Video Of Day

Subscribe Youtube

Sunday, 14 October 2018

"POLITIK PENYAKIT KETURUNAN"

Oleh Fransiskus Sondegau

Foto Fransiskus Sondegau
(Dok. Yeskiel Belau)
Selama ini orang  takut dengan penyakit yang tidak ada obat, seperti HIV/AIDS. Ketakutan manusia terhadap penyakit seperti ini memang menuntut orang berwaspada, dengan penuh kehati-hatian dalam menyikapi relasi dan media yang memungkinkan penyakit itu tertular.

Terlepas dari penyakit itu, ada juga penyakit baru yang juga tidak ada obatnya di zaman ini. Penyakit baru ini pun merupakan penyakit yang bisa ditularkan kepada sesama manusia secara turun-temurun. Dan, tidak ada obatnya. Oleh karena kenyataan seperti ini, maka penyakit yang baru ini disebut sebagai penyakit keturunan. "Penyakit Keturunan" yang dimaksud itu adalah PENYAKIT POLITIK.

Memang kami lihat, penyakit politik sedang mengancam Negara ini, secara khusus Papua – Kabupaten Puncak Papua, Kabupaten Intan Jaya dan Kabupaten Pegunungan Bintang. Keyakinan ini berdasar pada pengalaman proses  politik di Papua, dalam hal ini ketiga Kabupaten itu, yang pernah melahirkan konflik, permusuhan dan kebencian antar sesama saudara hingga saat ini. Kenyataan seperti ini selalu saja terjadi di sana, dalam proses pemilihan Bupati dan DPRD.

Sehubungan dengan itu, pengalaman membuktikan bahwa lazimnya para calon pejabat sungguh-sungguh tidak menyadari bahwa politik itu merupakan sebuah permainan, yang berlaku saat musimnya berlangsung saja. Namun justru mereka berlaga seakan-akan semua waktu itu musimnya, yang perlu mereka gunakan untuk berjuang mati-matian dengan cara-cara yang brutal.

Dalam hal itu, seorang caleg yang kalah, ia tidak biasa sadar bahwa dia itu adalah petarung hebat yang kalah. Ia juga tidak sadar, kalau dalam setiap pertandingan politik, mesti satu calon yang harus kalah dan satu calon yang lain harus menang. Dan, apa pun kenyataannya, itu harus ia terima. Namun, yang selalu terjadi dewasa ini adalah calon yang mengalami kekalahan tidak mau menerima kekalahannya. Justru ia cari jalan menuju kemenangan dengan membujuk masyarakat (pendukungnya) untuk merebut kemenangan dengan jalan kekeran dan konflik. Inilah yang disebut "Masalah di lapangan pertandingan, dibawa masuk ke dalam rumah". Ini memang aneh, tetapi nyata.

Selanjutnya proses politik dalam pemilihan Bupati dan DPRD dapat melahirkan konflik, permusuhan dan kebencian antar sesama saudara, keluarga, marga, suku dan menjadikan semua yang betentangan sebagai musuh. Inilah yang disebut PENYAKIT KETURUNAN.

Kalau dilihat, watak manusia seperti itu tidak pantas mencalonkan diri sebagai kepala atau anggota apa pun. Sebab ia pasti akan membuat masyarakat menderita fisik (luka-luka bahkan tewas), moral rusak (menganggap yang salah itu benar), maupun gangguan psikis (batin tertekan, abnormal).

Bertolak dari alasan-alasan itu, kita lihat Kabupaten Intan Jaya secara khusus. Dalam hal ini, diyakini bahwa Kabupaten Intan Jaya sudah terkontaminasi oleh penyakit keturunan yang di maksud tadi, yatu; Penyakit Politik. Penyakit ini sudah terjangkit dalam setiap pribadi di sana, baik tua maupun muda, laki-laki maupun perempuan, petani maupun PNS, bagaikan kanker yang mematikan. Obatnya apa dan harus dapat dari mana? Maaf, tidak ada obat!

Dalam situasi seperti itu, banyak “Anak Muda Migani” yang; Pertama, baru selesai studi yang pas-pasan. Kedua, belum mempunyai pengalaman kerja apa pun di lapangan. Ketiga  kedewasaan integritas yang masih sangat diragukan, “Berlomba-lomba mencalonkan diri sebagai Wakil Rakyat Kabupaten Intan Jaya, dengan alasan "Kini waktunya untuk anak muda menciptakan perubahan".

Pertanyaannya adalah perubahan seperti apa yang ada dalam konsep anda (Anak Muda Migani) yang telah mencalonkan diri sebagai Wakil Rakyat. Dengan obat apakah, anda akan menyembuhkan "penyakit keturunan" yang telah terjangkit dalam dirimu? Yang diderita oleh masyarakat Kabupaten Intan Jaya? Atau apakah anda hendak menambah kekuatan penyakit keturunan bagi dirimu sendiri dan masyarakat? Jikalau anda hanya mau menonton penderitaan masyarakat yang kau lahirkan, berhentilah! Jangan coba-coba. Anda akan susah dikemudian hari.

Jikalau anda benar-benar merasa terpanggil, maka majulah sambil “waspada terhadap Penyakit Keturunan" yang mematikan karakter manusia. Berusahalah yang terbaik untuk dirimu sendiri dan sesamamu yang lain. Menjaga nama baikmu, keluargamu, pendukungmu, sukumu dan Kabupatenmu.

Politik itu bukan penyebab penyakit, tetapi yang menjadi penyebab penyakit adalah cara kita bermain politik. Cara orang bermain politik yang brutal merupakan tempat lahirnya "Penyakit Keturunan". Maka waspalah terhadap cara sesama bermain politik yang tidak sesuai dengan hakekatnya dan bermainlah politik itu dengan cara yang cantik, mengesankan dan bijaksana.

Pertanyaan Refleksi!

1. Bagaimana cara anda bermain politik yang bijaksana?

2. Apakah anda bersedia menerima kekalahan dengan senang hati?

3. Apakah anda percaya bahwa anda tidak akan melahirkan masalah?

4. Apakah anda mempunyai obat menyembuhkan penyakit keturunan?


Amakaniee Atuma Mene!


Jadilah petarung hebat. Walaupun kalah, pasti engkau diingat dan tetap sebagai seorang petarung yang hebat.



Editor Yeskiel Belau
Lokasi: Indonesia

2 comments:

The Best

PENGERTIAN FILSAFAT