Video Of Day

Subscribe Youtube

Sunday, 4 March 2018

MASYARAKAT PANIAI BARAT BAKAR DOSA



Oleh Yeskiel Belau
Pembukaan Witogai Kamuu
Masyarakat Paniai Barat, Kabupaten Paniai membakar dosa secara besar-besaran pada Minggu Kerahiman Ilahi, 3 April 2016 di Distrik Obano. Upacara pembakaran dosa ini dipimpin oleh Pastor Yulianus Bidau Mote, Imam Projo Keuskupan Jayapura di halaman Gereja Katolik Paroki St. Fransiskus Obano.

Masyarakat Paniai Barat sehati-sepikir membakar dosa secara masal pada 3 April 2016. Pembakaran dosa ini berlangsung di Distrik Obano, Paroki St. Fransiskus Obano. Pilihan membakar dosa di tempat ini dengan alasan bahwa Distrik Obano adalah Distrik tertua dari tiga Distrik baru yang lain dan Paroki induk. Berdasar pada kenyataan ini, maka masyarakat Paniai Barat mengundang Pastor Yulianus Bidau Mote Imam Projo Keuskupan Jayapura, untuk memimpin upacara pembakaran dosa itu.



Masyarakat Paniai Barat memilih Pastor Yulianus Bidau Mote, didorong oleh karena beberapa alasan: Pertama, beliau adalah Imam yang memiliki kharisma khusus dalam menghubungkan kambali relasi baik yang sudah putus antara sesama manusia, manusia dengan leluhur, manusia dengan alam dan manusia dengan Yang Ilahi. Kedua, masyarakat Paniai Barat mengetahui bahwa Pastor Bidau mempunyai pengalaman yang cukup dalam memimpin upacara pembakaran dosa di beberapa Kabupaten. Ketiga, masyarakat mengetahui bahwa ketrampilan memimpin upacara pembakaran dosa merupakan bidang khusus yang pernah didalaminya saat kuliah S-2 di Italia. Keempat, masyarakat mendengar bahwa di Papua hanya ada dua Imam termasuk Pastor Bidau Mote, yang dianugerahi berkat khusus dari Kepausan untuk menghalau semua kejahatan di bumi Papua ini, dengan berdoa dan absolusi. Kelima, masyarakat juga percaya bahwa mereka akan menikmati relasi yang harmonis lagi dengan sesama manusia, dengan leluhur, alam dan dengan Yang Ilahi, seperti semula dan sejanutnya hidup baik sebagai anak-anak Allah. 

Pastor Yulianus Bidau Mote yang diundang oleh karena dorongan kelima alasan itu pun tiba di lokasi pembakaran dosa sehari sebelum upacara berlangsung (Tanggal 2 April 2016). Kehadiran beliau ini disambut secara terhormat oleh para tuan rumah dibawah pimpinan Pastor Sebastianus Maipai Wiyai Pr. (Pastor Paroki St. Fransiskus Obano). Sambutan terhormat ini diungkapkan dengan acara bakar batu di Emawaa Maipai Wiyai, yang adalah Emawaa induk dari Emawaa-emawa lain yang tersebar di seluruh Stasi yang terhimpun dalam Paroki St. Fransiskus Obano. Sambil menikmati sajian khas suku bangsa Mee ini, Pastor tamu bersama Pastor Paroki dengan rombongannya mengadakan pertemuan besar-besaran mengenai kegiatan pembakaran dosa keesokan harinya. 

Dalam pertemuan itu, Pastor Paroki mengawali pembicaraan dengan ucapan selamat datang kepada Pastor Yulianus Bidau Mote dan mengungkapkan perasaan syukur bersama seluruh masyarakat Paniai Barat atas kehadiran Pastor yang telah memenuhi undangan. Selanjutnya ia menjelaskan tentang semua kegiatan persiapan upacara pembakaran dosa dari awal hinggah di hari akhir itu kepada Pastor Yulianus. Pastor Paroki menjelaskan kegiatan persiapan bahwa “saya bersama masyarakat di Paniai barat ini sudah mempersiapkannya selama empat bulan (Desember – Maret). Dalam persiapan ini, kami mengawalinya dengan pembentukan panitia dan menyepakati upacara pembakaran dosa sebagai Rekonsiliasi Kampung, yang biasa kami biasa sebut dengan nama Witogai Kamuu. Persiapan tahap kedua yang kami lalui adalah mengadakan sosialisasi tentang Rekonsiliasi Kampung ini dari Kampung ke Kampung. Tahap ketiga, mengadakan pencarian dana lewat kegiatan Porseni Bas atau Pekan Olahraga, Seni dan Basar. Kegiatan ini kami lakukan mulai dari Kampung Bado, Kampung Tipakotu, Kampung Waipa dan Kampung Muye (Epobutu)”.  

Lanjut Pastor Paroki: “Sesudah kegiatan itu, kami teruskan lagi dengan pengecekan (konfirmasi) peserta Rekonsiliasi Kampung ini. Pada bagian konfirmasi ini, kami lalui dengan berjalan keliling dari Kampung ke Kampung juga. Dalam proses ini, secara interen telah kami memulai upacara Witogai Kamuu sebagai langkah awal di setiap Emawaa yang ada. Kemudian semua kegiatan Persiapan upacara Witogai Kamuu Kampung ini telah berakhir dalam Perayaan Paskah beberapa hari yang lalu. Dan, belakangan ini, kami sedang menantikan kehadiran Pastor di tengah-tengah kami. Ternyata kini Pator sudah berada di tengah-tengah kami. Oleh karena itu, sekali lagi kami mengucapkan terimakasih atas kehadiran Pastor di Kampung kami”. 

Setelah Pastor Paroki membuka pertemuan itu, selanjutnya ia memberikan kesempatan sepenuhnya kepada Pastor Bidau Mote Pr. Kesempatan ini digunakan dengan baik oleh Pastor Bidau. Ia pun dengan senang hati membuka pembicaraan dengan salam dan ucapan syukur atas perjumpaan berahmat itu. Usai kata-kata pengantar secara singkat, ia mengawali pembicaraannya dengan ucapan terimakasih kepada Pastor Paroki yang telah mengkordinir seluruh umat dalam seluruh persiapan. Kemudian, berikutnya ia memberikan keterangan mengenai makna upacara Rekonsiliasi Kampung bahwa “dengan mendengar nama Witogai Kamuu, leluhur (malaikat pelindung) dan alam kita di tanah ini sedang bergembira, karena melaluinya kita mau berdamai dengannya. Sebab kedamaian (kebaikan) itu sudah ditanam oleh Tuhan, tetapi karena kita (manusia) tidak mampu menjaganya, maka kesusahan, kesakitan, permusuhan, kesengsaraan dan kematian selalu menjadi bagian dari hidup kita. Ketiga, upacara Witogai Kamuu diadakan untuk memohon pengampunan, damai, belaskasih dan kehidupan kekal dari Ugatame (Tuhan). Kita juga mau memohon agar dalam nama Yesus Kristus yang telah wafat dan bangkit itu Ugatamee sucikan kampung, keturunan, marga, keluarga dan kita semua”. 

Pastor Bidau juga menjelaskan tentang tahapan pengakuan dosa bahwa “pengakuan dosa dalam upacara Witogai Kamuu harus dilakukan menurut garis keturunan. Dalam hal ini perlu perhatikan  dan selidiki secara baik akan dosa-dosa keturunan dan ungkapkan secara jujur. Sehubungan dengan anjuran ini, ia juga menekankan dua tahapan pengakuan dosa, yakni; pengakuan dosa pribadi dan tempat perbuatan dosa itu berlangsung”. Selanjutnya Pastor melarang mereka yang mau bergabung menjadi peserta upacara Witogai Kamuu tanpa melalui tahapan persiapan. Larangan ini berdasar pada pertimbangan bahwa batin mereka belum siap secara baik. 

Selanjutnya Pastor Yulianus Bidau mengajak peserta pertemuan memaknai seluruh proses upacara yang akan dibuka keesokan harinya itu sebagai upaya bersama menuju dan mengalami Kerahiman Ilahi. Lanjutnya; “besok adalah Minggu Kerahiman Ilahi, maka kita akan membuka upacara Witogai Kamuu ini secara resmi bersama dengan seluruh masyarakat Paniai Barat. Oleh karena itu, perlu diketahui lagi bahwa bentuk pengakuan dosa ada tiga tahap. Tahap pertama adalah pengakuan dosa para leluhur. Kedua, pengakuan kejahatan (dosa) pribadi dan ketiga adalah tahapan pengakuan dosa tempat kejahatan berlangsung”. Sementara Pastor menjelaskan, para peserta pun mendengarkannya dengan saksama.  

Perayaan pembukaan upacara Rekonsiliasi Kampung terjadi pada tanggal 3 April 2016, di Gereja Katolik, Paroki St. Fransiskus Obano, Distrik Obano. Perayaan ini dikuka secara resmi di halaman Gereja dengan melangsungkan seluruh proses upacaranya. Keberlangsungan upacara pembukaan Witogai Kamuu terjadi demikian: Seluruh umat Paniai Barat sudah menanti Pemimpin upacara Witogai Kamuu dengan posisi baris melingkar berlapis lima di halaman Gereja.  Pastor Paroki bersama Pastor Yulianus Bidau Mote memasuki arena upacara dengan busana Imami. Kedua Imam ini disambut dengan nyanyian dan tarian adat setempat. Sesudah itu, Pastor Bidau lantas membuka perayaan ini dengan tanda salib, salam dan kata pengantar. Dalam kata pengantar ini beliau menjajak seluruh peserta perayaan itu supaya siapkan batin secara baik untuk memohon Tuhan membersihkan diri, keluarga, marga leluhur dan kampung dari dosa-dosa. Sehingga selanjutnya Ugatamee sendirilah yang melimpahkan belaskasih-Nya dalam seluruh hidup. 

Seusai kata pengantar Pastor Bidau mulai melambungkan doa-doa pemberkatan. Dalam proses ini, Pastor memberkati dua ekor babi, air dan pembuat api tradisional (mamo). Sesudah diberkati, petugas membunuh kedua babi itu dan darahnya dipaduhkan dengan air berkat tadi dalam sebuah baskom yang berwarnah putih. Sementara itu, petugas pasang api tradisional pun sudah berhasil membuat api di depan mata seluruh peserta perayaan. Tahap berikutnya, Pastor Bidau memberi kesempatan kepada tua-tua adat untuk mengungkapkan dosa-dosa kampung di wilayah Paniai Barat secara umum. Kesempatan ini pun dimanfaatkan dengan baik oleh rombongan bapak Willem Boma. Mereka menjelaskan secara detail tentang dosa-dosa kampung, baik menyangkut penumpahan darah yang disebabkan oleh peperangan maupun tindakan lainnya. Juga, menyebutkan kekutan-kekuatan jahat yang selalu mengganggu masyarakat sejauh ini di wilayah Paniai Barat. Selain ini, mereka juga memohon untuk mendoakan kenyataan hidup masyarakat Paniai Barat saat ini. Semua ini dijelaskan mulai dari masa leluhur hingga masa kini dengan baik dan teratur. 

Pengakuan dosa itu berakhir, maka selanjutnya Pastor memberkati api dengan perpaduan darah dan air berkat tadi. Proses pemberkatan dilanjutkan dengan perciki air dan darah yang sama ke arah Timur sebanyak tiga kali, ke arah barat tiga kali, arah utara dan selatan pun tiga kali. Sesudah proses ini, ia memberkati seluruh umat dengan air dan darah itu. Pastor juga memberkati seluruh lingkungan Gereja dan lingkungan lain di sekitarnya. Kemudian, bagian berikutnya Pastor Bidau mengajak seluruh peserta membakar susunan dosa, yang mereka siapkan sendiri. 

Proses pembakaran dosa berlangsung di halaman Gereja Katolik St. Fransiskus Obano, Distrik Obano, Paniai Barat, Kabupaten Paniai. Dalam proses pembakaran dosa ini para pembakar dosa melalui beberapa tahap, yakni: pertama, mereka maju ke depan mendekati api yang sedang menyala secara bergilir. Kedua, mencelupkan lembaran kertas yang berisikan susunan dosa ke dalam perpaduan air dan darah yang sudah diberkati. Ketiga, lembaran kertas itu dipegang dengan tangan mereka sendiri, lalu memutarkannya mulai dari bagian kepala, leher, kedua tangan, badan hingga ke kedua kaki. Keempat, mereka mengucapkan kata-kata pelepasan dosa. Tahap terakhir adalah membuang susunan dosa itu ke dalam api yang sedang menyala, dengan posisi badan membelakangi dan api itu pun membakarnya sampai habis. 

Upacara pembakaran dosa selesai, maka seluruh peserta yang telah membakar dosa itu, baik mereka yang beragama katolik maupun beragama Protestan serta Bunani (agama aslih setempat) diajak masuk ke dalam Gereja untuk lanjutkan dengan Perayaan Ekaristi Kudus.  Dalam perayaan Ekaristi ini Pastor mengajak seluruh peserta untuk merenungkan Sabda Allah yang menjadi pokok permenungan di Minggu Kerahiman Ilahi itu, yaitu; “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”. 

Pokok permenungan itu merupakan kata-kata yang betul-betul keluar dari mulut Yesus Kristus (Werry Autores) yang sudah bangkit. Oleh karena itu, Pastor Bidau mengfokuskan diri untuk mengarahkan seluruh perhatian umat guna mengalami kebahagiaan. ,Mengalami kebahagiaan kerena apa? Mengalami kebahagiaan karena beriman kepada Allah melalui Yesus Kristus  yang sudah bangkit. Sehubungan dengan hal ini, ia juga mengakui bahwa persekutuan yang sedang berlangsung ini adalah ungkapan iman akan Allah dalam Yesus Kristus yang nyata. Maka kebahagiaan hidup pasti akan selalu menjadi bagian dari pengalaman hidup setiap orang yang hadir. Hal ini tentu, karena upacara Witogai Kamuu yang sedang dibuka itu pun sepenuhnya mengarah pada kebahagiaan yang sama. Sebab upacara ini bertujuan membangun kembali relasi harmonis yang sudah putus, antara sesama, leluhur, alam dan Yang Ilahi (Ugatamee) sendiri. Sehingga selanjutnya semua orang Paniai Barat yang telah dan akan melaksanakan upacara Witogai Kamuu sesuai dengan garis keturunan betul-betul mengalami persatuan dan perdamaian dengan semua, sebagai pintu masuk ke dalam kebahagiaan sejati.  

Perayaan pembakaran dosa di Distrik Obano, Paroki St. Fransiskus Asisi, Paniai Barat, Kabupaten Paniai ini ditutup dengan berkat penutup oleh Pastor Yulianus Bidau Mote, Imam Projo Keuskupan Jayapura. Sesudah perayaan pembukaan, selanjutnya semua umat makan bersama dan kembali ke kampung masing-masing guna mempersiapkan diri untuk melaksanakan upacara Rekonsiliasi Kampung sesuai dengan jadwal di setiap kampung Paniai Barat.  

0 komentar:

Post a Comment

The Best

PENGERTIAN FILSAFAT