Video Of Day

Subscribe Youtube

Sunday, 30 September 2018

MEMBANGUN SOLIDARITAS DEMI KEUTUHAN CIPTAAN


Pengantar

Foto bersama peserta Rekoleksi

Kita telah berada dalam masa prapaskah. Dalam masa prapaskah ini, kita diajak untuk membangun sikap tobat. Membangun sikap tobat berarti memperbaiki hubungan kita dengan Allah, hubungan kita dengan sesama dan dengan alam di sekitar kita. Mengapa? Karena kenyataan membuktikan bahwa hubungan kita dengan Allah, sesama dan alam di sekitar kita telah rusak. Oleh karena itu, kita mau memperbaiki hubungan kita dengan pantang dan puasa sebagai sikap tobat kita. Sehingga keutuhan hubungan kita dengan Allah, sesama dan dengan alam itu bisa kembali seperti semula. 


Berdasar pada pemahaman itu, maka rekoleksi ini amat penting bagi kita untuk membangun sikap tobat. Sikap tobat kita akan kita bangun dengan melihat kembali pengalaman hidup kita di masa-masa yang lalu. Bagaimana hubungan pribadiku dengan Tuhan? Bagaimana hubungan pribadiku dengan sesama? Bagaimana hubungan pribadiku dengan alam di sekitar saya? Bagaimana hubungan kita sebagai lembaga Pendidikan terhadap semua relasi itu? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan kita temukan dalam rekoleksi ini.

Namun sebelum itu, kita perlu tahu apa itu rekoleksi? Kata rekoleksi berasal dari bahasa Inggris yaitu recollect yang berarti mengingat kembali atau mengumpulkan kembali. Menurut KBBI, Khalwat artinya pengasingan diri untuk menenangkan pikiran atau mencari ketenangan batin. Rekoleksi juga merupakan salah satu usaha untuk melatih hidup rohani dan menumbuhkan rasa ingin berubah menuju ke arah yang lebih baik. Oleh karena pengertian ini, maka rekoleksi ini menjadi saat yang tepat bagi kita untuk; Pertama, berhenti sejenak dari aktivitas rutin kita dan merefleksikan hidup kita untuk menemukan kehendak Tuhan bagi kita. Kedua, mengingat kembali pengalaman hidup kita dan mengolahnya sebagai kekuatan hidup kita selanjutnya. Ketiga, tenangkan pikiran dan batin kita sebagai usaha kita melatih hidup rohani demi perubahan hidup kita yang lebih baik. 

Dengan diketahuinya pengertian rekoleksi dan tujuan rekoleksi tersebut, maka selanjutnya kita kaitkan lagi dengan pertanyaan-pertanyaan tadi di atas, yakni pertanyaan di seputar hubungan kita dengan Allah, sesama dan dengan alam di sekitar kita. Dalam hal ini, sesuai dengan rencana, kita akan menjawabnya dalam rekoleksi ini dengan kembali melihat pengalaman hidup kita di masa-masa yang lalu. Semoga upaya ini benar-benar membantu kita membangun sikap tobat dan menemukan kehendak Tuhan bagi kita masing-masing. 

Sejalan dengan upaya itu, dalam rekoleksi ini kita akan bergerak menggali pengalaman hidup dan sebagainya dalam terang tema Aksi Puasa Pembangunan (APP) “Membangun Solidaritas Demi Keutuhan”. Tema ini tentu akan menerangi seluruh proses rekoleksi ini hingga akhir nanti. Jadi, dalam terang tema ini, rekoleksi ini akan berlangsung demikian: Pertama, pengantar. Kedua, penjelasan tentang tema. Ketiga, menggali pengalaman hidup. Keempat, dinamika kelompok. Kelima, diskusi dan keenam, penegasan hingga penutup. 

Membangun Solidaritas Demi Keutuhan Ciptaan.

Tema ini terdiri dari beberapa kata kunci, yakni; membangun, solidaritas, keutuhan dan ciptaan. Mari kita lihat arti dari masing-masing kata kunci ini. Pertama, kata membangun berasal dari kata bangun. Bangun artinya bangkit berdiri. Maka membangun memiliki arti kelas verba atau kata kerja. Sehingga membangun dapat menyatakan suatu tindakan (kerja) yang mengandung tujuan lebih baik. Kedua, solidaritas. Kata solidaritas berasal dari kata solider. Solider artinya senasib, setia kawan dan perasaan bersatu. Maka solidaritas memiliki arti suatu sikap yang dimiliki oleh manusia dalam kaitannya dengan ungkapan perasaan manusia atas rasa senasib dan sepenanggungan terhadap orang lain maupun kelompok. Makna solidaritas dekat dengan makna rasa simpati dan empati karena didasarkan atas rasa kepedulian terhadap orang lain maupun kelompok. Ketiga, keutuhan. Kata keutuhan berasal dari kata utuh. Utuh artinya keadaan sempurna sebagaimana adanya. Tidak rusak atau tidak berkurang, masih sangat baik. Keempat, ciptaan. Kata ciptaan berasal dari kata cipta, yang berarti kemampuan pikiran untuk mengadakan sesuatu yang baru. Namun dalam konteks ini kita mengerti ciptaan sebagai segala sesuatu yang ada di muka bumi ini.

Dengan diketahuinya definisi hurufiah dari setiap kata kunci di atas, maka selanjutnya kita menghubungkannya dengan maksud Gereja mengangkat tema tersebut. Jadi, maksud Gereja mengangkat tema membangun solidaritas demi keutuhan ciptaan adalah bahwa ia hendak mengajak semua orang sebagai ciptaan Tuhan untuk membangun sikap solider yakni senasib, setia kawan, sepenanggungan dalam menyatakan tindakan kerja demi tujuan yang lebih baik, yakni keutuhan ciptaan itu sendiri. Mengapa? Karena, sikap solidaritas antar semua ciptaan telah rusak. Sehingga, tidak ada setia kawan dan tidak ada sepenanggungan dalam hidup ini. Oleh karena kenyataan ini, maka keutuhan ciptaan itu tak dapat dijumpai di muka bumi ini lagi. Artinya bahwa yang ada hanya kehancuran dan kerusakan yang bisa mendatangkan mala petaka bagi kehidupan manusia. Maka mari kita lihat dalam diri kita sendiri terlebih dahulu. 

Menggali Pengalaman Hidup. 

Tibalah saatnya untuk menggali pengalaman hidup kita masing-masing. Tunjuklah dirimu sendiri, siapa engkau? Sebutkan namamu dan tanyakanlah padamu apa yang telah engkau lakukan terhadap Allah penciptamu sampai saat ini? Bagaimana hubunganmu dengan Allah? 

Apa yang telah engkau lakukan terhadap sesamamu manusia? Terhadap orang tua? Saudara-saudari kandungmu? Kerabat yang lain? Terhadap teman-teman sekolah dan guru-gurumu? 

Apakah ada hubungan yang tidak beres dengan mereka? Bagaimana sikapmu terhadap alam di sekitar anda? Adakah keyakinan dalam dirimu bahwa segalah tumbuh-tumbuhan adalah makluk hidup ciptaan Tuhan yang harus engkau hargai? Pernahkah engkau membuang sampah sembarangan? Pernahkah engkau menebang pohon tanpa tujuan? Pernahkah engkau mematikan bianatang karena emosi? 

 Adakah hal yang tidak beres dalam dirimu, entah hubunganmu dengan Allah, sesama maupun alam? Bagaimana caramu memperbaikinya? Jawablah pertanyaan-pertanyaan ini dalam terang Kitab Suci Mat. 25:31-46)! 

Bacaan Sabda Tuhan (Mat. 25:31-46) 
Dinamika Kelompok
Membagi peserta rekoleksi dalam beberapa kelompok, lalu mendampingi mereka diskusi dalam kelompok mini dan hasil diskusi ini diplenokan. Proses pembagian kelompok bisa disesuaikan dengan kebiasaan. 

Pleno Hasil Diskusi

Hasil diskusi dalam kelompok mini disampaikan oleh setiap perwakilan kelompok. Penegasan Saudara-saudari terkasih, kita telah melalui proses menggali pengalaman hidup kita dalam kelompok mini dan dalam pleno ini. Inilah upaya kita membangun solidaritas demi keutuhan ciptaan, terutama keutuhan hubungan kita secara pribadi, maupun bersama sebagai ciptaan Tuhan dengan Allah, sesama dan dengan alam di sekitar kita. 

Semua yang telah didiskusikan dan yang telah disampaikan oleh semua kelompok itu ialah hasil gali pengalaman hidup yang patut kita jadikan sebagai kekuatan untuk membangun solidaritas kita. Hasil-hasil yang baik, kita simpan dalam hati dan berusaha untuk menjalani hudup kita seturutnya. Sementara hasil yang tidak baik, kita serahkan kepada Tuhan dengan membakarnya, agar Ia membersihkan hati dan pikiran kita untuk hidup lebih bersolider dengan Allah, dengan sesama dan dengan alam. 

Hal itu amat penting, karena solidaritas adalah sikap batin manusia yang bersumber dari rasa cinta kepada kehidupan Bersama yang diwujudkan dalam tindakan nyata berupa sikap rela berkurban, bersedia menjaga, membela serta melindungi terhadap keberlangsungan hidup bersama. Sumber solidaritas manusia adalah solidaritas Allah sendiri. Di mana Ia yang agung rela menjadi manusia sama seperti kita. Ia adalah Allah, tetapi rela terlahir sebagai manusia di kendang hina. Ia adalah Allah Maha Tinggi yang rela direndahkan dan dihukum pada kayu salib dengan hina. Inilah Allah yang solider dengan kita manusia. Ia ingin membela, melindungi dan menyelamatkan manusia. 

Dalam bacaan Injil tadi, kita dengar bagaimana kita juga harus membangun solidaritas dengan sesama, “Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengujungi Aku” (Mat. 25:35-36). Inilah wujud nyata dari solidaritas terhadap sesama, terutama terhadap yang menderita; dengan sikap siap rela berkorban, siap membela, menjaga dan melindungi yang sedang menderita demi utuhnya ciptaan dan sejahteranya sesama. Sehingga, pada akhirnya kepedulian, perhatian dan kebaikan yang kita berikan terhadap sesama, terutama terhadap yang hina-dina, sejatinya kita lakukan untuk Tuhan. Ketika kita menjaga keutuhan ciptaan, yakni; sesama manusia, alam semesta dan seluruh ciptaan) sejatinya kita sedang melaksanakan tugas mulia sebagaimana diamanatkan dalam Kitab Kejadian. Manusia adalah pelaku dan penanggung jawab utama keutuhan alam ciptaan ini. Semoga kita mampu melaksanakan tugas mulia ini dengan penuh tanggungjawab.

Pertobatan Pribadi

Membuat Niat Bersama 

Sesudah kita membangun solidaritas, apa yang bisa kita rencanakan untuk dikerjakan bersama satu-dua hari ke depan? Mari kita rencanakan! 

Penutup

Oleh Yeskiel Belau

0 komentar:

Post a Comment

The Best

PENGERTIAN FILSAFAT