Oleh Yeskiel Belau
Pembukaan Witogai Kamuu |
Masyarakat Paniai Barat, Kabupaten Paniai
membakar dosa secara besar-besaran pada Minggu Kerahiman Ilahi, 3 April 2016 di
Distrik Obano. Upacara pembakaran dosa ini dipimpin oleh Pastor Yulianus Bidau
Mote, Imam Projo Keuskupan Jayapura di halaman Gereja Katolik Paroki St.
Fransiskus Obano.
Masyarakat
Paniai Barat sehati-sepikir membakar dosa secara masal pada 3 April 2016.
Pembakaran dosa ini berlangsung di Distrik Obano, Paroki St. Fransiskus Obano.
Pilihan membakar dosa di tempat ini dengan alasan bahwa Distrik Obano adalah
Distrik tertua dari tiga Distrik baru yang lain dan Paroki induk. Berdasar pada
kenyataan ini, maka masyarakat Paniai Barat mengundang Pastor Yulianus Bidau Mote Imam Projo Keuskupan Jayapura, untuk
memimpin upacara pembakaran dosa itu.
Masyarakat
Paniai Barat memilih Pastor Yulianus
Bidau Mote, didorong oleh karena beberapa alasan: Pertama, beliau adalah Imam yang memiliki kharisma khusus dalam
menghubungkan kambali relasi baik yang sudah putus antara sesama manusia,
manusia dengan leluhur, manusia dengan alam dan manusia dengan Yang Ilahi. Kedua, masyarakat Paniai Barat mengetahui bahwa Pastor Bidau mempunyai pengalaman yang cukup
dalam memimpin upacara pembakaran dosa di beberapa Kabupaten. Ketiga, masyarakat mengetahui bahwa
ketrampilan memimpin upacara pembakaran dosa merupakan bidang khusus yang
pernah didalaminya saat kuliah S-2 di Italia. Keempat, masyarakat mendengar bahwa di Papua hanya ada dua Imam
termasuk Pastor Bidau Mote, yang
dianugerahi berkat khusus dari Kepausan untuk menghalau semua kejahatan di bumi
Papua ini, dengan berdoa dan absolusi. Kelima,
masyarakat juga percaya bahwa mereka akan menikmati relasi yang harmonis lagi
dengan sesama manusia, dengan leluhur, alam dan dengan Yang Ilahi, seperti semula dan sejanutnya hidup baik sebagai
anak-anak Allah.
Pastor
Yulianus Bidau Mote yang diundang oleh
karena dorongan kelima alasan itu pun tiba di lokasi pembakaran dosa sehari
sebelum upacara berlangsung (Tanggal 2 April 2016). Kehadiran beliau ini
disambut secara terhormat oleh para tuan rumah dibawah pimpinan Pastor Sebastianus Maipai Wiyai Pr. (Pastor
Paroki St. Fransiskus Obano). Sambutan terhormat ini diungkapkan dengan acara
bakar batu di Emawaa Maipai Wiyai,
yang adalah Emawaa induk dari Emawaa-emawa lain yang tersebar di
seluruh Stasi yang terhimpun dalam Paroki St. Fransiskus Obano. Sambil menikmati
sajian khas suku bangsa Mee ini, Pastor tamu bersama Pastor Paroki dengan
rombongannya mengadakan pertemuan besar-besaran mengenai kegiatan pembakaran
dosa keesokan harinya.
Dalam
pertemuan itu, Pastor Paroki mengawali pembicaraan dengan ucapan selamat datang
kepada Pastor Yulianus Bidau Mote dan
mengungkapkan perasaan syukur bersama seluruh masyarakat Paniai Barat atas
kehadiran Pastor yang telah memenuhi undangan. Selanjutnya ia menjelaskan
tentang semua kegiatan persiapan upacara pembakaran dosa dari awal hinggah di
hari akhir itu kepada Pastor Yulianus.
Pastor Paroki menjelaskan kegiatan persiapan bahwa “saya bersama masyarakat di
Paniai barat ini sudah mempersiapkannya selama empat bulan (Desember – Maret). Dalam
persiapan ini, kami mengawalinya dengan pembentukan panitia dan menyepakati
upacara pembakaran dosa sebagai Rekonsiliasi
Kampung, yang biasa kami biasa sebut dengan nama Witogai Kamuu. Persiapan tahap kedua yang kami lalui adalah
mengadakan sosialisasi tentang Rekonsiliasi
Kampung ini dari Kampung ke Kampung. Tahap ketiga, mengadakan pencarian
dana lewat kegiatan Porseni Bas atau Pekan Olahraga, Seni dan Basar. Kegiatan
ini kami lakukan mulai dari Kampung Bado,
Kampung Tipakotu, Kampung Waipa dan Kampung Muye (Epobutu)”.
Lanjut
Pastor Paroki: “Sesudah kegiatan itu, kami teruskan lagi dengan pengecekan (konfirmasi)
peserta Rekonsiliasi Kampung ini.
Pada bagian konfirmasi ini, kami lalui dengan berjalan keliling dari Kampung ke
Kampung juga. Dalam proses ini, secara interen telah kami memulai upacara Witogai Kamuu sebagai langkah awal di
setiap Emawaa yang ada. Kemudian
semua kegiatan Persiapan upacara Witogai
Kamuu Kampung ini telah berakhir dalam Perayaan Paskah beberapa hari yang
lalu. Dan, belakangan ini, kami sedang menantikan kehadiran Pastor di
tengah-tengah kami. Ternyata kini Pator sudah berada di tengah-tengah kami. Oleh
karena itu, sekali lagi kami mengucapkan terimakasih atas kehadiran Pastor di
Kampung kami”.
Setelah
Pastor Paroki membuka pertemuan itu, selanjutnya ia memberikan kesempatan
sepenuhnya kepada Pastor Bidau Mote Pr.
Kesempatan ini digunakan dengan baik oleh Pastor Bidau. Ia pun dengan senang hati membuka pembicaraan dengan salam
dan ucapan syukur atas perjumpaan berahmat itu. Usai kata-kata pengantar secara
singkat, ia mengawali pembicaraannya dengan
ucapan terimakasih kepada Pastor Paroki yang telah mengkordinir seluruh umat
dalam seluruh persiapan. Kemudian, berikutnya
ia memberikan keterangan mengenai makna upacara Rekonsiliasi Kampung bahwa “dengan mendengar nama Witogai Kamuu, leluhur (malaikat
pelindung) dan alam kita di tanah ini sedang bergembira, karena melaluinya kita
mau berdamai dengannya. Sebab kedamaian (kebaikan) itu sudah ditanam oleh
Tuhan, tetapi karena kita (manusia) tidak mampu menjaganya, maka kesusahan,
kesakitan, permusuhan, kesengsaraan dan kematian selalu menjadi bagian dari
hidup kita. Ketiga, upacara Witogai Kamuu diadakan untuk memohon pengampunan,
damai, belaskasih dan kehidupan kekal dari Ugatame
(Tuhan). Kita juga mau memohon agar dalam nama Yesus Kristus yang telah wafat
dan bangkit itu Ugatamee sucikan kampung,
keturunan, marga, keluarga dan kita semua”.
Pastor
Bidau juga menjelaskan tentang
tahapan pengakuan dosa bahwa “pengakuan dosa dalam upacara Witogai Kamuu harus dilakukan menurut garis keturunan. Dalam hal
ini perlu perhatikan dan selidiki secara
baik akan dosa-dosa keturunan dan ungkapkan secara jujur. Sehubungan dengan
anjuran ini, ia juga menekankan dua tahapan pengakuan dosa, yakni; pengakuan
dosa pribadi dan tempat perbuatan
dosa itu berlangsung”. Selanjutnya Pastor melarang mereka yang mau bergabung
menjadi peserta upacara Witogai Kamuu
tanpa melalui tahapan persiapan. Larangan ini berdasar pada pertimbangan bahwa
batin mereka belum siap secara baik.
Selanjutnya
Pastor Yulianus Bidau mengajak
peserta pertemuan memaknai seluruh proses upacara yang akan dibuka keesokan
harinya itu sebagai upaya bersama menuju dan mengalami Kerahiman Ilahi. Lanjutnya;
“besok adalah Minggu Kerahiman Ilahi, maka kita akan membuka upacara Witogai Kamuu ini secara resmi bersama
dengan seluruh masyarakat Paniai Barat. Oleh karena itu, perlu diketahui lagi bahwa
bentuk pengakuan dosa ada tiga tahap. Tahap pertama
adalah pengakuan dosa para leluhur. Kedua, pengakuan kejahatan (dosa) pribadi dan ketiga adalah tahapan pengakuan dosa tempat kejahatan berlangsung”. Sementara Pastor menjelaskan, para peserta
pun mendengarkannya dengan saksama.
Perayaan
pembukaan upacara Rekonsiliasi Kampung
terjadi pada tanggal 3 April 2016, di Gereja Katolik, Paroki St. Fransiskus
Obano, Distrik Obano. Perayaan ini dikuka secara resmi di halaman Gereja dengan
melangsungkan seluruh proses upacaranya. Keberlangsungan upacara pembukaan Witogai Kamuu terjadi demikian: Seluruh
umat Paniai Barat sudah menanti Pemimpin upacara Witogai Kamuu dengan posisi baris melingkar berlapis lima di
halaman Gereja. Pastor Paroki bersama
Pastor Yulianus Bidau Mote memasuki
arena upacara dengan busana Imami. Kedua Imam ini disambut dengan nyanyian dan
tarian adat setempat. Sesudah itu, Pastor Bidau
lantas membuka perayaan ini dengan tanda salib, salam dan kata pengantar. Dalam
kata pengantar ini beliau menjajak seluruh peserta perayaan itu supaya siapkan
batin secara baik untuk memohon Tuhan membersihkan diri, keluarga, marga
leluhur dan kampung dari dosa-dosa. Sehingga selanjutnya Ugatamee sendirilah yang melimpahkan
belaskasih-Nya dalam seluruh hidup.
Seusai
kata pengantar Pastor Bidau mulai
melambungkan doa-doa pemberkatan. Dalam proses ini, Pastor memberkati dua ekor
babi, air dan pembuat api tradisional (mamo).
Sesudah diberkati, petugas membunuh kedua babi itu dan darahnya dipaduhkan
dengan air berkat tadi dalam sebuah baskom yang berwarnah putih. Sementara itu,
petugas pasang api tradisional pun sudah berhasil membuat api di depan mata
seluruh peserta perayaan. Tahap berikutnya, Pastor Bidau memberi kesempatan kepada tua-tua adat untuk mengungkapkan
dosa-dosa kampung di wilayah Paniai Barat secara umum. Kesempatan ini pun dimanfaatkan
dengan baik oleh rombongan bapak Willem
Boma. Mereka menjelaskan secara detail tentang dosa-dosa kampung, baik
menyangkut penumpahan darah yang disebabkan oleh peperangan maupun tindakan
lainnya. Juga, menyebutkan kekutan-kekuatan jahat yang selalu mengganggu
masyarakat sejauh ini di wilayah Paniai Barat. Selain ini, mereka juga memohon
untuk mendoakan kenyataan hidup masyarakat Paniai Barat saat ini. Semua ini
dijelaskan mulai dari masa leluhur hingga masa kini dengan baik dan teratur.
Pengakuan
dosa itu berakhir, maka selanjutnya Pastor memberkati api dengan perpaduan
darah dan air berkat tadi. Proses pemberkatan dilanjutkan dengan perciki air
dan darah yang sama ke arah Timur sebanyak tiga kali, ke arah barat tiga kali,
arah utara dan selatan pun tiga kali. Sesudah proses ini, ia memberkati seluruh
umat dengan air dan darah itu. Pastor juga memberkati seluruh lingkungan Gereja
dan lingkungan lain di sekitarnya. Kemudian, bagian berikutnya Pastor Bidau mengajak seluruh peserta membakar
susunan dosa, yang mereka siapkan sendiri.
Proses
pembakaran dosa berlangsung di halaman Gereja Katolik St. Fransiskus Obano, Distrik
Obano, Paniai Barat, Kabupaten Paniai. Dalam proses pembakaran dosa ini para
pembakar dosa melalui beberapa tahap, yakni: pertama, mereka maju ke depan mendekati api yang sedang menyala secara
bergilir. Kedua, mencelupkan lembaran
kertas yang berisikan susunan dosa ke dalam perpaduan air dan darah yang sudah
diberkati. Ketiga, lembaran kertas
itu dipegang dengan tangan mereka sendiri, lalu memutarkannya mulai dari bagian
kepala, leher, kedua tangan, badan hingga ke kedua kaki. Keempat, mereka mengucapkan kata-kata pelepasan dosa. Tahap
terakhir adalah membuang susunan dosa itu ke dalam api yang sedang menyala,
dengan posisi badan membelakangi dan api itu pun membakarnya sampai habis.
Upacara
pembakaran dosa selesai, maka seluruh peserta yang telah membakar dosa itu,
baik mereka yang beragama katolik maupun beragama Protestan serta Bunani (agama
aslih setempat) diajak masuk ke dalam Gereja untuk lanjutkan dengan Perayaan
Ekaristi Kudus. Dalam perayaan Ekaristi
ini Pastor mengajak seluruh peserta untuk merenungkan Sabda Allah yang menjadi
pokok permenungan di Minggu Kerahiman
Ilahi itu, yaitu; “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”.
Pokok
permenungan itu merupakan kata-kata yang betul-betul keluar dari mulut Yesus
Kristus (Werry Autores) yang sudah
bangkit. Oleh karena itu, Pastor Bidau mengfokuskan
diri untuk mengarahkan seluruh perhatian umat guna mengalami kebahagiaan. ,Mengalami
kebahagiaan kerena apa? Mengalami kebahagiaan karena beriman kepada Allah
melalui Yesus Kristus yang sudah
bangkit. Sehubungan dengan hal ini, ia juga mengakui bahwa persekutuan yang
sedang berlangsung ini adalah ungkapan iman akan Allah dalam Yesus Kristus yang
nyata. Maka kebahagiaan hidup pasti akan selalu menjadi bagian dari pengalaman
hidup setiap orang yang hadir. Hal ini tentu, karena upacara Witogai Kamuu yang sedang dibuka itu pun
sepenuhnya mengarah pada kebahagiaan yang sama. Sebab upacara ini bertujuan
membangun kembali relasi harmonis yang sudah putus, antara sesama, leluhur,
alam dan Yang Ilahi (Ugatamee)
sendiri. Sehingga selanjutnya semua orang Paniai Barat yang telah dan akan
melaksanakan upacara Witogai Kamuu
sesuai dengan garis keturunan betul-betul mengalami persatuan dan perdamaian
dengan semua, sebagai pintu masuk ke dalam kebahagiaan sejati.
Perayaan
pembakaran dosa di Distrik Obano, Paroki St. Fransiskus Asisi, Paniai Barat,
Kabupaten Paniai ini ditutup dengan berkat penutup oleh Pastor Yulianus Bidau Mote, Imam Projo Keuskupan
Jayapura. Sesudah perayaan pembukaan, selanjutnya semua umat makan bersama dan
kembali ke kampung masing-masing guna mempersiapkan diri untuk melaksanakan
upacara Rekonsiliasi Kampung sesuai
dengan jadwal di setiap kampung Paniai Barat.
0 komentar:
Post a Comment