Oleh Daniel Hagimuni
Pengantar
Foto Bulan Bercahaya di tanah orang Migani |
Pengertian Tinawi Diya
Sebutan Tinawi Diya berasal dari bahasa Migani.
Kata yang berasal dari bahasa Migani
ini terdiri dari dua kata, yaitu; Tinawi
dan Diya. Tinawi artinya bulan. Sedangkan kata Diya mengandung arti proses melakukan sesuatu. Berdasarkan definisi
ini, saya mengajak anda melihat lebih jauh lagi tentang maksud penggunaan kedua
kata ini. Kita lihat, Tinawi dalam
pemahanman orang Migani itu
berhubungan dengan malam hari. Pemahaman ini tentu, karena kita ketahui bahwa bulan
itu pada hakikatnya bertugas untuk menerangi kegelapan malam. Maka gambaran
tentang ini yang ada di benak orang Migani
adalah terang atau cahaya bulan di malam hari. Dalam suasana malam yang
diterangi cahaya bulan ini, orang Migani
biasa melakukan banyak aktifitas, salah satunya adalah “mencari kus-kus di hutan”. Proses mencari kus-kus inilah yang
disebut Tinawi Diya. Lebih singkatnya
biasa disebut “Tinai-Dia”, maka
selanjutnya baca “TINAI-DIA”. Dengan penjelasan
ini kita ketahui bahwa Tinai-Dia yang
dimaksud ini mempunyai pengertian “proses orang Migani mencari kus-kus di hutan pada malam hari yang diterangi oleh
cahaya bulan” untuk memenuhi kebutuhan lauk-pauk. Lalu bagaimana proses persiapan
mencari kus-kus di malam hari seperti itu?
Persiapan Tinai-Dia
Proses Tinai-Dia dalam budaya suku Migani selalu
tejadi pada malam hari seperti yang telah dikatakan pada bagian pengertian. Proses
ini bisa dilakukan oleh seorang Migani
sendiri, bisa juga dalam kelompok yang terdiri dari dua orang, tiga orang atau
lima orang bahkan lebih dari itu. Sebelum melakukan Tinai-Dia, orang Migani
yang hendak melakukannya perlu persiapan sarana-sarana yang cukup. Selanjtnya akan disebutkan sarana-sarana yang perlu dipersiapkan oleh seorang pemburu dalam budaya Migani. Sarana-sarana
Tinai-Dia yang perlu dipersiapkan itu
adalah busur (bui), anak-panah (mala), obor (tambu),
makanan (nua noa), pembuat api (siwine-mamone), noken (ombo), kampak (iwi), jalo (parang), pisau (sangge)
dan lain sebagainya yang diperlukan.
Semua sarana itu bisa
dipersiapkan secara lengkap bila proses Tinai-Dia itu berlangsung lama (Dua – Tiga Minggu) di tempat yang jauh (biasanya
disebut Somba Naya), tetapi jika
hanya hendak adakan proses Tinai-Dia di
dekat-dekat saja, maka hanya membutuhkan busur, anak-panah dan tambu. Ini adalah
bahan dasar yang tidak boleh tidak ada dalam proses Tinai-Dia. Jika sudah persiapkan semua yang dibutuhkan seperti itu,
maka selanjutnya mulai dengan perjalanan menuju tempat untuk melakukan proses Tinai-Dia.
Tempat Melakukan Tinai Dia
Prosese Tinai-Dia mulai dilakukan dengan membawa semua sarana yang telah di
siapkan. Biasanya, orang yang melakukan Tinai-Dia sudah ketahui tempat-tempat yang biasa dilalui oleh kus-kus, yaitu; Nggama/nggamago (hutan sekitar bekas
kebun yang ada dekat hutan besar atau di tengah hutan besar, tetapi dengan pohon-pohon
yang relatif kecil dan pendek), Onemba (jalan
kus-kus yang biasa dilaluinya pada malam hari. Jalan kus-kus ini biasanya
terletak pada dahan kayu bagian atas yang saling menghubungkan dari arah kiri
dan kanan jalan manusia), Boagimba (pohon
besar yang biasa didatangi kus-kus untuk memakan kulit kayu itu, daunnya serta bermain-main
di situ) dan Mboemba (jurang batu
yang biasa didatangi kus-kus untuk mencari makanan). Lalu bagaimana proses
tinai dia di tempat-tempat seperti ini?
Proses Tinai Dia
Ilustrasi Malam di tanah Orang Migani |
Sementara di Onemba, itu orang melakukannya dengan memadamkan
obor yang dibawanya tadi dan tinggal diam (tenang), menantikan kus-kus yang akan lewat
di situ. Di sini, orang tidak diperbolehkan bercerita, batuk atau melakukan aktifitas
lain yang bisa menggagalkan datang dan laluinya kus-kus di jalannya itu. Hal yang
paling penting di sini adalah kesabaran orang dalam menanti kus-kus dan dengan teliti
mendengarkan tanda-tanda datangnya kus-kus serta sikap berjaga-jaga tanpa rasa menggantuk
yang amat tinggi (antusiasme). Dalam konteks kesiapan seperti ini, jika kus-kus
lalui di jalannya yang dijaga, maka orang yang menantinya langsung memanahnya
dengan busur dan anak-panah yang telah ia pegang erat-erat.
Kalau dilakukan di Boagimba, biasanya orang membawa obor
lalu mengecek di boagimba itu, apakah ada kus-kus di pohon itu atau nihil? Jika
ada, maka orang akan mengepungnya dan memanah. Demikian juga di Mboemba, di mboemba ini juga orang membawa obor lalu datang berdiri di tebing jurang
batu yang disebut tadi, kemudian melemparkan batu atau potongan kayu ke dalam jurang
batu itu dan ketika itu kus-kus yang ada di dalamnya pasti akan lari ke pohon
yang ada di sekitar tebing itu, maka di saat ini orang memanahnya dan jika
berhasil maka bisa mengambilnya di bagian dasar dari jurang batu itu.
Foto kus-kus hasil Tinai Dia |
Demikianlah penjelasan tentang proses
Tinai-Dia yang selalu dilakukan oleh
orang Migani pada malam hari yang
diterangi bulan di tanah orang Migani
Dogandoga, Kemandoga, Mbiandoga dan Weandoga. Pertanyaan selanjutnya adalah
melalui cerita tentang Tinai-Dia ini
nilai apa yang hendak diajarkan kepada kita? Silahkan berefleksi!
Selanjunya kami hendak mengatakan "Ingatlah bahwa kehidupan ini seumpama Tinai-Dia”. Maka jalanilah hidup ini dengan semangat Tinai-Dia. Semangat Tinai-Dia adalah berusaha menanti, berjuang sungguh-sungguh supaya bisa mendapatkan hasilnya yaitu kebahagiaan hidup. Kebahagian hidup yang dimaksud adalah saat mencapai cita-cita kita yang dikehendaki oleh EMO[1], cita-cita yang Ia tanamkan dalam relung hati kita dan saat hidup menikmatinya hingga kembali bersatu lagi dengan-Nya di Hajii Emo.
Selanjunya kami hendak mengatakan "Ingatlah bahwa kehidupan ini seumpama Tinai-Dia”. Maka jalanilah hidup ini dengan semangat Tinai-Dia. Semangat Tinai-Dia adalah berusaha menanti, berjuang sungguh-sungguh supaya bisa mendapatkan hasilnya yaitu kebahagiaan hidup. Kebahagian hidup yang dimaksud adalah saat mencapai cita-cita kita yang dikehendaki oleh EMO[1], cita-cita yang Ia tanamkan dalam relung hati kita dan saat hidup menikmatinya hingga kembali bersatu lagi dengan-Nya di Hajii Emo.
Untuk itu, jangan lupa siapkan
semua sarana yang diperlukan dalam mengusahakannya seperti, berbuat baik (berpikir
positif, mau kerja keras, sabar, antusias, teliti, berani, trampil, taat pada
pendidikan tradisi) dan berdoa (membangun hubungan yang harmonis dengan EMO melalui sesama manusia dan ciptaan
lainya), sebagaiman orang Migani mempersiapkan sarana-sara Tinai-Dia dengan mantap untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Dengan ini kami akui bahwa kita bisa mencapai tujuan yang kita
perjuangkan dalam hidup ini, yaitu kebahagian hidup di dunia dan keselamatan
kekal ketika kita beralih dari dunia ini.
EMO menyertai anda, Selamat “Tinai-Dia”,
selamat berjuang!
Editor Yeskiel Belau
0 komentar:
Post a Comment