Video Of Day

Subscribe Youtube

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Thursday, 22 February 2018

PERASAAN DUKA

By : Jesse



Tulisan ini merupakan ungkapan perasaan dukaku saat adikku meninggal dunia pada tahun 2010 lalu. Dan, inilah yang saya sampaikan lewat telepon kepada keluargaku yang juga berduka, sebelum memakamkan jenasah adikku.  

Para saudara dan saudariku yang saya kasihi, perkenangkanlah saya mengungkapkan perasaan duka dan isi hatiku kepada adikku yang sedang berbaring ditengah-tengahmu, sebelum menghantarnya ke tempat peristirahatan terakhir.

Saya mendapat informasi tentang meninggalnya adikku “Meliana Belau” kemaring siang. Informasih ini benar-benar membuatku tak berdaya. Saya merasa sedih, gelisa dan kecewa. Inilah dukaku.

Meskipun cuaca batin diliputi bagaikan kelamnya kabut, saya sebagai orang beriman, tetap menerima kenyataan ini. Sebab saya yakin bahwa adikku akan bangkit bersama Kristus. Dan, karena itu, saya merefleksikan bahwa kematian yang dialami oleh adikku merupakan kehendak-Nya. Refleksi ini lahir juga berkat penghiburan iman dari orang tua angkatku Pastor Willhelmus Sinawil Pr. via sms dari tempat studinya di negara Philipina.

Pesan Buat adik!

Adik…saya kakakmu. Meskipun kakak sudah berpisah saat kamu masih kecil, tetapi kaka tetap mencintaimu. Tetapi maafkan kaka, perasaan ini terasa sulit untuk diwujudkan saat ini, karena kakak tampak serba terbatas. Hal yang bisa saya buat adalah hanya berdoa dan bedoa untukmu adik tercinta. Semoga engkau berbahagia bersama Bapa di surga.

Adik, secara khusus dari pridadi kakakmu ini, mengucapkan banyak terimakasih, atas kehadiranmu di tengah-tengah keluarga kita dan atas kesediaanmu menjadi adikku yang amat kaka cintai. Kini kaka mengerti bahwa kehadiranmu dalam keluarga sungguh-sungguh bermakna. Kaka ingat, adik selalu penolongku, penghibur dan menjadi bagian dari kesempurnaan keluarga kita. (Bawalah nilai-nilai ini, sebagai makna kehidupanmu bersama kaka).

Adikku, peristiwa ini mengingatkan kaka bahwa adik adalah bagian darah-dagingku juga. Karena itu, coba, bayangkanlah, bagainana perasaan kaka saat mendengar berita kepergianmu ke rumah Bapa. Sesungguhnya, kaka merasa tubuhku tercabik-cabik.

Adik, lihat kabut kesedihan dan perasaan duka mendalam yang menghiasi seluruh hariku ini. Air mata pun dengan sendirinya mengalir di pipi, tepapi adik sayang, itulah resiko buat kaka, sebagai kaka yang mencintaimu.

Adikku, kaka mau bilang, tak ada sesuatu yang dapat kaka berikan padamu. Kaka hanya mempersembahkan engkau kepada Tuhan dalam permenungan dan doa setiap saat.

Sekali lagi kaka mengucapkan banyak terimakasih atas kebersamaanmu dalam keluarga dan atas semua hal baik yang adik lakukan terhadap kami anggota keluargamu. Saya, Bapa, Mama, serta adik-adikmu yang pastinya mencintai engkau dan yang engkau cintai.

Adik, kaka juga tidak menyembunyikan kesalahan-kesalahan yang engkau lakukan terhadapku, Bapa-Mama dan adik-adikmu. Dengan iklas dan dengan hati yang paling dalam, kakakmu ini memaafkan enngkau. Dan, dalam keadaan polos ini, kaka mengizinkan engkau pergi ke rumah Bapa. Pergilah dengan tenang dan damai. Pergilah dalam damai sayang...........!

Adik, kaka mohon berilah aku pengampunan bila kakak pernah membuat hatimu terluka, membuatmu sedih, jengkel, terpukul dan sebagainya. Maafkan kaka, maafkan! Mungkin ini akan menjadi jalan bagimu menuju ke rumah Bapa dan bagiku dalam pesiarahan hidup kakak di dunia.

Adik..... kaka mengucapkan terimakasih dan permohonan maaf sebesar-besarnya mewakili Bapamu, Mamamu, Nenekmu, Om-ommu, adik-adikmu dan saudara-saudarimu yang lain dikampung, yang pastinya sedang berduka atas kepergianmu! Maafkanlah mereka dan terimalah ucapan terimakasih mereka atas semua kebaikanmu.

Akhirnya ya adiku....kakakmu mengucapkan selamat jalan menuju peristirahatan terakhirmu bersama Bapa di Kerajaan-Nya untuk selama-lamanya. Mohon doakan kami anggota keluargamu. Agar kami selalu berada dalam naungan belas kasih Tuhan.
Adik sayang, Selamat jalan.....!

                                                Doa Arwanya


Allah Bapa di surga, yang maha Rahim, sejak hari senin tanggal 26 bulan Juli tahun 2010 yang lalu, Engkau telah memanggil Adikku Meliana Belau, yang jenazahnya sedang berbaring di tengah-tengah keluarganya ini. Semoga ia pantas untuk tinggal, berbahagia, dan bertemu bersama Engkau untuk selama-lamanya. Semoga Saudariku Meliana Belau yang telah meninggal seperti Kristus, dibangkitkan juga seperti Kristus. Semoga saudariku ini yang dimurnikan dengan air pembaptisan, disucikan pula oleh Allah dengan kemurahan belas kasih-Nya. Semoga segala perjuanganya selama hidup di dunia dalam Iman akan Allah Tritunggal Maha kudus, diberi pahala di Surga. Dan semoga kami yang bersedih hati atas kepergiannya dihibur dengan pengharapan akan persatuan kelak di surga. Sesuai dengan pesan Putra-Mu Yesus Kristus, saya sebagai pengikut-Nya yang setia, memberkati jenazah adikku ini, Semoga Berkat Allah yang Maha Kuasa senantiasa melindungi, menyertai dan memberkati jenazah adkku ini dan seluruh perjalanan adiku menuju peristirahatan terakhir di dalam Dalam Nama Bapa, dan Putera dan Roh kudus. Amin.

TUHAN HADIR DALAM DIRI SESAMA

Oleh Yeskiel Belau

Salib BerCorpus
Retret akhir Tahun Orientasi Rohani ini bagi saya adalah saat di mana saya menimbah Kekuatan Rohani Gereja untuk saya, agar saya kuat dan dengannya mampu mempertahankan Panggilan Imamat Suci ini sebagai arah hidup saya. Pemahaman ini tepat, dengan alasan bahwa kerohanian itu adalah dasar hidup seorang calon Imam maupun Imam Diosesan. Demikian juga pengalaman hidup saya yang amat sederhana di masa lalu itu sesungguhnya merupakan pengalaman perjumpaan dengan Tuhan yang hendak menyelamatkan saya dan itu menjadi Kekuatan hidup Rohani dan panggilan saya saat ini. Dengan demikian, saya percaya bahwa Tuhan selalu hadir menyelamatkan saya melalui sesama  yang saya jumpai dalam hidup ini.   

Retret akhir Tahun Orientasi Rohani yang saya tekuni selama delapan hari (20 – 29 Mei) adalah saat di mana saya menimbah kekuatan dari sumber kerohanian Gereja untuk hidup di zaman ini, sekaligus membangun satu rasa, satu budi, satu hati, satu keprihatinan dengan Gereja dewasa ini yang merindukan pribadi-pribadi yang: 

Pertama; mampu mengembangkan bahasa berbuat dalam paguyuban masyarakat madern khususnya masyarakat miskin ekonomi dalam menyebar, membela dan memberdayakan hidup. 

Kedua; Mendayakan masing-masing pribadi dengan nilai-nilai Kerajaan Allah dan spiritualias Gereja. 

Ketiga; Rela bersedia diikutsertakan dalam gerak kerasulan sebagai tanda tanggung jawab terhadap arus keselamatan yang dipercayakan Allah pada tiap pribadi beriman di zaman ini.

Pelaksanaan retret tersebut didampingi oleh Romo R. S. Sarto Pandoyo  SJ dan Romo Rektor TOR (Romo Basilius Soedibja SJ.) dalam perspektif ketiga hal yang diutarakan di atas. Tujuannya adalah agar  kami (para formandi) dapat mewujudkan inti jiwa hidup Imamat dalam zaman yang terus berubah ini. Ada pun Pokok-pokok retret dari hari perama hingga hari terakhir:

Hari pertama; Asas dan Dasar Hidup Imamat. Hari kedua; Kebebasan Batin Sebagai Disposisi Menjawab Panggilan. Hari ketiga; Miseri Dosa dan Rahmat Pengampunan. Hari keempat Kontemplasi Kerajaan Allah. Hari kelima; Yesus Jalan Kebenaran dan Hidup. Hari keenam; Kontemplasi Atas Kesengsaraan dan Miseri Paskah. Hari ketujuh; Miseri Yang Hilang Ditemukan Kembali. Hari kedelapan; Bina Diri terus-Menerus. Juga dibantu dengan pendalaman materi tentang Discernment dalam setiap konferensi.

Dalam menekuni retret itu, saya sungguh merasa terbantu dalam mendalami kerohanian serta refleksi sejarah hidup yang berahmat. Saya melihat dan mengalami Kasih Allah yang begitu berlimpah dalam hidup saya. Saat ketiadaan segalanya di kampung, tiba-tiba saja saya berada di pusat Paroki dan berhasil dalam usaha studi pada Sekolah Dasar, di luar dugaan saya berada di Jayapura. Di sana saya jatuh-bangun mencari, mengusahakan dan menemukan kehidupan edukasi yang layak. Selain itu, tidak sedikit orang yang menaruh kasih dan perhatian pada saya dalam suka maupun duka hidup itu. Jikalau demikian bukankah itu Karya Allah bagi saya? Jawabku, sungguh itulah Kasih Allah bagi saya yang nyata.

Pengalaman Kasih Allah Melalui Sesama

Dalam retret pada hari keempat, siang itu saya mengalami kegelisahan yang hebat. Kontemplasi Kerajaan Allah yang saya kontemplasikan sepertinya tidak terarah. Enta mengapa alasannya? Tiba-tiba saja, saya buka mata dan memandang ke arah Salib besar yang disertakan Korpus besar di depan Kapela. Saya bertanya kepada-Nya, Tuhan mengapa saya gelisah? Adakah sesuatu yang belum beres? Salahkah pertanyaan dua Minggu lalu tentang kehadiran-Mu dalam hidupku? (Mengapa Krisus tidak pernah beremu dengan saya? Apakah saya orang berdosa? Atau justru saya yang tidak sadar akan kehadiran-Mu?). Sambil memandang salib, saya terus berkata-kata dalam hati di seputar pertanyaan itu dan pertanyaan ini.

Dalam konteks pikiran saya yang seperti itu, saya berusaha mengingat kembali akan pengalaman hidup saya yang sudah saya lupakan. Sekejap saja fantasiku menuju pada pengalaman hidup di masa-masa Sekolah Dasar. Saya ingat, saat itu saya berada diposisi anak yang amat serba terbatas dalam segala hal (anak miskin). Dalam situasi seperti ini, saya mendapat informasi dari pimpinan sekolah (Kepala Sekolah) bahwa “setiap siswa diwajibkan mengenakan busana sekolah yang lengkap, yaitu; Baju Putih, Celana Merah, Dasi, Topi dan Sepatu Hitam”. Mendengar intruksi Kepala Sekolah ini, saya pernah merasa binggung dan rasanya tidak mampu untuk memenuhinya. Perasaan seperti ini tentu, karena selama itu saya gunakan satu baju dan satu celana saja setiap hari. Pakaian yang saya gunakan itu tentu saja pakaian olahraga yang juga sudah kumal dan sebetulnya tidak layak pakai lagi, karena sudah robek-robek di bagian punggung (baju) dan bagian pantat belakang (celana), tetapi selalu saya tutupi dengan noken.
       
Dalam keadaan sikap batin saya yang binggung seperti itu, saya berniat untuk berusaha melengkapinya. Usaha yang saya lakukan saat itu adalah masuk ke hutan mencari rotan dan menjualnya di pasar. Saat itu, setiap pulang sekolah saya pergi ke hutan dan mengambil rotan lalu jual di pasar. Aktifitas seperti ini saya lakukan selama tiga Minggu. Dalam proses seperti ini saya mengalami kesulitan yang tidak sedikit. Lapar, haus, kedinginan, hujan dan ketidakpastian selalu saya rasakan. Demikian juga saat menjual pun tidak selamanya dibeli oleh pembeli. Seringkali saya membawanya pulang ke rumah karena tidak dibeli oleh pembeli.

Suatu hari (hari terakhir), saya membawa satu ikat rotan ke pasar Yokatapa dan menunggunya dengan harapan kalau-kalau ada pembeli yang mendatangiku untuk membelinya. Ternyata tidak ada satu manusia pun yang datang mendekatinya untuk membelinya, hingga semua orang pada pulang! Merasakan mengalam seperti ini, hati saya sangat hancur. Bagi saya, hari itu adalah hari terakhir yang saya harapkan untuk segera mengakhiri usaha itu dengan membeli keperluan sekolah tadi. Dengan hati yang kecewa, saya ancang-ancang kembali ke rumah. Saya tunduk mengambil ikatan rotan itu dan dalam keadaan mata berkaca-kaca angkat rotan itu. Sementara itu, muncullah seorang mono (Deba Me/sebutannya dalam bahasa daerah Migani), yang belum saya kenal. Deba Me itu berada di jembatan dan masuk ke arah pasar. Ia memakai maju kumal warna hitam, celana pendek bergaris hitam-biru dan memakai noken kulit kayu di bahu belakangnya. Ia datang mendekat lalu menanyakan dengan mimik (tanpa mengeluarkan suara). Gerakan tangannya tunjuk pada rotan dan mimik bibirnya jelas menunjukkan bahwa ia menanyakan harga rotan itu.

Saya pun kembali telakkan rotan yang cukup berat itu di tanah dan dengan mimik pula menggoyangkan ibu jari tangan saya, yang mengatakan bahwa harganya cuma satu (hagoma/dalam bahasa daerah Migani) yang artinya seribu rupiah. Padahal harga sebenarnya ialah lima ribu rupiah, tetapi karena saya sudah lelah dan soak, maka memilih jalan itu. Pemudah mono itu membuka nokennya dan mengeluarkan uang sebesar sepuluh ribuh rupiah dan memberikan uang itu kepada saya. Saya merasa binggung, karena bagi saya itu uang besar, yang tidak bisa saya kembalikan pecahannya dan memang di zaman itu uang itu sama sekali tidak sesuai dengan ukuran rotan. Namun ia memberikan uang itu pada saya tanpa mengharapkan uang kembaliannya dan malahan ia memeluk saya, lalu menyuruku pulang ke rumah. Saya pun sambil hati berbunga-bunga, undur pelan-pelan ke belakang hendak melihat reaksi selanjutnya dari beliau. Saya melihat beliau senyum lebar tanpa memandang ke arah saya lagi. Ia mengangkat rotan itu meletakkan di atas bahunya dan membelakangi saya. Saya memperhatikan kepergiannya itu dengan mata tajam dan secara saksama, hingga pemuda mono itu menghilang di ujung jalan bagian timur sana.

Usai perisiwa itu, dengan hati yang sungguh bahagia saya menjumlahkan seluruh perolehan uang hasil jualan rotan itu. Ternyata hasilnya mencapai Tujuh Puluh Lima Ribu Rupiah. Uang ini sangat banyak di zaman itu, maka wajarlah kebahagiaan saya itu. Dalam suasana batin yang bahagia itu, saya memutuskan untuk belanja keperluan sekolah seperti yang diinfokan oleh Kepala Sekolah tiga Minggu lalu. Hari itu juga saya menuju ke kios tempat jual pakaian seragam Sekolah Dasar (SD) beserta sepatu di sekitar pasar. Setelah menemukannya, saya membeli Celana Merah, Baju Putih, Dasi, Topi, Sepatu Hitam, Buku Tulis, Bolpen dan Pensil serta pakaian biasa satu pasang (baju & celana). Ya, maklumlah saat itu harga barang sangatlah murah, lima ribuh rupiah bisa dapat satu pasang pakaian. Dalam keadaan bahagian yang tak terbilang sebagai seorang anak kampung ini, saya pulang ke rumah. Selanjutnya, setiap hari saya kenakan busana itu ke sekolah. Saat-saat sekolah, di sekolah saya menjadi anak teladan di sekolah itu, hingga pernah menjadi ketua OSIS dan menamatkan pendidikan dasar ini dengan meraih Juarah Umum dalam Ujian Nasional di Tingkat dua Distrik, yaitu; Distrik Sugapa dan Distrik Homeo, yang Tahun 2002 pusatkan Ujian Nasionalnya di SD YPPK Bilogai itu. 

Saya masih memandang salib, saya mengucapkan terimakasih kepada Tuhan secara spontan. Sambil berterimakasih, saya mengajukan pertanyaan “Tuhan, melalui pengalamanku itu apa yang hendak Engkau katakan?” Apakah Sabda ini “Hai kamu orang bodoh betapa lambannya hatimu, sehinggah kamu tidak percaya segala sesuatu yang telah dikatakan Nabi (Lks 24:25) kepada saya juga?.  

Oh….Tuhan, sungguh benar betapa lambannya hatiku melihat kehadiran-Mu, yang menyelamatkanku! Maafkanlah aku yang berdosa ini! Saya selalu mencari Engkau dan mengharapkan kehadiran-Mu dalam hal-hal yang lebih besar. Inilah kelambananku. Kini saya bersyukur atas usaha-Mu mendayakan saya akan kehadiran-Mu dalam hidupku itu. Engkau sudah hadir dan telah menyelamatkan saya. Engkau begitu baik dan mengasihi saya bersama dengan segala kerapuhan saya. Engkau juga pasti akan mengampuni saya. Maka saya yang rapuh ini, tanpa ragu ingin tinggal di dalam kasih-Mu. “Terimalah persembahan hidup ini.” 

Tuntunan para Romo untuk berefleksi seperti itu serta pengalaman hidup rohani, mampu mendayai  saya melihat panggilan Imamat sebagai Rahmat Tuhan yang harus saya perjuangkan. Saya merasa berdaya juga karena kelambanan hatiku itu, sungguh menjadi pulih berkat tuntunan yang sama. Teristimewa daya untuk menangkap kehadiran Tuhan. Oleh sebab itu, saya merasa mengalaman tersebut merupakan salah satu dari awal perjumpaanku dengan-Nya (Krisus). Karena itu, pada akhir retret dengan sadar dan mau saya memutuskan bahwa “saya siap dan mau menjadi Imam Projo Keuskupan Timika. Saya bersedia dipakai oleh Tuhan dalam mewarakan karya keselamatan-Nya di Keuskupan Timika dalam bimbingan Bapa Uskup.

Melalui tuntunan pula saya menetapkan Visi dan Misi Perjalanan Pendidikan Panggilanku, yaitu; 

Visi

Menjadi pribadi yang bertanggung jawab, berprinsip dan tegas pada keputusan serta bersahabat dengan Yesus Kristus Sang Imam Agung, Nabi dan Raja, untuk kemudian menjadi Imam Projo di Keuskupan Timika yang mampu mengabdikan diri dalam karya penyelamatan Jiwa-jiwa Umat Manusia. 

Misi

Kerja Keras membenuk empat (4) aspek hidup: 

Pertama: Hidup Rohani, mencakup, memiliki iman yang kokoh, budayakan doa-doa pribadi, menerima sakramen, memperdalam Kiab Suci, Devosi, bimbingan Rohani, Rekoleksi, memperdalam ajaran-ajaran Gereja dan surat-surat apostolik. 

Kedua: Hidup kematangan Pribadi; mencakup; menjaga kesehatan, studi, lepas bebas, belajar melayani dengan adil, benar dan baik, tanggung jawab, jujur serta bijaksana. 

Ketiga: Unsur sosial, mencakup; pekah terhadap keadaan, kerja sama, tanggung jawab pada janji, menghargai, relasi yang luas. 

Keempat: Pengembangan diri, mencakup; memiliki kemauan dan siap sedia untuk belajar terus-menerus, peduli pada perkembangan zaman dan sebagainya.

Pada akhir retret dan akhir refleksi ini, saya ingin dan telah memutuskan untuk menjadi Imam Projo Keuskupan Timika. Inilah jalanku dan arah hidupku. Semoga EMO terus memberi semangat dan kesehatan dalam lalui jalan-Nya ini. 

ALAM INTAN JAYA DALAM SITUASI TERANCAM


Oleh Kleopas Sondegau

Pengantar

Sepenggal kalimat di atas merupakan topik utama dalam tulisan ini. Namun sebelum mengupas lebih jauh mengenai topik di atas, maka penulis akan memberi gambaran umum mengenai hal-hal yang akan dibahas dalam tulisan ini, yaitu antara lain: alam atau hutan Papua sebagai paru-paru dunia saat ini, Krisis Lingkungan Hidup, Pemanasan Global, dan Bencana Ekologi. Inilah poin-poin penting yang akan dibahas dalam tulisan ini. Untuk itu, mari kita menyatukan hati dan budi untuk mencegah timbulnya dampak negatif yang siap mengancam alam dan manusia Intan Jaya ini. Ingat !!! kapan lagi kalau bukan sekarang, siapa lagi kalau bukan kita? Kita belum terlambat, mari kita lawan dengan hati dan budi; tidak perlu dengan kekerasan.

Berikut pemaparan lebih lanjut:

A.       Hutan Papua sebagai paru-paru dunia

Huta   Papua dinobatkan menjadi paru-paru dunia karena mampu menyerap karbon yang berbahaya bagi kehidupan bangsa-bangsa di dunia. Kalau begitu pertanyaan yang pantas diajukan adalah: Adakah kompensasi dari negara-negara di dunia bagi rakyat Papua yang sejak dahulu menjaga hutannya dan kini menjadi berarti bagi kehidupan? Waktu berjalan terus hingga saat ini  alam Intan Jaya berada dalam situasi terancam. Terancam karena berbagai faktor. Misalnya: karena pembuatan pemukiman, perkantoran, perdagangan, jalan raya dan lebih parah lagi adalah raksasa besar yang akan masuk di wilayah Intan Jaya yakni pertambangan emas serta berbagai sarana dan prasarana lainnya.

          Bila kita melihat lebih jauh mengenai pertanyaan di atas, maka berbagai fakta menunjukkan bahwa masyarakat Papua justru sangat menderita di atas tanahnya sendiri. Mengapa? Karena kehidupan masyarakat adat Papua amat memprihatinkan. Kekayaan alam yang melimpah susu dan madu tersebut, khususnya hutan Papua tidak lagi menjamin hidup manusia Papua padahal sebenarnya hutan harus dimanfaatkan untuk membangun  Sumber Daya Manusia (SDM) bukan sebaliknya.
      
      Menurut Marshal Suebu, Pemimpin Club Pencinta Alam Hirosi mengatakan, konsep alam bukan saja menyelamatkan hutan, tapi yang terpenting adalah menyelamatkan hutan beserta kehidupan di sekitarnya terutama manusia, demikian menurutnya. Kita perlu ketahui bahwa menyelamatkan hutan atau alam Intan Jaya dari keserakahan dan keegoisan, sama dengan menyelamatkan seluruh umat manusia yang ada di Intan Jaya. Karena alam atau hutan Intan Jaya tersimpan potensi flora dan fauna yang memberi kehidupan kepada masyarakat Migani dan ini sungguh luar biasa, karena tidak dijumpai di belahan dunia lain.

B.       Krisis lingkungan hidup
           
           Kehadiran PT. Freeport di Intan Jaya otomatis akan membawa dampak negatif terhadap lingkungan hidup di mana kita semua tahu bahwa lingkungan hidup merupakan tempat tinggal makhluk hidup baik manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Kehadirannya tidak akan pertimbangkan Sumber Daya Alam (SDA) yang ada demi anak cucu masyarakat Migani karena  mereka akan menguras habis-habisan segala kekayaan yang ada di perut bumi Intan Jaya, misalnya seperti: emas, tembaga, perak, tima, dan seterusnya itu.

         Berikut ini adalah hal-hal negatif yang akan mengancam alam dan manusia Migani karena hadirnya PT. Freeport di Intan Jaya:

Ø  Orang Amerika dan Indonesia sebagai pencari emas, tembaga dan berbagai sumber daya alam yang ada, mereka tidak akan memberi hormat sedikit pun pada penghuni hutan seperti kus-kus, kasuari, babi hutan dan bahkan roh-roh yang melindungi alam tersebut.
Ø  Kehadiran PT Freeport juga siap mengancam kehidupan alam dan manusia Intan Jaya karena tentu saja mereka tidak akan memberi penghargaan dan malah gunung-gunung, lembah-lembah dan sungai-sungai yang ada akan diobrak-abrik begitu saja tanpa ganti-rugi yang jelas.
Ø  Masyarakat Migani lama-kelamaan akan punah seperti suku Aborigin di Australia karena polusi udara yang kotor dan air yang telah tercemar akibat limbah pabrik yang dialirkan ke sungai Dogabu, Wabu, Kemabu dan berbagai sungai lainnya yang ada di Intan Jaya.
Ø  Hutan Intan Jaya sebagai paru-paru dunia dan tempat berburu bagi suku Migani akan terancam dan bahkan musnah oleh karena kehadiran PT. Freeport .
Ø  Masyarakat Migani akan menjadi penonton melihat orang luar (Amerika dan Indonesia) berkuasa dan menguras Sumber Daya Alam yang ada di Intan Jaya padahal SDA itu  Allah/EMO ciptakan untuk orang Intan Jaya nikmati sendiri.

C.       Pemanasan global
         
         Intan Jaya sebagai salah satu kabupaten baru dari hasil pemekaran kabupaten induk Paniai, tentu saja tidak akan terlepas dari arus globalisasi dan teknologi informasi yang semakin canggih. Pada zaman modern seperti ini, manusia Migani ditantang untuk menghadapi berbagai kemajuan atau perkembangan yang ada. Perkembangan tersebut akan mengarah pada pembangunan fisik, misalnya seperti pemukiman dan perkantoran. Dan akan lebih parah lagi kalau seluruh rumah para pengusaha dan kaum kapitalis dilengkapi dengan rumah-rumah kaca yang nampak mewah. Hal ini akan berdampak negatif bagi kehidupan masyarakat Intan Jaya. Mengapa? Alasannya adalah karena Suhu di Indonesia secara umum dan  kabupaten Intan Jaya secara khusus setiap tahun kian meningkat. Mungkin tak terlalu banyak yang merasakan perubahan peningkatan suhu yang ada di lingkungannya, hanya karena peningkatan suhu berlangsung secara perlahan. Di lain sisi, banjir, longsor, tsunami dan beberapa kekuatan alam lainnya membuat beberapa wilayah yang ada di Indonesia termasuk Papua semakin meningkat intensitasnya. Beberapa peneliti menyatakan bahwa peningkatan suhu merupakan sebuah akibat perubahan ekosistem dunia dan juga perubahan pada lapisan atmosfer yang melingkupi bumi.
       
        Pemanasan global, dimaknai sebagai kejadian atas meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Dalam sejarahnya, planet bumi telah menghangat (dan juga mendingin) berkali-kali selama 4,65 milyar tahun. Hingga kini bumi menghadapi pemanasan global yang begitu cepat, yang oleh anggapan para ilmuwan disebabkan karena aktivitas manusia sendiri. 
   
            Penyebab utama dari pemanasan global yang terjadi adalah, sebagai berikut:
v  Pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepaskan karbondioksida. (Penyebab ini otomatis akan muncul kalau PT. Freeport masuk ke Intan Jaya).
v  Ada juga gas-gas emisi lainnya, misalnya gas rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, maka ia akan semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke bumi sehingga akan berakibat fatal bagi kehidupan alam dan manusia seluruhnya. (Persoalan berbahaya mengenai rumah kaca ini benar-benar akan terjadi kalau masyarakat Intan Jaya sendiri memberi tanah seenaknya kepada para pengusaha dan kaum kapitalis untuk membangun rumah-rumah kaca yang mewah).
   
     Pemanasan global memberi dampak negatif terhadap milyaran manusia di bumi termasuk orang Migani yang mendiami wilayah Intan Jaya. Demikian publikasi kedua Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2007. Laporan para pakar yang tergabung dalam Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyatakan bahwa, salah satu dampak pemanasan global adalah meningkatnya suhu permukaan bumi sepanjang lima tahun mendatang. Hal ini akan mengakibatkan gunung es di Amerika Utara mencair dan bila mencair lebih dasyat maka dunia berada dalam situasi terancam. Semua persoalan di atas otomatis akan terjadi di kabupaten Intan Jaya kalau masyarakat Intan Jaya sendiri menjual tanah dengan sembarangan tanpa memperlakukan hak pakai.

D.      Bencana Ekologi

          Kehadiran PT. Freeport di Intan Jaya otomatis akan membawa dampak negatif bagi kehidupan makhluk hidup beserta lingkungan tempat dimana makhluk hidup itu berada. Kita perlu ketahui bahwa bencana ekologi semakin sering terjadi di berbagai belahan di dunia termasuk kabupaten Intan Jaya. Misalnya banjir, kekeringan, dan longsor telah menjadi berita harian. Setiap tahun, berbagai daerah di Kalimantan Timur, termasuk Papua sering dilanda banjir. Bahkan, banjir dan langsor telah menjadi sebuah kejadian yang sangat luar biasa, karena telah terjadi dalam waktu yang lebih lama dan wilayah yang lebih luas. Sementara beberapa daerah lain di Indonesia mengalami kekeringan berkepanjangan. Tanah-tanah tak cukup baik untuk diusahakan sebagai lahan pertanian. Krisis air bersih juga melanda wilayah-wilayah tersebut.

         Beberapa persoalan pokok di atas akan terjadi juga di Intan Jaya kalau masyarakat Migani tidak waspada terhadap kehadiran PT. Freeport. Kehadiran pertambangan emas di kabupaten Intan Jaya secara tidak langsung akan memusnahkan kehidupan makhluk hidup terutama manusia Migani. Mengapa? Karena kehadirannya akan mengakibatkan nyawa manusia melayang melalui limbah penambangan, limbah pabrik, dan limbah industri serta berbagai limbah lainnya yang di alirkan ke sungai-sungai yang merupakan sumber air bagi orang Migani  itu. Sedangkan binatang dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di Intan Jaya juga akan mengalami kepunahan karena terjadi penebangan hutan secara besar-besaran demi kepentingan pembangunan dan kebutuhan akan pemukiman, perkantoran, perdagangan, jalan raya serta berbagai sarana dan prasarana lainnya.

          Musnahnya  makhluk hidup dan rusaknya alam Intan Jaya, secara simbolik dapat dibaca sebagai kekalahan masyarakat Migani terhadap kekuatan modal dan kekuasaan politik. Ingat!!! Punahnya satu demi satu manusia dan alam Intan Jaya berarti pula satu langkah menuju musnahnya budaya dan manusia Migani. Siapa mau kalau suku Migani punah seperti orang Aborigin di Australia? Tentu kita tidak mengharapkan hal itu terjadi pada suku kita karena tentu saja orang Intan Jaya juga ingin hidup damai, aman dan tentram di atas tanahnya sendiri. Untuk itu, kita harus kompak melawan iblis raksasa (Pertambangan Emas oleh PT. Freeport) yang siap menguras Sumber  Daya Alam yang ada di Intan Jaya itu. Siapa lagi kalau bukan kita, kapan lagi kalau bukan sekarang.

         Saya khawatir bahwa generasi muda Migani tidak akan melihat lagi hutan yang tersimpan keanekaragaman flora dan fauna yang luar biasa, yang tidak dijumpai di belahan dunia lain itu. Saya yakin bahwa pasti generasi muda hanya akan mendengar cerita-cerita tentang nikmatnya hasil buruan, indahnya alam yang mempersona, dan tempat berkebun yang selalu memberi kehidupan. Mengapa demikian? Karena semua itu kini telah tiada karena adanya kekuatan modal, kekuasaan politik dan kebutuhan pembangunan serta kepentingan dolar oleh binatang-binatang buas itu (orang Amerika dan Indonesia serta segelintir orang Intan Jaya yang tidak tahu malu dan tidak tahu adat).

Penutup

Secara singkat saya mau mengatakan pada akhir tulisan ini bahwa masalah alam dan manusia Intan  Jaya tidak bisa dibebankan kepada pihak tertentu saja. Karena itu setiap orang yang berasal dari kabupaten Intan Jaya diundang dengan hormat untuk melihat seluruh hidup, sikap dan tindakannya terhadap lingkungan hidup dan manusia yang berdomisili di wilayah Intan Jaya. Bertindaklah bijaksana, pekalah terhadap apa yang ada di sekitar, termasuk lingkungan hidup dan terutama manusia dan coba tahu batas, sebelum semuanya terlambat. Ingat!!! Kita masih punya kesempatan untuk mencegah semua persoalan yang akan terjadi di Intan Jaya.

Majalah time mengeluarkan edisi khususnya (April-Mei pada tahun 2000) tentang lingkungan hidup. Salah satu artikelnya yang berjudul “Condition Critical” melaporkan tentang kondisi lingkungan yang makin menurun, antara lain makin rusaknya lahan pertanian di berbagai Negara, makin meluasnya kawasan mati di berbagai kali dan laut akibat aliran limbah kimia, hancurnya dasar laut karena penggunaan pukat harimau, serta tingginya tingkat perusakan di sepanjang pantai.

Artikel di atas juga berbicara tentang berbagai kecenderungan yang mengkhawatirkan; antara lain 50% lahan basah sudah musnah, 58% terumbu karang dalam keadaan terancam, 80% grassland terancam penurunan kualitas, 20% lahan terancam menjadi padang pasir dan penyediaan air tanah makin menipis di mana-mana.

Kalau persoalan-persoalan besar di atas tidak diatasi oleh orang Intan Jaya secara umum dan Mahasiswa/I secara khusus, maka kita jangan pernah bermimpi untuk bertahan hidup dalam waktu yang lama karena otomatis kita akan punah seperti orang Aborigin di Australia. Jika hal-hal di atas tidak ingin menimpa kita orang Intan Jaya maka marilah kita satukan hati dan budi untuk mencegah dan mengatasi semua masalah itu. Ingat!!! Kapan lagi kalau bukan sekarang, siapa lagi kalau bukan kita.

Mahasiswa pada Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi “Fajar Timur” (STFT-FT),

                 Abepura-Jayapura-Papua

PERBANDINGAN “DAUN GATAL” DALAM SUKU ASMAT, DANI (HUBULA) DAN MIGANI


Oleh: Kleopas Sondegau


Pengantar

Setiap daerah memiliki jenis tumbuhan yang pada dasarnya amat membantu dalam perkembangan kehidupan manusia. Hal ini merupakan keyakinan dari masyarakat tertentu bahwa melalui jenis tumbuhan tertentu mereka diselamatkan dari keluhan sakit yang dialaminya.

Papua merupakan salah satu daerah yang banyak memiliki jenis tumbuh-tumbuhan yang berkasiat tinggi. Salah satu  tumbuhan yang berkasiat, yang ada  di daerah ini adalah “Daun Gatal”. Daun ini hampir terdapat di semua daerah di Papua secara khusus daerah-daerah pedalaman. Keberadaan daun gatal ini di setiap daerah memiliki fungsi, peranan serta penggunaan yang berbeda satu sama lain. Hal ini dikarenakan setiap suku bangsa memiliki pola pikir tentang daun gatal yang berbeda pula. Lalu seperti apakah penggunaan daun gatal di setiap suku yang ada di Papua? Untuk menjawab pertanyaan ini kami menyarankan untuk baca tulisan ini secara menyeluruh agar kita memperoleh jawaban yang jelas mengenainya.

Dalam tulisan ini kami memaparkan fungsi, peranan serta cara penggunaan daun gatal di suku-suku tertentu di Papua dengan menggunakan beberapa sampel suku yakni Asmat, Migani dan Dani (Hubula).

Landasan pemikiran penulis

Daun gatal bukan merupakan suatu hal yang baru lagi dalam kehidupan bermasyarakat di Tanah Papua. Keberadaan daun gatal sudah ada sejak zaman dahulu kala (entah kapan munculnya  daun ini tidak diketahuinya dengan pasti). Pada zaman dahulu orang cenderung menggunakan daun gatal sebagai obat tradisional yang diyakini dapat menyembuhkan berbagai keluhan kesehatan mereka. Bahkan sampai saat ini pun sebagian masyarakat masih menggunakannya. Misalnya setelah pulang kerja dari kebun ada keluhan bahwa belakang sakit, punggung sakit, lutut sakit dan beraneka keluhan kesehatan lainnya. Berdasarkan keluh-kesah dari masyarakat tentang kesehatannya itu maka daun gatal digunakan sebagai jawaban atas keluhan-keluhan tersebut.

Dewasa ini kesadaran masyarakat tentang penggunan daun gatal semakin hari semakin menurun. Hal ini dikarenakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang canggih menyebabkan masyarakat jarang menggunakan daun gatal. Contoh praktis yang kita lihat dan mengalami sendiri bahwa dengan kehadiran puskesmas, rumah sakit dan para dokter di daerah pedalaman Papua secara khusus suku-suku yang diangkat pada tulisan ini menyebabkan sehingga penggunaan daun gatal perlahan-lahan mulai menurun.

Dengan melihat permasalahan yang terjadi di atas, maka dalam penulisan ini kami ingin menyampaikan kepada publik secara khusus para pembaca tulisan ini bahwa penggunaan daun gatal sangat berkasiat dalam proses penyembuhan. Hal ini terlihat dari hasil penelitian kami yang mana semua informan mengatakan bahwa dengan menggunakan daun gatal sangat membantu dalam proses penyembuhan atas keluhan kesehatan yang diderita. Dengan demikian, melalui tulisan ini kami dengan tegas mau mengatakan bahwa kasiat dari daun gatal ini tidak kalah jauh dengan obat-obat modern yang saat ini “membanjiri” rumah-rumah sakit, puskesmas, apotik-apotik dan sejumlah kios-kios yang ada di tanah Papua.

Menurut kami daun gatal merupakan salah satu tumbuhan yang tumbuh liar, namun dalam perkembangannya daun ini mulai terkenal dalam kalangan masyarakat karena keyakinan masyarakat bahwa daun ini mampu menjawab keluhan kesehatan mereka. Hal ini tampak dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sebagaimana kasiatnya dirasakan antar mereka dan sebagaimana  kasiatnya yang sudah diwariskan leluhur.

  a.Persamaan

Setelah kami menyatukan hasil wawancara dan Quisioner dari para informan, kami menemukan bahwa Daun gatal merupakan salah satu obat tradisional yang digunakan untuk menyembuhkan keluhan sakitnya.

Penggunaan daun gatal di tiga suku tersebut pada umumnya sama, yakni:

ü  Semua orang menggunakan daun gatal karena sakit
ü  Dengan cara menggosok pada bagian tubuh yang sakit seperti: punggung, badan bagian belakang, betis serta paha dan secara umum digunakan saat merasa kecapean.
ü  Setelah menggunakan daun gatal ini para pengguna mengatakan bahwa rasa pedis, ngeri, muncul bintik-bintik pada bagian tubuh yang digosok daun gatal, dan rasa seperti jarum yang menusuk pada tubuh yang digosok.
ü  Meskipun penggunaan awal daun gatal ini menimbulkan suatu hal yang tidak enak dalam artian bahwa seperti rasa pedis, ngeri dan lain-lain tetapi hasil akhirnya mereka semua mengatakan bahwa badan rasa segar, badan menjadi ringan dan seterusnya. Singkat kata, orang merasa “sembuh”.

  b.Perbedaan
   Selain persamaan-persamaan yang telah kami sebutkan di atas, ada juga perbedaan-perbedaan yang kami jumpai dalam ketiga suku yang bersangkutan.

   Perbedaan yang kami temukan dalam ke tiga suku itu adalah

Ø  Mengenai istilah yang digunakan untuk menyebut daun gatal: Suku Asmat menyebut daun ini dengan nama Ati. Sedangkan Suku Dani menyebutnya dengan nama Yawi. Sementara dari Suku Migani menyebutnya dengan nama Meje.
Ø   Sasaran keluhan sakitnya berbeda-beda, misalnya kepala, dada, bagian pinggang, betis dan lain-lain.

  c.Kekhasan

  Selain persamaan dan perbedaan yang kami temukan pada ketiga suku ini, kami temukan juga kekhasannya, yakni:

v  Suku Dani: tumbuhan tersebut tidak tumbuh liar di sembarangan tempat, tempat-tempat tertentu saja, yakni di pekarangan rumah.
v  Suku Migani: daum gatal hanya digunakan oleh kaum remaja ke atas. Dan tumbuhan ini hanya dapat ditemukan di bekas-bekas kebun yang sudah ditinggalkan. Kadangkala ada juga di pekarangan rumah.
v  Suku Asmat: berdasarkan hasil penelitian, kami tidak menemukan kekhasan daun ini dalam suku Asmat.

Akhir kata

Berdasarkan uraian tentang daun gatal di atas, maka kami sampai pada satu kesimpulan bahwa daun gatal adalah obat tradisional yang sangat berkhasiat. Dan obat ini terdapat di setiap suku yang memiliki persamaan, perbedaan, dan kekhasannya masing-masing. Daun ini diyakini bahwa mempunyai suatu kekuatan yang dapat menjawab keluhan sakit dari orang yang membutuhkan. Oleh karena itu, melalui tulisan ini kami mengajak seluruh komponen masyarakat baik lembaga Adat. Lembaga Agama dan lembaga Pemerintah untuk tetap melestarikan daun gatal ini sebagai salah satu tumbuhan yang menjadi warisan budaya bagi negerinya sendiri.

Usul penulis

Ø  Para pelayan pastoral diharapkan untuk menyadari akan pentingnya khasiat dari daun gatal ini karena daun ini punya kekuatan yang bisa membantu dalam pelayanan pastoral. Hal ini kami mengusulkan karena daun gatal itu ada dan merupakan kepunyaan masyarakat setempat.
Ø  Kelompok mengusulkan agar masyarakat setempat untuk terus-menerus melestarikan daun gatal tersebut sebagai obat tradisional yang sungguh-sungguh lahir dari lingkungan mereka sendiri.
Ø  Kami juga mengusulkan agar masyarakat setempat menanam kembali, menjaga, dan melestarikan daun-daun itu agar tetap eksis, tidak punah. Sehingga dengan demikian, penggunaan daun gatal ini sangat menghemat biaya. Daun ini jarang dibeli dan tidak membutuhkan biaya yang besar, sehingga jika ada yang sakit tidak harus ke rumah sakit tetapi bisa menggunakan daun gatal. Amakanieeeee…..Nayaklak…..Dormumoooo…..!!!

Penulis adalah Mahasiswa ST FT “Fajar Timur” Abepura – Jayapura – Papua.




The Best

PENGERTIAN FILSAFAT