Video Of Day

Subscribe Youtube

Sunday, 21 October 2018

NILAI DAN MAKNA KEBAWA SOGO MINDIA BAGI ORANG MIGANI

Oleh Fransiskus Sondegau


Foto Fransiskus Sondegau
Kebawa Sogo Mindia merupakan salah satu nilai yang dimiliki oleh Orang Migani, sebagai proses pembentukkan kepribadian Generasi Muda Migani yang berkarakter dan berkualitas sejak dilahirkan. 


I. PENGERTIAN KEBAWA SOGO MINDIA
Kata Kebawa Sogo Mindia berasal dari tiga suku kata, yang mempunyai arti yang luas dan mendalam. Kebawa artinya: Bayi atau anak. Kata ini ditujukan kepada bayi yang baru dilahirkan. Sogo berasal dari akar kata Sogo-Mbogo. Kata Sogo-Mbogo ini, diambil dari kata Sonowi-Mbogowi yang artinya terkaya atau terpandang. Dalam konteks ini, kata Sonowi-Mbogowi, bukan ditujukan pada bayi, melainkan barang-barang atau sarana berharga yang diberikan kepada seorang bayi yang baru dilahirkan. Dan kata mindia artinya memberikan. Jadi, Kebawa Sogo Mindia berarti memberikan kekayaan, penghargaan dan harapan hidup secara fisik maupun psikis kepada seorang bayi yang baru dilahirkan. Singkatnya, rangkaian penghargaan dan pesta kelahiran.

Berdasarkan artian kata di atas, dalam pemahaman dan tindakan Orang Migani, orangtua maupun kerabatnya memberikan barang-barang berharga kepada ibu dari  seorang bayi yang baru dilahirkan. Agar si bayi tersebut, badan menjadi kuat (agi dogo hitia), pikiran kuat (mego dogo hitia) dan suara kuat (dole dogo hitia). Hal tersebut merupakan dasar pembentukan karakter seorang manusia yang berkualitas sebagai manusia Migani dalam keutuhannya.

II. SARANA DAN NILAI KEBAWA SOGO MINDIA
Ada beberapa sarana berharga yang biasa digunakan oleh orang Migani dalam proses menyambut kelahiran seorang anak dan semua itu sebagai lambang penghargaan serta sambutan si bayi yang datang melalui ibunya dan fungsinya masing-masing dapat dijelaskan berikut ini:

Oga Muu
Oga Muu adalah daun-daun dari sejenis pohon khusus (Oga Bo) yang biasanya dialas saat seorang bayi dilahirkan. Daun tersebut juga dipanaskan sedikit di api, lalu dioleskan/pijit secara halus pada kepala dan seluruh bagian tubuh si bayi yang baru dilahirkan.

Daun tersebut, berfungsi untuk menguatkan kulit yang masih lombok atau lemah. Selain itu, normalkan kembali benturan-benturan pada bagian tubuh saat dilahirkan. Dengan proses demikian, kulitnya menjadi kuat dan si bayi tidak merasa sakit, ketika disentuh, karena kulitnya sudah menjadi kering dan kuat.

Sogo Bo
Sogo bo (sonowi bo) berarti kayu ternama untuk dipasang bagi kehangatan si bayi. Kayu ini biasa dinamakan mbui bo ne wano bo ne daga mindia artinya memasang kayu yang ternama dan kuat untuk si bayi yang baru dilahirkan. Pengertian dari mbui bo dan wano obo lebih ditekankan pada kayu-kayu idel dan penuh makna bagi Orang Migani. Jika sulit untuk mendapatkan kayu tersebut, diganti dengan domo bo atau oga bo. Ketika, seorang bayi dilahirkan, orang sudah harus menyediakan kayu bakar yang sudah disebut namanya di atas secara tersendiri, dalam jangka waktu tertentu.

Fungsi dan maknanya adalah dengan memasang kayu itu, memberi kehangatan kepada si bayi. Bukan hanya memberikan kehangatan tubuh, tetapi juga kehangatan budi, suara, pergerakan bayi dan seluruh keutuhannya. Dengan demikian, Orang Migani membentuk karakter pribadi anak, sejak dilahirkan. Akhirnya, anak mengalami kehangatan cinta dan kekuatan secara fisik maupun psikis, dalam keutuhan sebagai insan baru.

Sogo Nua
Sogo Nuga artinya makanan ternama untuk si bayi yang baru dilahirkan. Ketika seorang anak dilahirkan, keluarga maupun kaum kerabat menyumbangkan makanan berupa: Wa (keladi), Mbuna (sayur hitam/hijau), Musi Ijji (tebuh) dan makan lainnya sesuai kebutuhan.

·  Wa (keladi) berfungsi untuk menguatkan badan ibu si bayi yang masih lemah dan memberi kekuatan pada tubuh dan akal budi si bayi (agi dogo, mego dogo dinuota).
·   Mbuna (sayur hitam) berfungsi untuk menambah tenaga dan kekuatan pada ibu si bayi.
·  Musi Ijji (tebuh), berfungsi untuk menambah ASI untuk ibu dari si bayi.
· Hoga ne Mbaga/Mbalaga ne (ubi dan sayur) berfungsi untuk menambah kekuatan dan tenaga yang sudah hilang, saat melahirkan si bayi. Semua makanan yang dikonsumsi oleh ibu, semua ditujukan untuk anak. Dari mana ia menerima semua kekuatan dan harapan yang dimaksud? Melalui ASI, semua kekuatan dan tenaga disalurkan oleh sang ibu kepada si bayi.

Sogo Wogo atau Sogo Soo
Sogo Wogo atau Sogo Soo artinya ternak babi atau kus-kus ternama untuk pesta kelahiran. Ketika si bayi dilahirkan atau sebelum dilahirkan, sang ayah sudah harus mencari ternak babi atau kus-kus. Dalam proses pencarian, Orang Migani bisa “melihat” nasib dan masa depan si bayi. Jika ternak babi atau kus-kus yang dicarinya, didapat dengan cepat tanpa ada kesulitan, gemuk dan sehat, maka nasib si bayi akan baik dan membahagiakan keluarga. Namun, jika prosesnya lama dan yang dicarinya tidak sesuai dengan harapan, maka nasib dan masa depan si anak “buruk” atau membawa sial.

Hal yang dimaksud itu biasa disebut "Kone Waya atau Isa Waya". Artinya: melihat sesuatu yang belum terungkap untuk masa depan. Mengapa Orang Migani harus merayakan hari kelahiran dengan ternak babi atau kus-kus? alasannya adalah agar darah dan minyak ternak yang dikorbankan, menghalangi atau membatasi jalan kejahatan dan membuka harapan baru. Sangat berharga dan masa depan si bayi nampak jelas, jika dirayakan dengan proses berburu dan hasil buruan kus-kus dari hutan.

Selain itu, semua persembahan dan bahan-bahan untuk perayaan Kebawa Sogo Mindia, harus bakar batu. Mengapa harus bakar batu? Supaya badan, akal budi, suara dan keseluruhan si bayi mengalami kekuatan, secara fisik maupun psikis dalam pertumbuhan nantinya. Akhirnya, si bayi dibentuk secara teratur, supaya menjadi pribadi yang kuat dan utuh secara fisik dan mental.

Dengan cara-cara dan harapan di atas, seorang manusia dalam Suku Migani dibentuk sejak dilahirkan oleh orangtua dan kerabatnya. Orang Migani tidak hanya tahu melahirkan, tetapi juga lebih dari itu, mereka meletakkan landasan dasar kehidupan untuk menghasilkan anak yang berkualitas dalam keluarga lewat proses tersebut (eteaya).

III. KEBAWA SOGO MINDIA PADA ZAMAN SEKARANG
Bagian I dan II adalah pengertian, nilai dan makna landasan pembentukan karakter manusia yang berkualitas sejak dilahirkan, dalam prespekstif Budaya Suku Migani. Pada bagian ke III, topiknya jelas, namun yang pasti penulis tidak akan mengambil suatu kesimpulan untuk zaman sekarang. Sebab, hampir semua orang sudah melupakan cara dan makna di atas. Selain melupakan, pasti banyak alasan pula untuk meneruskan cara-cara sekarang, seperti: jika masa kelahiran dekat, maka mencari rumah sakit dan ke kota untuk melahirkan, pesta kelahirannya dirayakan dengan istilahnya putar papeda, masak ayam potong dan masak-masakan lainnya.

Hal tersebut di atas, sangat dimengerti bahwa zaman sekarang situasinya mengharuskan untuk demikian, karena beda tempat, situasi dan status sosial. Oleh karenanya, pasti berbagai macam alasan dan perdebatan akan muncul. Maka, tidak ada penjelasan tentang topik pada bagian ini.
Dengan alasan demikian, ada beberapa pertanyaan reflektif untuk kita refleksikan bersama demi menghidupkan dan mempertahankan nilai-nilai budaya, dan lebih khusus nilai Kebawa Sogo Mindia. Pertanyaannya sebagai berikut:

1. Apakah kita perlu menghidupkan nilai dan makna dari Kebawa Sogo Mindia pada zaman ini seperti yang dijelaskan?

2. Apakah masih relevan hidupkan nilai-nilai dan makna budaya seperti itu di zaman kita?

3. Apakah dengan nilai-nilai dan maknanya yang telah dijelaskan itu, orang Migani masih bisa menghasilkan Anak Muda Migani yang berkualitas di zaman ini? Anak yang tahu budaya dan bisa menyesuaikan diri dengan zaman modern ini?

4. Nilai-nilai manakah yang perlu dihidupkan berkaitan dengan topik tersebut?

Tentunya, jika dihidupkan dan diterjemahkan secara lurus, pasti beda konteks dan beda tempat. Oleh sebab itu, yang terpenting bagi kita adalah nilai-nilai manakah yang perlu dipertahankan dalam proses Kebawa Sogo Mindia.  Hal tersebut, bukan hanya proses melahirkan anak tetapi yang lebih penting adalah meletakkan dasar hidup dan pembentukan karakter anak Migani yang berkualitas secara adat. Misalnya: mengapa Kebawa Sogo Mindia harus dengan ternak babi atau kus-kus? Mengapa harus bakar batu? Mengapa si bayi harus mengalami kehangatan api? Barangkali nilai-nilai budaya pun memberikan banyak sumbangan bagi zaman ini, untuk kita memilah dan menjadikan dasar hidup sebagai Orang Migani.

Diharapkan kritik dan saran yang membangun.

Amakaniee Atuma Migani Mene.
Lokasi: Intan Jaya Regency, Papua, Indonesia

0 komentar:

Post a Comment

The Best

PENGERTIAN FILSAFAT