalam bentuk uang, babi dan kulit biya, sebagaimana biasanya dalam tradisi Suku Bangsa Migani. Kedua, saat ibu Elisabeth sakit, suaminya (Saul Selegani) pernah mengujungi istrinya yang sedang sakit di rumah keluarga di Mamba dan sesudah beberapa hari kemudian, anak mereka langsung meninggal dunia pada Hari Rabu, 12 September 2018.

Menanggapi alasan pihak marga Sani itu, pihak marga Selegani pun mengatakan bahwa ibu Elisabet Sani dinikahi dengan cara tukar perempuan. Perempuan yang ditukar dengan ibu ini adalah Horolia Selegani, adik kandung dari Saul Selegani sendiri. Oleh kanena dia dinikahi dengan cara seperti ini, maka masalah ini harus kita selesaikan dengan damai. Kami akan bayar dalam waktu yang dekat ini. Namun pihak marga Sani sangat merasa kesal dengan peristiwa itu, seperti ada sesuatu yang sangat sulit diterima. Maka mereka menyatakan niat untuk tetap berperang.

Didorong oleh kekesalan dan kedua alasan di atas itu, “pihak marga Sani pun langsung mendatangi pihak marga Selegani, selama dua hari berturut-turut; pada Hari Kamis, 13 September – Jumat 14 September 2018. Kemudian mereka mulai melakukan aksi perang dengan memanah seorang pemuda dari pihak laki-laki di Kununggaupa Desa Puyagia. Sesudah memanah, mereka lari menuju Bogage sebagai wilayah benteng pertahanan mereka. Sementara itu, pihak laki-laki yang diserang ini pun tidak mau diperlakukan demikian. Mereka juga balik mengejar para penyerang dan membalasnya dengan memanah seorang pemuda dari pihak marga Sani. Dengan ini, maka selanjutnya perang semakin memanas dan mulai saling menyerang sepanjang hari selama dua hari itu. Pada hari Sabtu dan Minggu, kami tinggal berjaga-jaga saja, tetapi pada hari Senin ini perang sedang dilanjutkan hingga sore ini”, Dominikus Belau menambahkan penjelasannya.

Dalam perang itu, dikabarkan bahwa beberapa orang dari kedua kubuh telah terluka parah termasuk sumber informasi ini yaitu; Dominikus Belau. Ia memberi rincian bahwa pihaknya enam orang terluka parah termasuk dirinya. Demikian juga pihak marga Sani, “tetapi untuk pihak lawan ini, belum bisa saya sebutkan nama-nama mereka, karena belum ketahui secara pasti. Namun baru saja saya terima informasi dari Agen Pesawat, Thomas Belau bahwa ia telah mengirim dua orang dari pihak marga Sani yang terluka parah ke Rumah Sakit Umum Nabire tadi siang” katanya. “Kalau nama-nama korban di pihak kami yang saya ingat itu, saya sendiri Dominikus Belau, Norbertus Belau, Maret Nayagau, Martinus Ulau, Onius Selegani dan satu orang lain lagi yang namanya belum saya ingat saat ini” lanjut dia.

Dari sekian korban pihak marga Selegani itu dikatakan Martinus Ulau yang sedang berada dalam keadaan kritis. Sehingga dikabarkan ia telah dikirim ke Rumah Sakit Umum Kabupaten Nabire juga, supaya ia pun mendapatkan perawatan intensif. Sementara korban lain masih berada di Kabupaten Intan Jaya dan sedang mendapat perawatan seadanya dari Puskesmas setempat (Distri Sugapa – Kabupaten Intan jaya).

Selanjutnya, kami berniat menanyakan informasi lebih lanjut di seputar perang itu, tetapi gagal. Karena  jaringan Telkomsel di Kabupaten Intan Jaya terputus (Of)  sampai saat ini. Semoga kedepannya jaringan kembali membaik, supaya kami melanjutkan proses menggali informasi lebih lanjut tentangnya dengan komunikasi lewat Telephone Seluler dan selanjutnya melengkapi informasi yang ada ini.

Kebiasaan saling membunuh dengan berperang itu secara moral tidak benar, apa pun alasannya. Maka kami sebagai anak mereka yang peduli akan keharmonisan hidup antar semua marga dalam Suku Bangsa Migani, sangat berharap agar kedua belah pihak yang saling bertikai, yaitu; Masyarakat Desa Puyagia dan masyarakat Desa Mamba itu, segera akhiri perak itu dalam waktu yang dekat ini. Karena kami melihat bahwa kenyataan hidup mereka sudah sangat susah dalam segala aspek. Dan, tentunya perang tersebut telah menambah kesusahan baru lagi. Selanjutnya jika perang itu berlanjut terus, maka kesulitan hidup pun tentu akan meningkat. Oleh karena dugaan ini, maka disarankan agar kedua kubu yang bertikai merendahkan hati dengan mendengarkan; Pihak Gereja dan pihak keamanan lokal yang berusahan menghentikannya dan sungguh-sungguh akhiri perang. Kemudian selanjutnya kedua belah pihak selesaikan masalah itu dengan kepala dingin demi kebaikan bersama.

0 komentar:

Post a Comment

The Best

PENGERTIAN FILSAFAT