Oleh Fransiskus Sondegau
Foto Fransiskus Sondegau |
I. PENGERTIAN KEBAWA SOGO MINDIA
Kata Kebawa
Sogo Mindia berasal dari tiga
suku kata, yang mempunyai arti yang luas dan mendalam. Kebawa artinya: Bayi atau
anak. Kata ini ditujukan kepada bayi yang baru dilahirkan. Sogo berasal dari akar
kata Sogo-Mbogo. Kata Sogo-Mbogo ini, diambil dari kata Sonowi-Mbogowi yang artinya terkaya atau
terpandang. Dalam konteks ini, kata Sonowi-Mbogowi,
bukan ditujukan pada bayi, melainkan barang-barang atau sarana berharga yang
diberikan kepada seorang bayi yang baru dilahirkan. Dan kata mindia
artinya memberikan. Jadi, Kebawa Sogo Mindia berarti memberikan
kekayaan, penghargaan dan harapan hidup secara fisik maupun psikis kepada
seorang bayi yang baru dilahirkan. Singkatnya, rangkaian penghargaan dan pesta
kelahiran.
Berdasarkan
artian kata di atas, dalam pemahaman dan tindakan Orang Migani, orangtua maupun
kerabatnya memberikan barang-barang berharga kepada ibu dari seorang bayi yang baru dilahirkan. Agar si bayi
tersebut, badan menjadi kuat (agi dogo
hitia), pikiran kuat (mego dogo hitia)
dan suara kuat (dole dogo hitia). Hal
tersebut merupakan dasar pembentukan karakter seorang manusia yang berkualitas
sebagai manusia Migani dalam keutuhannya.
II. SARANA DAN NILAI KEBAWA SOGO MINDIA
Ada beberapa sarana berharga yang biasa digunakan oleh orang Migani dalam proses menyambut kelahiran seorang anak dan semua itu sebagai lambang penghargaan serta sambutan si bayi yang datang melalui ibunya dan
fungsinya masing-masing dapat dijelaskan berikut ini:
Oga Muu
Oga Muu adalah daun-daun dari sejenis pohon khusus (Oga Bo) yang biasanya dialas saat seorang bayi dilahirkan. Daun
tersebut juga dipanaskan sedikit di api, lalu dioleskan/pijit secara halus pada
kepala dan seluruh bagian tubuh si bayi yang baru dilahirkan.
Daun
tersebut, berfungsi untuk menguatkan kulit yang masih lombok atau lemah. Selain
itu, normalkan kembali benturan-benturan pada bagian tubuh saat dilahirkan. Dengan
proses demikian, kulitnya menjadi kuat dan si bayi tidak merasa sakit, ketika
disentuh, karena kulitnya sudah menjadi kering dan kuat.
Sogo Bo
Sogo bo (sonowi bo) berarti
kayu ternama untuk dipasang bagi kehangatan si bayi. Kayu ini biasa dinamakan mbui
bo ne wano bo ne daga mindia
artinya memasang kayu yang ternama dan kuat untuk si bayi yang baru dilahirkan.
Pengertian dari mbui bo dan wano obo lebih ditekankan pada
kayu-kayu idel dan penuh makna bagi Orang Migani. Jika sulit untuk mendapatkan
kayu tersebut, diganti dengan domo bo
atau oga bo. Ketika, seorang bayi
dilahirkan, orang sudah harus menyediakan kayu bakar yang sudah disebut namanya
di atas secara tersendiri, dalam jangka waktu tertentu.
Fungsi dan
maknanya adalah dengan memasang kayu itu, memberi kehangatan kepada si bayi.
Bukan hanya memberikan kehangatan tubuh, tetapi juga kehangatan budi, suara,
pergerakan bayi dan seluruh keutuhannya. Dengan demikian, Orang Migani membentuk
karakter pribadi anak, sejak dilahirkan. Akhirnya, anak mengalami kehangatan cinta
dan kekuatan secara fisik maupun psikis, dalam keutuhan sebagai insan baru.
Sogo Nua
Sogo Nuga artinya makanan ternama untuk si bayi yang baru dilahirkan.
Ketika seorang anak dilahirkan, keluarga maupun kaum kerabat menyumbangkan
makanan berupa: Wa (keladi), Mbuna (sayur hitam/hijau), Musi Ijji (tebuh) dan makan lainnya
sesuai kebutuhan.
· Wa (keladi)
berfungsi untuk menguatkan badan ibu si bayi yang masih lemah dan memberi
kekuatan pada tubuh dan akal budi si bayi (agi
dogo, mego dogo dinuota).
· Mbuna (sayur hitam) berfungsi untuk menambah tenaga dan kekuatan pada
ibu si bayi.
· Musi Ijji (tebuh),
berfungsi untuk menambah ASI untuk ibu dari si bayi.
· Hoga ne Mbaga/Mbalaga ne (ubi dan sayur) berfungsi untuk
menambah kekuatan dan tenaga yang sudah hilang, saat melahirkan si bayi. Semua
makanan yang dikonsumsi oleh ibu, semua ditujukan untuk anak. Dari mana ia
menerima semua kekuatan dan harapan yang dimaksud? Melalui ASI, semua kekuatan
dan tenaga disalurkan oleh sang ibu kepada si bayi.
Sogo Wogo atau Sogo Soo
Sogo Wogo atau Sogo Soo artinya
ternak babi atau kus-kus ternama untuk pesta kelahiran. Ketika si bayi
dilahirkan atau sebelum dilahirkan, sang ayah sudah harus mencari ternak babi
atau kus-kus. Dalam proses pencarian, Orang Migani bisa “melihat” nasib dan
masa depan si bayi. Jika ternak babi atau kus-kus yang dicarinya, didapat dengan
cepat tanpa ada kesulitan, gemuk dan sehat, maka nasib si bayi akan baik dan
membahagiakan keluarga. Namun, jika prosesnya lama dan yang dicarinya tidak
sesuai dengan harapan, maka nasib dan masa depan si anak “buruk” atau membawa
sial.
Hal yang dimaksud itu biasa disebut "Kone
Waya atau Isa Waya". Artinya:
melihat sesuatu yang belum terungkap untuk masa depan. Mengapa Orang Migani
harus merayakan hari kelahiran dengan ternak babi atau kus-kus? alasannya adalah agar darah dan
minyak ternak yang dikorbankan, menghalangi atau membatasi jalan kejahatan dan
membuka harapan baru. Sangat berharga dan masa depan si bayi nampak jelas, jika
dirayakan dengan proses berburu dan hasil buruan kus-kus dari hutan.
Selain itu,
semua persembahan dan bahan-bahan untuk perayaan Kebawa Sogo Mindia, harus bakar batu. Mengapa harus bakar batu? Supaya
badan, akal budi, suara dan keseluruhan si bayi mengalami kekuatan, secara
fisik maupun psikis dalam pertumbuhan nantinya. Akhirnya, si bayi dibentuk
secara teratur, supaya menjadi pribadi yang kuat dan utuh secara fisik dan
mental.
Dengan
cara-cara dan harapan di atas, seorang manusia dalam Suku Migani dibentuk sejak
dilahirkan oleh orangtua dan kerabatnya. Orang Migani tidak hanya tahu
melahirkan, tetapi juga lebih dari itu, mereka meletakkan landasan dasar
kehidupan untuk menghasilkan anak yang berkualitas dalam keluarga lewat proses
tersebut (eteaya).
III. KEBAWA SOGO MINDIA PADA ZAMAN SEKARANG
Bagian I dan
II adalah pengertian, nilai dan makna landasan pembentukan karakter manusia
yang berkualitas sejak dilahirkan, dalam prespekstif Budaya Suku Migani. Pada
bagian ke III, topiknya jelas, namun yang pasti penulis tidak akan mengambil
suatu kesimpulan untuk zaman sekarang. Sebab, hampir semua orang sudah
melupakan cara dan makna di atas. Selain melupakan, pasti banyak alasan pula
untuk meneruskan cara-cara sekarang, seperti: jika masa kelahiran dekat, maka mencari
rumah sakit dan ke kota untuk melahirkan, pesta kelahirannya dirayakan dengan
istilahnya putar papeda, masak ayam potong dan masak-masakan lainnya.
Hal tersebut
di atas, sangat dimengerti bahwa zaman sekarang situasinya mengharuskan untuk
demikian, karena beda tempat, situasi dan status sosial. Oleh karenanya, pasti
berbagai macam alasan dan perdebatan akan muncul. Maka, tidak ada penjelasan
tentang topik pada bagian ini.
Dengan alasan
demikian, ada beberapa pertanyaan reflektif untuk kita refleksikan bersama demi
menghidupkan dan mempertahankan nilai-nilai budaya, dan lebih khusus nilai Kebawa Sogo Mindia. Pertanyaannya sebagai
berikut:
1. Apakah kita perlu
menghidupkan nilai dan makna dari Kebawa
Sogo Mindia pada zaman ini seperti yang dijelaskan?
2. Apakah masih relevan hidupkan nilai-nilai
dan makna budaya seperti itu di zaman kita?
3. Apakah
dengan nilai-nilai dan maknanya yang telah dijelaskan itu, orang Migani masih bisa menghasilkan Anak
Muda Migani yang berkualitas di zaman ini? Anak yang tahu budaya dan bisa
menyesuaikan diri dengan zaman modern ini?
4. Nilai-nilai
manakah yang perlu dihidupkan berkaitan dengan topik tersebut?
Tentunya,
jika dihidupkan dan diterjemahkan secara lurus, pasti beda konteks dan beda
tempat. Oleh sebab itu, yang terpenting bagi kita adalah nilai-nilai manakah
yang perlu dipertahankan dalam proses Kebawa
Sogo Mindia. Hal tersebut, bukan
hanya proses melahirkan anak tetapi yang lebih penting adalah meletakkan dasar
hidup dan pembentukan karakter anak Migani yang berkualitas secara adat. Misalnya:
mengapa Kebawa Sogo Mindia harus
dengan ternak babi atau kus-kus? Mengapa harus bakar batu? Mengapa si bayi
harus mengalami kehangatan api? Barangkali nilai-nilai budaya pun memberikan
banyak sumbangan bagi zaman ini, untuk kita memilah dan menjadikan dasar hidup
sebagai Orang Migani.
Diharapkan
kritik dan saran yang membangun.
Amakaniee Atuma Migani
Mene.
0 komentar:
Post a Comment