Video Of Day

Subscribe Youtube

Saturday, 6 October 2018

BERILAH DENGAN IKLAS

Injil: Mrk 9:30-39
Yeskiel Belau

Yesus tidak memikirkan apa yang akan Ia dapat dari manusia, tetapi Ia berpikir untuk memberikan apa yang ada pada diri-Nya kepada manusia.
                   Foto Yeskiel Belau

Kisah dalam Injil Mrk. 9:30-39 ini dengan lugas mengunkapkan hal yang  dipertentangkan oleh para rasul. Siapa yang terbesar di antara mereka? Pertentangan yang terjadi itu merupakan sikap yang amat manusiawi. Para rasul tidak melihat lebih jauh. Tidak mengerti akan apa yang dikatakan Yesus dalam ayat 30-32. Di mana Yesus mewartakan apa yang  akan dialami-Nya, yaitu; Penderitaan.

Yesus memikirkan apa yang harus Ia beri kepada manusia, bukan memikirkan apa yang harus Ia dapat dari manusia. Siapa yang bisa seperti ini? Memang, pilihan hidup seperti ini tidak mudah bagi kita. Hanya Yesus yang telah mampu melakikannya. Dan, memang inilah bentuk nyata dari pemberian apa yang ada pada diri-Nya kepada manusia, yaitu; diri-Nya sendiri secara utuh. 

Sebelumnya, dalam pengajara-Nya, Yesus memberitahukan kedua kalinya tentang penderitaan itu kepada para murid-Nya. “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia” (ayat 31b). Namun berharga dan berkualitasnya sikap Hidup itu, “tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit” (ayat 31c). Tetapi para murid tidak mengerti.  

Yesus juga mengajarkan hal yang sama dalam bentuk perumpamaan. Ia merangkul seorang anak kecil dan bersabda; “Barang siapa menyambut seorang anak kecil seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan, barang siapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku” (ayat 37). Hendaknya kita menelusuri lebih jauh kehendak Tuhan di sini. Untuk itu kita perluh ajukan pertanyaan refleksi. Siapa yang dimaksud dengan anak kecil? Apa maknanya? Mengapa para murid tidak mengerti? Baiklah kita merefleksikannya.

Sebagaimana kita tahu sifat anak-anak bahwa mereka amat membutuhkan perhatian, perlindungan dan ketergantungan penuh dari ayah dan ibunya. Perhatian, perlindungan dan pemberian dari orang tua bersifat searah. Artinya sifat orang tua adalah memberi. Orang  tua tidak mengharapkan balasan dari anak-anaknya. Karena memang mereka tidak punya apa-apa?

Saudara terkasih jikalau demikian; jelas bahwa lambang dari anak-anak kecil tadi adalah mereka yang miskin, lemah, tertindas, sakit dan menderita. Karena mereka tidak mungkin hidup bahagia kalau tidak ditopang oleh mereka yang mampu. Mereka juga mengalami kesulitan membalas pemberian orang lain dengan setimbal, selain ucapan terimakasih. Sebab mereka tidak memiliki sejumlah barang yang bisa diberi dari dirinya. Karena itu, kaum ini amat membutuhkan pertolongan dari setiap orang yang berada. Meskipun begitu sejak dahulu bangsa Yahudi menganggapnya sebagai kaum yang dikutuk Allah. Maka paradigma inilah yang ditentang oleh Yesus. 

Yesus memperjuangkan nasib mereka habis-habisan. Ia memberi makan (roti) (Bdk Mrk 6:30-44, Mat 14: 13-21, Luk 9:10-17, Yoh 6:1-13). Yesus juga memberi penyembuhan (salah satunya Bdk  Mrk 6:53-55). Ia membangkitkan (Bdk luk 8:54-56). Dan, masih banyak hal lain yang dibuat Yesus demi nasib hidup kaum tersebut. Sebagai ucapan terimakasih dari mereka yang miskin, lemah, tertindas, sakit, dan menderita, Yesus hanya mendapat pengakuan sebagai raja mereka. Sehingga Yesus ditangkap dan dibunuh oleh penguasa Yahudi. 

Itulah konsekuensi yang harus ditanggung Yesus. Itulah yang Yesus wartakan kedua kalinya kepada murid-murid-Nya, tetapi mereka tidak mengerti. Hal apa yang membuat para murid tidak mengerti? Mereka terlalu over ego. Mereka terus pertentangkan siapa yang terbesar di antara mereka. Artinya mereka memikirkan apa yang akan didapat dari kemuritan Yesus. Apa yang mereka dapat dari Yesus untuk kebahagiaan hidup di dunia ini?  

Saudara terkasih di dunia kita pun orang masih memandang kaum miskin, lemah, tertindas, sakit dan menderita sebelah mata. Membiarkan dalam keterburukan hidup, kemiskinan, kebodohan, penindasan dan intimidasi. Kaum yang mampu hidup nyaman, serba ada, bahagia dan bergembira atas kedudukannya. Padahal barangkali keberadaan dan kedudukannya dimungkinkan juga oleh mereka.

Kita sering berpikir apa imbalannya jika saya berbagi kepunyaanku, kemampuanku serta otoritasku dengan mereka. Karena memang bersifat searah (hanya memberi). Meski seperti ini, sesungguhnya sikap inilah yang dikehendaki oleh Yesus. Karena itu, janganlah kita memikirkan apa yang akan saya dapatkan dari mereka. Tetapi hendaklah memikirkan apa yang harus saya berikan kepada mereka.

Jika tidak demikian kita tidak akan mengerti kehendak Yesus untuk selamanya. Seperti para murid yang tidak mengerti hakekat pewartaan Yesus saat itu, karena over ego. Kita pun akan dipandang manusia yang amat mementingkan diri-sendiri, beragama tetapi tidak beriman dan gagal mewujudkan kasih. Oleh karena itu wujukanlah kasihmu dalam Iman akan Yesus Kristus. Semoga!


Lokasi: Indonesia

0 komentar:

Post a Comment

The Best

PENGERTIAN FILSAFAT