Video Of Day

Subscribe Youtube

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Monday, 22 October 2018

ALKITAB VS HAND PHONE

ALKITAB   YES?

ATAU

HAND PHONE YES?
Foto Benny Bagay

Pengguna Alkitab dan Hand Phone (Selanjutnya baca HP) semakin pesat. Pengaruh penggunaannya juga semakin pesat. Hal ini berarti bahwa ada indikasi akan pengguna Alkitab dan HP berlaga seperti berlomba, mana yang lebih utama dalam hidup ini. Dalam situasi seperti ini, saya mengangkat kenyataan bahwa Alkitab sudah ada lebih dulu. HP baru muncul pada abad XXI. Walau demikian, kenyataan hidup zaman now juga membuktikan bahwa sikap manusia terhadap Alkitab dan HP terkesan tidak seimbang.

Kita lupa bahwa Alkitab adalah sumber dan landasan iman, karena melaluinya iman kita bertumbuh hingga saat ini. Dalam hal ini Sabda Allah menjadi daya yang tak tertandingi, yang bisa memberi inspirasi hidup, semangat, menumbuhkan nilai-nilai kasih terhadap sesama dan lain sebagainya yang membantu kita berkomunikasi dengan baik dalam hidup kita sehari-hari. Namun komunikasi zaman now terbukti berlandaskan pada “HP” doang. 

Berdasarkan pada pemahaman itu, pertanyaan selanjutnya adalah apa yang seharusnya kita utamakan dalam hidup ini? Alkitab "Sabda Allah?" Atau HP "Alat komunikasi?". Jikalau kita memilih salah satu dari kedua benda ini, pasti salah satunya terabaikan. Maka pilihan ada pada setiap orang yang mempunyai pengalaman positif dari kedua benda tersebut. Pertanyaan lanjutan berikut ialah bagaimana kalau kita memilih kedua-duanya? Silahkan jawab sendiri... Hahahaaa....!

Kalau dilihat, kedua benda itu sama-sama penting, keduanya bisa mendatangkan kebaikan dan kemudahan-kemudahan dalam hidup ini. Namun hal penting yang perlu diperhatikan adalah atur waktu menggunakan kedua benda itu dengan baik. Mana yang anda prioritaskan dalam hidup ini? Ingat Kata Pengkhotba "Semua Ada Waktunya". Ada waktu untuk mengembangkan iman, ada waktu untuk mengembangkan pradaban melalui komunikasi lewat HP.

Hal itu berarti bahwa Alkitab penting dalam mengembangkan hidup yang baik dan benar? Memang Bagi saya ini penting dalam konteks hidup iman. Berbicara tentang iman, maka akan menitik beratkan pada hidup rohani. Komunikasi dengan Allah melalui merenung dan merefleksikan Sabda Tuhan yang ada dalam Alkitab. Pengguna Alkitab dalam waktu tertentu wajub membaca dan memahami serta merenugkan-Nya.

Selanjutnya HP juga tidak kalah pentingnya bagi hidup manusia. Melaluinya orang bisa membangun hidup yang baik dan benar? Karena itu saya akui bahwa itu juga penting. Sebab HP menjadi sarana hidup untuk memenuhi kebutuhan komunikasi dengan sesama. Oleh karenanya, maka wajar sekali bahwa semakin banyak orang menggunakan HP tanpa memandang usia. 

Bahayanya adalah kalau anak baru lahir, orang tua langsung belikan HP. Anak menangis, orang tua beri HP, bukan susu atau makanan. Ini yang bahaya, karena jika anak berumur remaja dan semakin beranjak dewasa, ia pasti akan tidak tidak tahu Alkitab sama sekali.

Kenyataan seperti itu tentu akan membingngungkan manusia dalam mengarahkan hidup pada kebaikan sejati dengan menjadikan salah satunya dianggap sebagai yang utama dan yang lainya sebagai sarana belaka. Dalam hal ini, saya menegaskan bahwa Alkitab adalah petunjuk jalan menuju kehidupan sejati (surga). Maka HP wajib kita jadikan sebagai sarana mendalami Alkitab. Dengan kata lain bahwa Alkitab ini akan membantu kita memperoleh hidup kekal. Maka HP harus kita jadikan sebagai sarana yang bisa membantu kita menuju ke sana.

Hal itu bukan berarti saya memisahkan-misahkan, tetapi mau mengatakan bahwa Alkitab atau kehidupan Rohani menjadi kebutuhan hidup yang dapat diaplikasikan dalam hidup, artinya menghidupkan nilai-nilai iman dalam hidup sosial maupun mendekatkan diri manusia kepada Allah. Sedangkan HP dapat dianjurkan sebagai sarana yang dapat memberi efek positif dalam kebutuhan-kebutuhan hidup jasimani maupun Rohani. HP bisa digunakan sebagai sarana Katakese, Renugan singkat, foto atau gambar Tuhan Yesus, malaikat dll. Maka HP bukan menjadi tujuan melainkan kebutuhan yang menjadi sarana mencapai tujuan hidup.

Sehubungan dengan hal itu, ada berbagai kasus yang terjadi dalam hidup bagi penguna HP, baik bagi remaja, mahasiswa/i maupun orang dewasa dalam keluarga. Anak remaja dan Mahasiwa/i bila HP menjadi teman setia ia akan memahami hidup kekerabatan adalah mengenal teman di dunia Maya. Akibatnya lupah akan makan dan minum apalagi kebutuan doa atau hidup Rohaninya. Bahka kasih sayang orang tua akan bergeser singnifikan karena setiap orang tua sibuk dengan HPnya. Maka kebiasan makan bersama atau doa bersama menjadi tidak efektif.

Melihat beberapa kasus itu ternyata remaja, mahasiswa dan orang tua melihat HP menjadi tujuan hidup. Maka penulis artikel ini mau menegur, menyapa  dan menanjurkan supaya setiap pengguna HP  jadikanlah HP sebagai sarana bukan tujuan. Ynag penting adalah kehidupan rohani (Alkitab). 



Sunday, 21 October 2018

BAHASAKU ADALAH IDENTITASKU

Oleh Fransiskus Sondegau

Foto Fransiskus Sondegau
“Aku berpikir maka aku ada” (Descartes). “Aku bersuara maka aku ada”. Aku adalah orang Migani. Bahasaku adalah Miga Dole. Ketika aku menggunakan Miga Dole, eksistensiku sebagai Migani terungkap di dalamnya. Migani berarti orang yang biasa-biasa saja. Lebih mendalamnya adalah manusia asli dan sejati. Orang Migani berarti, orang-orang yang berkata biasa-biasa, bertindak juga biasa-biasa dan tidak membahayakan/mengganggu hidup orang lain. Itulah konsep tentang Migani.

Sering didengar bahwa bahasa daerah adalah “bahasa ibu”. Jika demikian, maka sebenarnya apa itu “bahasa ibu”? Mengapa dikatakan “bahasa ibu”? Apakah ibu kandung sudah menggunakan bahasa daerahnya sejak kecil? Ataukah ada maksud lain di balik itu? Sering muncul banyak pertanyaan, ketika orang mengatakan “bahasa ibu”. Namun, bahasa ibu yang dimaksudkan bukanlah bahasa ibu kandung, melainkan ibu yang melampauinya, yakni BUDAYA.

Budaya adalah ibu yang melahirkan setiap manusia dalam suatu suku. Oleh sebab itu, setiap orang yang ada dalam suatu suku adalah anak dari budaya tersebut. Jika seorang tidak tahu bahasa daerahnya, berarti ia menghianati ibunya dan orang tersebut adalah “anak durhaka”. Sebab melalui “bahasa ibu” itulah, setiap suku memberi makna dan arti terhadap budaya sebagai ibunya.

Sebelum meninggalkan kampung halaman, orangtua pernah pesan beberapa hal kepada saya, di antaranya tentang bahasa. Isi pesannya adalah Jundo aga dole, miga dole ka handugiwi dendenggao”. Ketika orangtua memberi pesan dengan kata-kata ini, saya pernah merasa bahwa pesan itu tidak masuk akal. Selanjutnya saya begumam dalam hati bahwa coba beri nasehat yang agak pentingkah?

Setelah hidup bertahun-tahun di luar tanah air orang Migani, kini saya menyadari bahwa pesan yang pernah disampaikan oleh orangtuaku itu amat penting bagiku. Mengapa? Sebab saya sungguh menyadari bahwa bahasaku adalah identitasku yang sebenarnya. Bukan hanya karena identitasku, melainkan yang melampaui itu, filsafat yang sebenarnya, terlebih dahulu sudah tersembunyi dalam bahasaku.

Meskipun kenyataannya demikian, saya merasa aneh dengan banyak fenomena yang terjadi pada kita, anak muda Migani zaman sekarang. Masih banyak anak muda Migani yang tidak tahu Miga Dole. Maka, pasti tidak tahu identitas diri yang sebenarnya sebagai Migani dan mereka masih menganggap diri moni. Atau sudah tahu Miga Dole, tetapi masih belum menyadari identitas diri yang sebenarnya dan menganggap diri moni!

Bertolak dari fenomena di atas, jika bahasa daerah sendiri saja tidak tahu, bagaimana mungkin, ia bisa mengetahui nilai-nilai budaya dan mengakui budaya sebagai ibunya? Apakah ia berpura-pura tidak tahu bahasa daerah, untuk menunjukkan kelebihannya? Ataukah memang karena ia tidak tahu? Seandainya, jika ia berpura-pura, maka model inilah yang disebut dengan “anak durhaka”. Tetapi, jika memang karena ia tidak tahu bahasa daerahnya, maka siapakah orangtuanya? Dan dari manakah asalnya? Bahasa Indonesia bukanlah bahasa nenek moyang! Sebab, pasti anak muda sekarang, tidak ada yang tidak tahu bahasa Indonesia, sehingga tidak harus hanya menggunakan bahasa Indonesia, di antara sesama Migani terus-menerus! Maka kita harus kembali  ke jati diri kita sebagai orang Migani. Mulai dari diri dan keluarga hingga masyarakat pada  umumnya.

Mengapa kita harus tahu bahasa ibu, minimal bahasa sehari-hari? Sebab dalam bahasa ibu itulah tersembunyi filsafat dan makna yang terpenting dari budaya. Filsafat yang dimaksud di sini adalah; makna bahasa yang biasa digunakan untuk mengartikan segala sesuatu dalam budaya.

Makna bahasa yang dimaksud adalah nilai dan arti yang tersembunyi di balik bahasa atau kata-kata. Misalnya bahasa atau kata-kta untuk mengambil hati seorang gadis (Jamo tegaiya); Bahasa yang biasa digunakan ketika pergi potong buah pandan (Koa/Mbanoamba pogata eteawi duadole). Bahasa yang biasa digunakan ketika pasang jerat (So tugamba pogata eteawi duadole), atau saat perang (Mbolemba pogata eteawi duadole) dan lain-lain yang penuh dengan arti yang mendalam. Eteawi duadole itu, selalu membawa hasil yang memuaskan bagi yang menghayati dan melaksanakannya.

Oleh sebab itu, sahabatku marilah kembali ke jati diri kita sebagai orang Migani. Kita harus tahu tentang budaya kita umumnya, dan makna/nilai-nilai yang tersembunyi di balik Miga Dole khususnya. Sebab diyakini bahwa Etagage Togawa dole (Miga Dole) itu, jika kita terapkan dalam dunia pendidikan atau tatanan kehidupan, dan berjuang berdasarkan trik-trik budaya, pasti kita akan menjadi orang yang sukses.

Dengan demikian, marilah kita bersama menunjukkan eksistensi diri kita sebagai Orang Migani, melalui: Miga Dole (bahasa daerah), Miga Jamo (Lagu Daerah) dan Miga Dua yang artinya; Tindakan yang biasa-biasa saja, tanpa menyembunyikan sesuatu yang jahat di balik itu. Kita mencoba untuk melakukan ini, tanpa mengabaikan penyesuaian diri kita terhadap perkembangan zaman, dan dunia di luar diri kita. Yakinlah bahwa jika kita menerapkan dan menghayati trik-trik ini dalam perjuangan hidup kita, pasti membawa hasil yang luar biasa, sekaligus mengangkat jati diri kita sebagai Manusia Migani.   

“Kenalilah dirimu dan jangan berlebihan”
Amakaniee Atuma Migani Mene.
                                                                                                             

                                                                                                                          

NILAI DAN MAKNA KEBAWA SOGO MINDIA BAGI ORANG MIGANI

Oleh Fransiskus Sondegau


Foto Fransiskus Sondegau
Kebawa Sogo Mindia merupakan salah satu nilai yang dimiliki oleh Orang Migani, sebagai proses pembentukkan kepribadian Generasi Muda Migani yang berkarakter dan berkualitas sejak dilahirkan. 


I. PENGERTIAN KEBAWA SOGO MINDIA
Kata Kebawa Sogo Mindia berasal dari tiga suku kata, yang mempunyai arti yang luas dan mendalam. Kebawa artinya: Bayi atau anak. Kata ini ditujukan kepada bayi yang baru dilahirkan. Sogo berasal dari akar kata Sogo-Mbogo. Kata Sogo-Mbogo ini, diambil dari kata Sonowi-Mbogowi yang artinya terkaya atau terpandang. Dalam konteks ini, kata Sonowi-Mbogowi, bukan ditujukan pada bayi, melainkan barang-barang atau sarana berharga yang diberikan kepada seorang bayi yang baru dilahirkan. Dan kata mindia artinya memberikan. Jadi, Kebawa Sogo Mindia berarti memberikan kekayaan, penghargaan dan harapan hidup secara fisik maupun psikis kepada seorang bayi yang baru dilahirkan. Singkatnya, rangkaian penghargaan dan pesta kelahiran.

Berdasarkan artian kata di atas, dalam pemahaman dan tindakan Orang Migani, orangtua maupun kerabatnya memberikan barang-barang berharga kepada ibu dari  seorang bayi yang baru dilahirkan. Agar si bayi tersebut, badan menjadi kuat (agi dogo hitia), pikiran kuat (mego dogo hitia) dan suara kuat (dole dogo hitia). Hal tersebut merupakan dasar pembentukan karakter seorang manusia yang berkualitas sebagai manusia Migani dalam keutuhannya.

II. SARANA DAN NILAI KEBAWA SOGO MINDIA
Ada beberapa sarana berharga yang biasa digunakan oleh orang Migani dalam proses menyambut kelahiran seorang anak dan semua itu sebagai lambang penghargaan serta sambutan si bayi yang datang melalui ibunya dan fungsinya masing-masing dapat dijelaskan berikut ini:

Oga Muu
Oga Muu adalah daun-daun dari sejenis pohon khusus (Oga Bo) yang biasanya dialas saat seorang bayi dilahirkan. Daun tersebut juga dipanaskan sedikit di api, lalu dioleskan/pijit secara halus pada kepala dan seluruh bagian tubuh si bayi yang baru dilahirkan.

Daun tersebut, berfungsi untuk menguatkan kulit yang masih lombok atau lemah. Selain itu, normalkan kembali benturan-benturan pada bagian tubuh saat dilahirkan. Dengan proses demikian, kulitnya menjadi kuat dan si bayi tidak merasa sakit, ketika disentuh, karena kulitnya sudah menjadi kering dan kuat.

Sogo Bo
Sogo bo (sonowi bo) berarti kayu ternama untuk dipasang bagi kehangatan si bayi. Kayu ini biasa dinamakan mbui bo ne wano bo ne daga mindia artinya memasang kayu yang ternama dan kuat untuk si bayi yang baru dilahirkan. Pengertian dari mbui bo dan wano obo lebih ditekankan pada kayu-kayu idel dan penuh makna bagi Orang Migani. Jika sulit untuk mendapatkan kayu tersebut, diganti dengan domo bo atau oga bo. Ketika, seorang bayi dilahirkan, orang sudah harus menyediakan kayu bakar yang sudah disebut namanya di atas secara tersendiri, dalam jangka waktu tertentu.

Fungsi dan maknanya adalah dengan memasang kayu itu, memberi kehangatan kepada si bayi. Bukan hanya memberikan kehangatan tubuh, tetapi juga kehangatan budi, suara, pergerakan bayi dan seluruh keutuhannya. Dengan demikian, Orang Migani membentuk karakter pribadi anak, sejak dilahirkan. Akhirnya, anak mengalami kehangatan cinta dan kekuatan secara fisik maupun psikis, dalam keutuhan sebagai insan baru.

Sogo Nua
Sogo Nuga artinya makanan ternama untuk si bayi yang baru dilahirkan. Ketika seorang anak dilahirkan, keluarga maupun kaum kerabat menyumbangkan makanan berupa: Wa (keladi), Mbuna (sayur hitam/hijau), Musi Ijji (tebuh) dan makan lainnya sesuai kebutuhan.

·  Wa (keladi) berfungsi untuk menguatkan badan ibu si bayi yang masih lemah dan memberi kekuatan pada tubuh dan akal budi si bayi (agi dogo, mego dogo dinuota).
·   Mbuna (sayur hitam) berfungsi untuk menambah tenaga dan kekuatan pada ibu si bayi.
·  Musi Ijji (tebuh), berfungsi untuk menambah ASI untuk ibu dari si bayi.
· Hoga ne Mbaga/Mbalaga ne (ubi dan sayur) berfungsi untuk menambah kekuatan dan tenaga yang sudah hilang, saat melahirkan si bayi. Semua makanan yang dikonsumsi oleh ibu, semua ditujukan untuk anak. Dari mana ia menerima semua kekuatan dan harapan yang dimaksud? Melalui ASI, semua kekuatan dan tenaga disalurkan oleh sang ibu kepada si bayi.

Sogo Wogo atau Sogo Soo
Sogo Wogo atau Sogo Soo artinya ternak babi atau kus-kus ternama untuk pesta kelahiran. Ketika si bayi dilahirkan atau sebelum dilahirkan, sang ayah sudah harus mencari ternak babi atau kus-kus. Dalam proses pencarian, Orang Migani bisa “melihat” nasib dan masa depan si bayi. Jika ternak babi atau kus-kus yang dicarinya, didapat dengan cepat tanpa ada kesulitan, gemuk dan sehat, maka nasib si bayi akan baik dan membahagiakan keluarga. Namun, jika prosesnya lama dan yang dicarinya tidak sesuai dengan harapan, maka nasib dan masa depan si anak “buruk” atau membawa sial.

Hal yang dimaksud itu biasa disebut "Kone Waya atau Isa Waya". Artinya: melihat sesuatu yang belum terungkap untuk masa depan. Mengapa Orang Migani harus merayakan hari kelahiran dengan ternak babi atau kus-kus? alasannya adalah agar darah dan minyak ternak yang dikorbankan, menghalangi atau membatasi jalan kejahatan dan membuka harapan baru. Sangat berharga dan masa depan si bayi nampak jelas, jika dirayakan dengan proses berburu dan hasil buruan kus-kus dari hutan.

Selain itu, semua persembahan dan bahan-bahan untuk perayaan Kebawa Sogo Mindia, harus bakar batu. Mengapa harus bakar batu? Supaya badan, akal budi, suara dan keseluruhan si bayi mengalami kekuatan, secara fisik maupun psikis dalam pertumbuhan nantinya. Akhirnya, si bayi dibentuk secara teratur, supaya menjadi pribadi yang kuat dan utuh secara fisik dan mental.

Dengan cara-cara dan harapan di atas, seorang manusia dalam Suku Migani dibentuk sejak dilahirkan oleh orangtua dan kerabatnya. Orang Migani tidak hanya tahu melahirkan, tetapi juga lebih dari itu, mereka meletakkan landasan dasar kehidupan untuk menghasilkan anak yang berkualitas dalam keluarga lewat proses tersebut (eteaya).

III. KEBAWA SOGO MINDIA PADA ZAMAN SEKARANG
Bagian I dan II adalah pengertian, nilai dan makna landasan pembentukan karakter manusia yang berkualitas sejak dilahirkan, dalam prespekstif Budaya Suku Migani. Pada bagian ke III, topiknya jelas, namun yang pasti penulis tidak akan mengambil suatu kesimpulan untuk zaman sekarang. Sebab, hampir semua orang sudah melupakan cara dan makna di atas. Selain melupakan, pasti banyak alasan pula untuk meneruskan cara-cara sekarang, seperti: jika masa kelahiran dekat, maka mencari rumah sakit dan ke kota untuk melahirkan, pesta kelahirannya dirayakan dengan istilahnya putar papeda, masak ayam potong dan masak-masakan lainnya.

Hal tersebut di atas, sangat dimengerti bahwa zaman sekarang situasinya mengharuskan untuk demikian, karena beda tempat, situasi dan status sosial. Oleh karenanya, pasti berbagai macam alasan dan perdebatan akan muncul. Maka, tidak ada penjelasan tentang topik pada bagian ini.
Dengan alasan demikian, ada beberapa pertanyaan reflektif untuk kita refleksikan bersama demi menghidupkan dan mempertahankan nilai-nilai budaya, dan lebih khusus nilai Kebawa Sogo Mindia. Pertanyaannya sebagai berikut:

1. Apakah kita perlu menghidupkan nilai dan makna dari Kebawa Sogo Mindia pada zaman ini seperti yang dijelaskan?

2. Apakah masih relevan hidupkan nilai-nilai dan makna budaya seperti itu di zaman kita?

3. Apakah dengan nilai-nilai dan maknanya yang telah dijelaskan itu, orang Migani masih bisa menghasilkan Anak Muda Migani yang berkualitas di zaman ini? Anak yang tahu budaya dan bisa menyesuaikan diri dengan zaman modern ini?

4. Nilai-nilai manakah yang perlu dihidupkan berkaitan dengan topik tersebut?

Tentunya, jika dihidupkan dan diterjemahkan secara lurus, pasti beda konteks dan beda tempat. Oleh sebab itu, yang terpenting bagi kita adalah nilai-nilai manakah yang perlu dipertahankan dalam proses Kebawa Sogo Mindia.  Hal tersebut, bukan hanya proses melahirkan anak tetapi yang lebih penting adalah meletakkan dasar hidup dan pembentukan karakter anak Migani yang berkualitas secara adat. Misalnya: mengapa Kebawa Sogo Mindia harus dengan ternak babi atau kus-kus? Mengapa harus bakar batu? Mengapa si bayi harus mengalami kehangatan api? Barangkali nilai-nilai budaya pun memberikan banyak sumbangan bagi zaman ini, untuk kita memilah dan menjadikan dasar hidup sebagai Orang Migani.

Diharapkan kritik dan saran yang membangun.

Amakaniee Atuma Migani Mene.

Sunday, 14 October 2018

"POLITIK PENYAKIT KETURUNAN"

Oleh Fransiskus Sondegau

Foto Fransiskus Sondegau
(Dok. Yeskiel Belau)
Selama ini orang  takut dengan penyakit yang tidak ada obat, seperti HIV/AIDS. Ketakutan manusia terhadap penyakit seperti ini memang menuntut orang berwaspada, dengan penuh kehati-hatian dalam menyikapi relasi dan media yang memungkinkan penyakit itu tertular.

Terlepas dari penyakit itu, ada juga penyakit baru yang juga tidak ada obatnya di zaman ini. Penyakit baru ini pun merupakan penyakit yang bisa ditularkan kepada sesama manusia secara turun-temurun. Dan, tidak ada obatnya. Oleh karena kenyataan seperti ini, maka penyakit yang baru ini disebut sebagai penyakit keturunan. "Penyakit Keturunan" yang dimaksud itu adalah PENYAKIT POLITIK.

Memang kami lihat, penyakit politik sedang mengancam Negara ini, secara khusus Papua – Kabupaten Puncak Papua, Kabupaten Intan Jaya dan Kabupaten Pegunungan Bintang. Keyakinan ini berdasar pada pengalaman proses  politik di Papua, dalam hal ini ketiga Kabupaten itu, yang pernah melahirkan konflik, permusuhan dan kebencian antar sesama saudara hingga saat ini. Kenyataan seperti ini selalu saja terjadi di sana, dalam proses pemilihan Bupati dan DPRD.

Sehubungan dengan itu, pengalaman membuktikan bahwa lazimnya para calon pejabat sungguh-sungguh tidak menyadari bahwa politik itu merupakan sebuah permainan, yang berlaku saat musimnya berlangsung saja. Namun justru mereka berlaga seakan-akan semua waktu itu musimnya, yang perlu mereka gunakan untuk berjuang mati-matian dengan cara-cara yang brutal.

Dalam hal itu, seorang caleg yang kalah, ia tidak biasa sadar bahwa dia itu adalah petarung hebat yang kalah. Ia juga tidak sadar, kalau dalam setiap pertandingan politik, mesti satu calon yang harus kalah dan satu calon yang lain harus menang. Dan, apa pun kenyataannya, itu harus ia terima. Namun, yang selalu terjadi dewasa ini adalah calon yang mengalami kekalahan tidak mau menerima kekalahannya. Justru ia cari jalan menuju kemenangan dengan membujuk masyarakat (pendukungnya) untuk merebut kemenangan dengan jalan kekeran dan konflik. Inilah yang disebut "Masalah di lapangan pertandingan, dibawa masuk ke dalam rumah". Ini memang aneh, tetapi nyata.

Selanjutnya proses politik dalam pemilihan Bupati dan DPRD dapat melahirkan konflik, permusuhan dan kebencian antar sesama saudara, keluarga, marga, suku dan menjadikan semua yang betentangan sebagai musuh. Inilah yang disebut PENYAKIT KETURUNAN.

Kalau dilihat, watak manusia seperti itu tidak pantas mencalonkan diri sebagai kepala atau anggota apa pun. Sebab ia pasti akan membuat masyarakat menderita fisik (luka-luka bahkan tewas), moral rusak (menganggap yang salah itu benar), maupun gangguan psikis (batin tertekan, abnormal).

Bertolak dari alasan-alasan itu, kita lihat Kabupaten Intan Jaya secara khusus. Dalam hal ini, diyakini bahwa Kabupaten Intan Jaya sudah terkontaminasi oleh penyakit keturunan yang di maksud tadi, yatu; Penyakit Politik. Penyakit ini sudah terjangkit dalam setiap pribadi di sana, baik tua maupun muda, laki-laki maupun perempuan, petani maupun PNS, bagaikan kanker yang mematikan. Obatnya apa dan harus dapat dari mana? Maaf, tidak ada obat!

Dalam situasi seperti itu, banyak “Anak Muda Migani” yang; Pertama, baru selesai studi yang pas-pasan. Kedua, belum mempunyai pengalaman kerja apa pun di lapangan. Ketiga  kedewasaan integritas yang masih sangat diragukan, “Berlomba-lomba mencalonkan diri sebagai Wakil Rakyat Kabupaten Intan Jaya, dengan alasan "Kini waktunya untuk anak muda menciptakan perubahan".

Pertanyaannya adalah perubahan seperti apa yang ada dalam konsep anda (Anak Muda Migani) yang telah mencalonkan diri sebagai Wakil Rakyat. Dengan obat apakah, anda akan menyembuhkan "penyakit keturunan" yang telah terjangkit dalam dirimu? Yang diderita oleh masyarakat Kabupaten Intan Jaya? Atau apakah anda hendak menambah kekuatan penyakit keturunan bagi dirimu sendiri dan masyarakat? Jikalau anda hanya mau menonton penderitaan masyarakat yang kau lahirkan, berhentilah! Jangan coba-coba. Anda akan susah dikemudian hari.

Jikalau anda benar-benar merasa terpanggil, maka majulah sambil “waspada terhadap Penyakit Keturunan" yang mematikan karakter manusia. Berusahalah yang terbaik untuk dirimu sendiri dan sesamamu yang lain. Menjaga nama baikmu, keluargamu, pendukungmu, sukumu dan Kabupatenmu.

Politik itu bukan penyebab penyakit, tetapi yang menjadi penyebab penyakit adalah cara kita bermain politik. Cara orang bermain politik yang brutal merupakan tempat lahirnya "Penyakit Keturunan". Maka waspalah terhadap cara sesama bermain politik yang tidak sesuai dengan hakekatnya dan bermainlah politik itu dengan cara yang cantik, mengesankan dan bijaksana.

Pertanyaan Refleksi!

1. Bagaimana cara anda bermain politik yang bijaksana?

2. Apakah anda bersedia menerima kekalahan dengan senang hati?

3. Apakah anda percaya bahwa anda tidak akan melahirkan masalah?

4. Apakah anda mempunyai obat menyembuhkan penyakit keturunan?


Amakaniee Atuma Mene!


Jadilah petarung hebat. Walaupun kalah, pasti engkau diingat dan tetap sebagai seorang petarung yang hebat.



Editor Yeskiel Belau

Tuesday, 9 October 2018

PENGERTIAN FILSAFAT

Gambar Flato (Ilustrasi Filsuf)

Filsafat (bahasa Yunani φιλοσοφία, philosophia, secara harfiah bermakna "pecinta kebijaksanaan" [1] [2] ) adalah kajian masalah umum dan mendasar tentang persoalan seperti eksistensi, pengetahuan, nilai, akal, pikiran, dan bahasa [3]. Istilah ini kemungkinan pertama kali diungkapkan oleh Pythagoras (c. 570–495 SM). Metode yang digunakan dalam filsafat antara lain mengajukan pertanyaan, diskusi kritikal, dialektik, dan presentasi sistematik.[4][5] Pertanyaan filosofis klasik antara lain: Apakah memungkinkan untuk mengetahui segala sesuatu dan membuktikanya?[6][7][8] Apa yang paling nyata? Para filsuf juga mengajukan pertanyaan yang lebih praktis dan konkret seperti: Apakah ada cara terbaik untuk hidup? Apakah lebih baik menjadi adil atau tidak adil (jika seseorang bisa lolos begitu saja)[9] Apakah manusia memiliki kehendak bebas?[10]

Secara historis, "filsafat" mencakup inti dari segala pengetahuan.[11] Dari zaman filsuf Yunani Kuno seperti Aristoteles hingga abad ke-19, "filsafat alam" melingkupi astronomi, kedokteran, dan fisika.[12] Sebagai contoh, Prinsip Matematika Filosofi Alam karya Newton pada tahun 1687 di kemudian hari diklasifikasikan sebagi buku fisika. Pada abad ke-19, perkembangan riset universitas modern mengantarkan filsafat akademik dan disiplin lain terprofesionalisasi dan terspesialisasi.[13][14] Pada era modern, beberapa investigasi yang secara tradisional merupakan bagian dari filsafat telah menjadi disiplin akademik yang terpisah, beberapa diantaranya psikologi, sosiologi, linguistik, dan ekonomi.

Investigasi lain yang terkait erat dengan seni, sains, politik, dan beberapa bidang lainnya tetap menjadi bagian dari filsafat. Misalnya, apakah keindahan objektif atau subjektif?[15][16] Apakah ada banyak metode ilmiah ataukah hanya ada satu?[17] Apakah utopia politik merupakan mimpi yang penuh harapan atau hanya delusi yang sia-sia?[18][19][20] Sub-bidang utama filsafat akademik diantaranya metafisika ("berkaitan dengan sifat dasar realitas dan keberadaan"),[21] epistemologi (tentang "asal-muasal dan bidang pengetahuan [serta] ... batas dan keabsahanya" [22]), etika, estetika, filsafat politik, logika, filsafat ilmu, dan sejarah filsafat barat.

Sejak abad ke-20, filsuf profesional berkontribusi pada masyarakat terutama sebagai profesor, peneliti, dan penulis. Namun, banyak dari mereka yang mempelajari filsafat dalam program sarjana atau pascasarjana berkontribusi dalam bidang hukum, jurnalisme, politik, agama, sains, bisnis dan berbagai kegiatan seni dan hiburan.[23]


Referensi

  1. ^ (Inggris) "Strong's Greek Dictionary 5385".
  2. ^ "Home : Oxford English Dictionary". oed.com. (tidak lagi berfungsi)
  3. ^ (Inggris) A.C. Grayling, Philosophy 1: A Guide through the Subject (Oxford University Press, 1998), p. 1: "The aim of philosophical inquiry is to gain insight into questions about knowledge, truth, reason, reality, meaning, mind, and value."
  4. ^ Adler, Mortimer J. (28 March 2000). How to Think About the Great Ideas: From the Great Books of Western Civilization. Chicago, Ill.: Open Court. ISBN 978-0-8126-9412-3.
  5. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama justification
  6. ^ Greco, John, ed. (1 October 2011). The Oxford Handbook of Skepticism (edisi ke-1st). Oxford University Press. ISBN 978-0-19-983680-2.
  7. ^ Glymour, Clark (10 April 2015). "Chapters 1–6". Thinking Things Through: An Introduction to Philosophical Issues and Achievements (edisi ke-2nd). A Bradford Book. ISBN 978-0-262-52720-0.
  8. ^ "Contemporary Skepticism | Internet Encyclopedia of Philosophy". www.iep.utm.edu. Diakses tanggal 25 April 2016.
  9. ^ "The Internet Classics Archive | The Republic by Plato". classics.mit.edu. Diakses tanggal 25 April 2016.
  10. ^ "Free Will | Internet Encyclopedia of Philosophy". www.iep.utm.edu. Diakses tanggal 25 April 2016.
  11. ^ a b "Philosophy". www.etymonline.com. Online Etymological Dictionary. Diakses tanggal 19 March 2016. The English word "philosophy" is first attested to c. 1300, meaning "knowledge, body of knowledge."
  12. ^ a b Lindberg 2007, hlm. 3.
  13. ^ Shapin, Steven (1 January 1998). The Scientific Revolution (edisi ke-1st). University Of Chicago Press. ISBN 978-0-226-75021-7.
  14. ^ Briggle, Robert Frodeman and Adam. "When Philosophy Lost Its Way". Opinionator. Diakses tanggal 25 April 2016.
  15. ^ Sartwell, Crispin (1 January 2014). Zalta, Edward N., ed. Beauty (edisi ke-Spring 2014).
  16. ^ "Plato, Hippias Major | Loeb Classical Library". Loeb Classical Library. Diakses tanggal 27 April 2016.
  17. ^ Feyerabend, Paul; Hacking, Ian (11 May 2010). Against Method (edisi ke-4th). Verso. ISBN 978-1-84467-442-8.
  18. ^ "Nozick, Robert: Political Philosophy | Internet Encyclopedia of Philosophy". www.iep.utm.edu. Diakses tanggal 25 April 2016.
  19. ^ "Rawls, John | Internet Encyclopedia of Philosophy". www.iep.utm.edu. Diakses tanggal 25 April 2016.
  20. ^ More, Thomas (8 May 2015). Utopia (dalam bahasa English). Courier Corporation. ISBN 978-0-486-11070-7.
  21. ^ "Merriam-Webster Dictionary". www.merriam-webster.com. Diakses tanggal 14 May 2016.
  22. ^ "Merriam-Webster Dictionary". www.merriam-webster.com. Diakses tanggal 14 May 2016.
  23. ^ "Why Study Philosophy? An Unofficial "Daily Nous" Affiliate". www.whystudyphilosophy.com. Diakses tanggal 2016-05-02.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat


Yeskiel Belau

The Best

PENGERTIAN FILSAFAT